Pertemuan pertama

166 22 0
                                    



Memasuki bus yang terlihat lenggang, hanya beberapa bangku yang terisi Taehyung merasa beruntung, segera ia memilih tempat duduk yang berdekatan dengan jendela, sambil menikmati kenangan yang bersemayam di sepanjang perjalanan


*flashback : on*


Seorang pria tinggi bergaya rambut mullet memegang tumpukan buku, kepayahan sekali kelihatannya, para mahasiswa yang berpapasan memberi jalan agar tidak tertabrak dan berakibat gegar otak, sangat  berbahaya bagi mereka ataupun orang tampan di baliknya.

Mereka tahu siapa sosok yang membawa tumpukan buku itu keluar gedung fakultas, biasanya ia akan duduk di taman sambil mengetik di laptopnya. Namanya Kim Taehyung, mahasiswa kedokteran yang terlihat selalu sendirian. Orangnya tampan, senyumnya menawan namun tatapannya sedatar talenan. Jomblo, selama empat semester mengenyam pendidikan, tidak pernah ia dikabarkan punya tambatan.

Sial bagi pria berkulit pucat yang sedang sibuk mencari headsetnya di dalam tas sampai tak melihat sosok di depannya.

BRUKH

Tabrakan ala ala ftv terpampang nyata. Buku-buku berjatuhan dan dua manusia yang bersinggungan jatuh terduduk bersebrangan, kedua pantat mereka sama-sama sakit.

"YA!" Si pembawa buku menyalak, emosi.

"M-maaf, kau tidak apa-apa?" Yang salah siapa yang marah siapa? Coba tebak?

"Tsk." Taehyung tidak peduli, ia justru merapikan buku-bukunya dan menumpuknya menjadi satu. Si pucat membantu, ia merasa sedikit bersalah, hanya sedikit.

"Maaf, aku sedang kerepotan tadi." Cicitnya yang jika di dengarkan secara cermat terdengar serak. Taehyung terdiam, keduanya bertatapan dalam jarak tiga cm. Matanya sembab dan hidungnya agak memerah, bisa disimpulkan bahwa dia habis menangis.

"Bantu aku bawa ini." empat buku tebal diberikan, mau tidak mau si pucat terima, anggaplah permintaan maaf.


--


"Kau menangis." Tak ada reaksi dari yang ditanya, memang apa urusannya kalau ia habis menangis. "Tunggu di sini, aku belikan sesuatu."

Seenaknya sekali orang itu, pikirnya. Tapi sudahlah, ia juga tak tahu harus kemana setelah nyasar ke fakultas orang lain. Tadinya ia ingin menemui seseorang tapi tidak jadi karena insiden barusan, toh tak ada yang penting, nanti-nantian saja tak masalah.

Taehyung kembali dengan dua kaleng cola dan doritos, "siapa namamu?" satu kaleng cola dia geser ke depan pemuda yang sedari tadi diam, "Yoongi, Min Yoongi."

"Jurusan?"

"Musik."

"Semester?"

"Dua."

"Aku Kim Taehyung, Kedokteran semester empat." Keduanya bersalaman sebentar.

"Maaf sunbae, aku tadi menabrakmu." Ujar Yoongi penuh penyesalan, si mullet menatap pemuda Min itu tak berkedip, bisa dibilang ia sedang scanning wajah yang nampak familiar itu, seperti pernah melihatnya di suatu tempat.

"Tidak masalah, kau mau apa ke sini?"

Cukup lama Yoongi tak menjawab, berkali-kali mata mungilnya melihat sekeliling mereka, diikuti Taehyung yang tidak paham dengan kelakuan sang adik kelas.

"Siapa yang kau cari?"

"Kim.... Namjoon."

Imut.

Ada kesan seperti itu saat nama itu tersebut, Taehyung kenal dengan orang yang barusan disebutkan namanya. Satu angkatan dengannya, bisa dibilang mereka rival soal peringkat IPK. Sifat keduanya bertolak belakang, Namjoon di kenal banyak teman sementara Taehyung hanya bergaul dengan buku-buku.


*flashback : off*


Bus yang dikendarai berhenti di sekitaran gedung yang memang menjadi tujuan si biru pergi. Berjalan dari halte selama lima menit, maka ia sampai di gedung megah tempat diadakannya acara sakral yang mengikat antara dua insan manusia yang saling mencintai.

Sejenak ia merapikan penampilan lalu berjalan maju tanpa ragu.

"Kau pasti bisa Taehyung. Dia akan bahagia, bukankah itu juga membuatmu bahagia?" Ia menyemangati dirinya sendiri sambil meremat lengannya.


Jimin berjalan mengikuti Taehyung dalam jarak dua meter di belakang, tak ingin pemuda itu tahu dia ia ada di sana sekarang, surai pink takut diteriaki stalker oleh si buruan.

"60 menit Taehyung ssi. Gunakan waktu itu sebaik-baiknya."

Dewa kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang