Bahasa Cinta Rasulullah

76 2 0
                                    

Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis ...

***


Mendung bergulung-gulung di langit kota Madinah. Burungburung merpati terbang rendah, berputar-putar, bermain dengan riak angin yang memeluk pasir-pasir kuning keemasan. Suara hembusan angin serta kepakan sayap-sayap merpati, siang itu, sepi, tidak seperti biasanya. Angin yang sama, berputar dan berkisar. Awan hitam bergantung-gantung di langit, kemudian menyebar membawa duka.

Siang ini, di bawah langit yang berselimutkan mendung, keadaan Rasulullah setelah melaksanakan Haji Wada' masih tampak kurang sehat. Sebenarnya sudah lama beliau merasakan badannya kurang bersahabat. Puncaknya tatkala beliau berada di rumah salah satu istrinya, Maimunah. Sakitnya semakin parah. Lalu kepada Maimunah, Rasulullah meminta agar semua istri-istrinya untuk dipanggil kerumahnya. Dan kemudian meminta izin kepada semua istrinya, agar bisa dirawat di rumah Aisyah.

Sakit yang dialami Rasulullah semakin hari semakin parah, demamnya semakin tinggi. Sampai suatu ketika, setiap kali menyentuh pakaiannya, para sahabat merasakan betapa sangat panas suhu badan Rasulullah. Sementara itu, memang berita tentang sakitnya Rasulullah sudah beredar sangat luas. Para sahabat, istri, semuanya berbondong-bondong silih berganti hadir untuk menemui sang kekasih itu.

Lihatlah ... !

Sungguh malu bagi seorang yang mendambakan kesucian dan kesederhanaan cinta apabila harus membandingkan cinta dan kasih orang-orang di sekeliling Rasulullah. Mereka seperti tak bisa dipisahkan. Laksana selalu memiliki rindu yang harus terobati. Dan bukankah obat rindu adalah sebuah pertemuan? Seperti Adam yang selalu merindui Hawa, begitulah kerinduan yang membuncah di dada para istri, sahabat dan orang-orang yang mencintai Rasulullah. Maka lihatlah kembali, bahwa akan tersedia kamar surga bagi para kekasih yang saling mencintai.

Selepas hari di mana Rasulullah berada di masjid, ketika itu, beliau kembali ke rumah, kemudian berbaring di pangkuan Aisyah. Di saat itu, seluruh istri Rasulullah telah berkumpul, tidak ada seorang pun yang meninggalkan beliau. Lalu Fatimah datang dengan berjalan kaki dan masuk ke kamar Rasulullah dengan tatapan sedih, matanya sembab.

Fatimah tidak kuat melihat ayahnya tergelatak tak berdaya di pangkuan Aisyah. Badannya lemas, matanya sayu, wajahnya tampak pucat pasih. Fatimah melihat ayahnya tampak begitu sangat tersiksa karena sakitnya sehingga kadang kali membuatnya tak sadarkan diri, dia kemudian berkata "Wahai ayah, sungguh engkau terlihat begitu sangat kesakitan" Rasulullah pun menjawab, "Selepas hari ini tidak akan ada lagi rasa sakit itu." (HR Bukhari 4462) Tak terasa air mata Fatimah kembali jatuh.

Rasulullah menatap wajah putrinya dengan lekat, tampak genangan air mata akan tumpah dipelupuk matanya, kemudian Rasulullah bersabda, "Mendekatlah kemari wahai Fatimah." Rasulullah memberikan isyarat kepada Fatimah untuk mendekatkan wajahnya, mendekatkan telingahnya ke mulut Rasulullah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Telaga Cinta Rasulullah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang