part 4

538 8 4
                                    

dulu, ada sebuah peristiwa yang gak bakal atau di lupain oleh siapapun yang tinggal disini.

disini yang gw maksud adalah tempat dimana ada sebuah pabrik tua peninggalan belanda yang konon menjadi sumber dari segala hal-hal di luar logika, salah satunya adalah kerajaan Demit.

cerita ini di mulai, dari sebuah desa di barat tempat berdirinya pabrik ini.

gw memanggil Desa itu dengan nama Desa Mekanti. meski bukan nama sebenarnya dari desa itu, namun gw merasa nama Mekanti, akan mewakili dari serangkaian peristiwa ganjil yang pernah menghebohkan.

Mekanti sendiri berasal dari kalimat Mekan = Raga dan Anti = tidak mati. karena Desa inilah sumber pertama bagaimana kerajaan Demit itu berhubungan dengan dunia luar, di desa ini pula'lah tinggal sang Pagul yang berarti Perantara, berbeda dengan juru kunci, Pagul jauh di atasnya.

namun malam ini, kita tidak akan membahas Pagul terlebih dahulu, ada cerita yang ingin gw mulai untuk memulai Thread gw malam ini, sebagai pembuka dari "Para Penghuni Pabrik Gula" bagian ke 4 ini.

SIREP

Menjelang petang, di sebuah sudut desa Mekanti, masih terdengar riuh riang anak-kecil tengah bermain, wajahnya riang, asyik, tanpa memperdulikan celoteh langit yang sudah kemerahan.

ditengah gaduh mereka berlari kesana-kemari, seorang anak terdiam, menoleh, menatap rumah belanda

disudut matanya, ia melihat tepat ke arah jendela.

ia terdiam lama, memperhatikan dengan seksama, matanya tidak berbohong, ia melihat sesuatu. sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat.

ada seorang gadis disana, berdiri, mematung memandangnya.

rambutnya pirang, dengan mata biru

si gadis asing itu. tersenyum, melambai. ia melambai, dengan wajah memanggil, mencoba menguasai, namun langkah si anak desa tiba-tiba terpatri, ia perlahan mendekati. menuju si gadis pirang.

yang lain tetap bermain, tanpa menyadari, satu kawan telah pergi.

"nang ndi Dela?!" (dimana Dela?)

matanya mendelik memandang 4 anak kecil yang berdiri di depanya. Bu Desi, ia baru saja pindah ke desa ini kurang dari sebulan ini, senang karena anak semata wayangnya sudah punya teman seusianya, membuat ia tidak khawatir lagi, namun, sore ini..

semua gejolak pikiran itu lenyap sudah. setelah petang ini, anaknya tidak kembali lagi.

seharusnya anaknya sedang bermain, dan menjelang adzhan maghrib ia harus sudah di rumah, namun, bu Desi tak kunjung melihatnya, sampai adzhan maghrib berkumandang pun, anaknya belum kembali.

Suami bu Desi, pak Rudi baru tiba, di sampingnya ada ketua Rw, wajahnya sama tegangnya dengan pak Rudi, ketika ia melihat anak-anak kecil itu, lantas ia segera mendekati, menanyakan dengan hati-hati.

serempak. semua anak menjawab, tidak tahu,

ketua Rw pun bertanya dimana terakhir kali mereka bermain, satu anak menunjuk ke sebuah tempat yang tidak asing. sebuah tempat yang seharusnya tidak mereka kunjungi, terlebih di jam petang seperti ini.

Lapangan Mekanti, di dekat sana, ada sebuah pagar kawat, di dalamnya,

tidak jauh dari lapangan Mekanti, berdirilah sebuah Perumahan berjejer, perumahan Londo.

tempat dimana dulu, tinggal para petinggi pabrik Gula yang kesemuanya adalah orang Belanda.

ketua Rw hanya diam, ia menatap jauh- rumah Londo itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PARA PENGHUNI PABRIK GULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang