..

11 2 0
                                    


Semua berjalan sebagaimana mestinya. Masuk kelas, presentasi, keluar kelas, mengerjakan tugas, rapat organisasi dan lain sebagainya. Begitu-begitu saja kehidupanku dibangku perkuliahan. Tidak ada yang istimewa. Masih belum berani mengambil resiko yang lebih berat.

Semua terasa membosankan. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk keluar dari zona nyaman. Mengikuti apa saja yang menurutku menantang, padahal tahu saja tidak tentang hal itu. Lomba Insya' Bahasa Arab antar mahasiswa kampus misalnya.

Sebenarnya aku mengambil jurusan Bahasa Arab hanya bermodalkan suka dan penasaran dengan Bahasa Arab. Dan yahh, akhirnya setelah masuk lebih dalam, sampai hampir semester 2 ini aku bergelut dengannya, rasa suka dan penasaranku bertambah bahkan perlahan rasa nyaman itu datang.

Hari demi hari terlewati begitu saja tanpa progress apapun, sedangkan perlombaan sudah hampir terlaksana. Dalam mempersiapkan perlombaan ini, aku berusaha menghafal sedikit demi sedikit mufrodat setiap harinya.

Disela waktu istirahat menunggu mata kuliah selanjutnya, aku usahakan membuat tulisan apa saja. Entah itu kegiatan di kampus atau tentang opiniku mengenai isu-isu yang sedang viral dikalangan masyarakat maupun social media. Memang tidak serutin menghafal mufrodat, karna tulisan yang aku buat hanya untuk latihan yang kemudian harus diterjemahkan dalam Bahasa Arab, dan yaaa susunan kalimat Arabku tidak sesempurna orang lain, masih amatiran.

Saat proses menerjemahkan, aku tidak sendiran. Karena sendiri itu cukup berat.

Yah, perlu kalian ketahui, Aku tidak semahir orang lain. Masih butuh orang lain untuk menemani perjuangan ini. Salah satunya dengan melibatkan teman-temanku yang mahir berbahasa Arab, juga dosen Bahasa Arab yang mau dengan senang hati dan sukarela meluangkan waktunya membimbingku.

Pak Slamet misalnya.

Beliau adalah dosen berkepala tiga yang terkenal baik, dikampus. Dosen lulusan Jam'iyyah Ummul Quro' di Madinah al Munawaroh, mengambil jurusan Sastra Arab dan menjadi lulusan terbaik Pascasarjana di Universitas Malang pada tahun 2009.

Asaku hampir saja putus. Kepalaku hampir tidak mampu menampung beban materi dan tugas yang semakin hari semakin menyulitkanku dalam memahaminya. Dalam hal ini, aku tampung sendiri. Bukan karna tidak memiliki teman berbagi. Hanya saja, rasa percayaku pada mereka tidak ada. sedangkan, berbagi dengan keluarga bukanlah solusi bagiku. Sebisa mungkin aku tutup semua masalah yang menimpaku dari keluarga. Mereka hanya perlu tau bahagiaku tidak dengan dukaku.

Assalamu'alaikum wr. Wb. Pak met, saya mau konsultasi. Bapak ada waktu luang kapan?

Send

Hari ini bisa, setelah saya selesai mengajar.

Mendapat respon yang baik dari pak Met, segeralah aku menuju rungannya yang berada di lantai 1. Aku menunggu diteras Musholla yang memang berhadapan dengan ruangan Pak Met.

Seharusnya KBM selesai pukul 4 sore. Namun sampai jarum jam menunjukkan pukul 5 kurang, aku belum juga mendapati Pak Met lewat, masuk kedalam ruangannya.

Berulang kali aku cek hp, tidak ada satupun pemberitahuan konfirmasi ulang dari beliau. Aku terus menunggu, tanpa ada kejelasan. Semakin lama, kampus semakin sepi. Namun aku tidak menyerah, aku tetap menunggu barangkali ada kabar dari beliau.

Benar. Tepat saat adzan maghrib berkumandang dan aku beranjak pulang, aku melihat beliau tepat didepanku, tapi tidak untuk menemuiku. Beliau berjalan menuju parkiran bersama seorang lelaki, entah siapa, aku tidak mengenalinya, mungkin saja rekan kerjanya.

"Pak Met!" panggilku seraya melambaikan tangan.

Panggilanku telat. Pak Met sudah masuk kedalam mobilnya, dan sangat memungkinkan beliau tidak mendengar panggilanku.

Love without coupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang