Kasus pembunuhan berantai sedang menjadi hot topic belakangan ini, kasus ini telah berjalan lebih dari satu bulan dan dalam jangka waktu tersebut korban pembunuhan sudah melebihi belasan orang. Polisi dan detektif mulai kewalahan mengatasi protesnya masyarakat akan penyelidikan yang tak menghasilkan progress berarti, membuat masyarakat resah seolah pembunuh berantai tersebut bisa muncul kapanpun dihadapan mereka.
"Brian, kamu saya tugaskan untuk membantu divisi 1" Siang itu kepala kepolisian memberikan tugas kepada Brian Azriel salah satu anggota kepolisian berbakat yang dimilikinya.
"Kenapa saya pak, polisi lain kan banyak" selain berbakat sikap dan tempramen yang buruk juga menjadi ciri khas Brian.
"Ya karena kasus ini jalan di tempat dan saya butuh kamu untuk menyelesaikan kasus ini" Pak kepala seperti sudah terbiasa dengan sikap Brian tak ambil pusing lagi.
"Yayaya baiklah akan saya selesaikan" Brian menjawab dengan ogah-ogahan.
"Bagus! Saya berharap banyak kamu menyelesaikannya dengan segera"
Brian melangkah ke ruangan divisi 1 untuk meminta data yang telah dikumpulkan.
"Heh lo Kiyok siniin data pembunuh berantai yang lo kumpulin, semuanya"
"Nama saya Iyok Kak, bukan Kiyok"
"Yayaya terserah, mana datanya cepatan elah" dengan tak tau dirinya Brian memaksa Iyok membawa berkas yang tidak sedikit itu keruangannya.
Setelah melewati beberapa jam Brian mulai tersenyum aneh entah apa yang dipikirkannya. Yang jelas ia sangat percaya diri dapat menangkap pembunuh itu malam ini juga.
Tengah malam, di saat orang-orang bergelung dengan mimpi indah Brian dengan santainya menyusuri lorong-lorong sempit dan gelap.
Srek!Srek!Clack!Srek!
Seseorang di ujung kegelapan di sana mengayunkan benda berkilau itu ke seonggok tubuh yang tak berdaya. Melihat itu seringai Brian semakin terlihat
"Halo tuan pembunuh, senang bertemu denganmu malam ini"
"Kau terlambat tuan polisi" suara husky di kegelapan itu menyahut dengan pelan.
"Tidak juga, bukankah puncaknya memang akan dimulai saat ini" Brian menyahuti santai seolah tak takut pisau yang di pegang si pembunuh akan beralih menusuk tubuhnya.
Pembunuh itu berjalan mendekati Brian yang masih tak bergeming dari posisi awalnya.
Brak!
Dengan sekali gerakan si pembunuh mencekik leher Brian dan menghantamkan tubuh itu ke dinding .
"Uhuk!"
"Seharusnya lo tidur dengan nyenyak di kasur lo" si pembunuh mengencangkan cekikannya memotong jalur pernapasan Brian.
"Well kasur gue terlalu dingin buat gue tempatin sendirian Rangga" bisik Brian
"Haruskan kita membuat kasur itu menghangat Bi"
"Gue rasa kita ngak butuh kasur" Brian mengalungkan kedua tangannya di leher Rangga tak lupa dengan seringai menggoda.
Tanpa menunggu detik terlewati Rangga memiringkan kepalanya dan meraup bibir yang sudah diinginkannya sedari tadi dengan rakus, menyusupkan lidahnya diantara rongga mulut Brian mengeksplor keseluruhan isi mulut polisi itu. Brian yang tak mau kalah berusaha ikut mendominasi ciuman mereka walau pada akhirnya tetap saja ia yang mendesah di bawah kukungan Rangga.
"Hhmm..ngh"
Decakan antar mulut mereka membuat suasana menjadi lebih panas. Rangga mengakhiri ciuman mereka sebelum mereka menjadi lebih berantakan lagi.
"Jadi apa penawaran lo buat ngak gue seret ke penjara" Brian menunjukkan seringai main-mainnya.
"Sesi bercinta yang panas atau proposal pernikahan" Rangga pun menjawab dengan main-main.
"Well memang orang bodoh mana yang akan memasukan tunangan sendiri ke penjara"
Brian memang sesuatu sekali.
END
YOU ARE READING
What's going on?
Mistero / ThrillerKasus pembunuhan yang tak kunjung selesai membuat polisi berbakat itu terpaksa turun tangan :0