Permulaan

9 2 0
                                    

Haiii... Ini cerita permata gue ya, jadi maklum kalo typo bertebaran 🙏 happy reading 😘

∆∆

Meyra melompat turun begitu motor Davin berhenti tepat di depan pintu gerbang sekolah barunya. Meyra menyapu pemandangan sekolah yang tampak besar itu. Warnanya merah dan abu-abu, Meyra suka hingga membuat gadis itu tersenyum puas. Pagi ini merupakan pagi pertama bagi Meyra berada di sekolah barunya itu. Dia sengaja datang pagi-pagi sekali supaya dia bisa menjelajahi sekolah yang akan di tempatinya selama tiga tahun kedepan. Dan beruntung, pagi ini kakaknya bangun cepat sehingga dia tidak repot-repot membangunkan kakaknya yang kayak kebo mati kalau tidur.

"Hei, bengong mulu!" Sebuah tarikan pada rambutnya membuat Meyra tersentak dan membuat bibirnya mengerucut.

"Besok kamu sudah bisa berangkat sendiri kan? Tidak mungkin Abang mengantarmu terus-menerus." Lanjutnya lagi lalu terkekeh mendapati wajah Meyra yang tidak bersahabat.

"Iya, besok Meyra berangkat sendiri. Kalau Meyra tidak sampai-sampai di rumah, Jangan nyesel ya, bang. Jangan cariin Meyra juga. Mungkin Meyra sudah berbahagia di alam sana," ucapnya dengan nada sinis.

Davin tergelak, "negatifan mulu kamu, Mey. Ucapan itu doa loh, hati-hati! Ya udah, abang pulang dulu. Abang percaya kamu bisa pulang dengan selamat." Davin mengusap rambut Meyra dan meninggalkan Meyra dengan wajah cemberut.

"Ih, kesel banget dengan si Abang. Gue kan masih baru di sini, malah di suruh pulang pergi sendirian. Gue kan juga perempuan yang punya rasa takut."

Sepanjang perjalanan Meyra tidak henti-hentinya merutuki sang kakak dengan kaki yang dihentak-hentakkan. Hilang sudah moodnya untuk menjelajahi penjuru sekolah. Meyra memilih duduk di bangku depan kelas yang masih tertutup. Anak-anak mulai berdatangan dan mulai bercengkrama.

SMA Negeri 4 Jakarta merupakan salah satu sekolah yang terkenal dengan prestasi anak didiknya yang luar biasa. Gedungnya hanya berlantai satu, namun lokasinya cukup luas. Lapangan terbagi menjadi tiga bagian : lapangan khusus main basket, lapangan untuk main volli dan yang paling luas adalah lapangan tempat upacara sekaligus yang sering digunakan anak-anak untuk main sepakbola.

"Hai."

Sapaan itu membuat Meyra tersadar dan segera mendongak. Keningnya berkerut tanda heran melihat seorang perempuan berdiri di depannya sedang tersenyum manis kepadanya.

"Hai juga," balas Meyra lalu tersenyum dan menggeser tubuhnya memberikan tempat duduk kepada gadis itu.

"Gue Cinta. Gue murid baru di sini. Lo juga?" tanyanya kemudian berusaha mencairkan suasana yang mendadak terasa canggung.

"Kalau lo Cinta, berarti gue Rindu," jawab Meyra mengeluarkan lelucon recehnya. Cinta melongo, "Nama lo beneran Rindu?" tanyanya sedikit tidak percaya.

Meyra tertawa renyah kemudian tersenyum, "Bercanda Cin. Nama gue Meyra dan gue juga anak baru di sini." Jawaban Meyra membuat Cinta memandangnya sebal.

"Kok lo tau, kalau gue anak baru?" tanya Meyra.

"Keliatan kali dari cara lo memandang sekolah. Tuh, tas lo juga masih tersampir. Udah jelas kalau lo belum punya kelas. Hahaha, gimana, puas gak?"

Meyra mengangguk-anggukkan kepalanya. Percakapan mereka berlanjut hingga sebuah pengumuman yang mengharuskan mereka berkumpul di aula. Meyra dan Cinta beranjak beriringan menuju lokasi yang dimaksud.

∆∆

"Hei. Keliatannya kalian ini asik bener. Dari tadi gue perhatiin, ketawa-ketiwi terus."

I Hate You I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang