pur.na.ma

9 0 0
                                    

Bulan purnama malam ini begitu terang. Hampir cukup menyinari malam dengan cahayanya yang temaram. Begitu kutengok, pikirku langsung saja melayang kepadamu. Kuambil ponsel yang sedari tadi nganggur di sampingku. Kucari nomor teleponmu yang sudah lama bersemayam di ponselku itu.

Tuut...tuut...

Masih tut-tut saja yang kudengar. Belum ada suara lembutmu yang menjawab.

"Halo?"

Akhirnya, kamu terima juga teleponku ini.

"Halo, ini aku," kataku agak gemetar. Sial, dengar suaramu saja, aku sudah mulai gemetar. Apalagi berjumpa?

"Hey, ada apa?"

"Ah, nggak, cuma ingin telepon saja."

"Yakin ngga ada hal penting?"

"Kamu lupa? Segala tentangmu itu penting buatku."

"Hahahah, kamu selalu saja begitu. Kamu telepon aku karena purnama, ya?"

"Iya," aku nyengir, lebar sekali. Rasanya seperti terbang.

"Aku sedang duduk di teras, nih. Sambil liat purnama juga," katamu.

"Nggak aneh," kataku sambil terus saja tersenyum membayangkan kamu duduk memandangi bulan. Bulan yang sama dengan yang kupandangi saat ini. Bedanya, kamu keren sekali duduk di teras. Aku? Malah rebahan di atap karena nggak punya teras.

"Terang sekali bulannya," kamu memuji bulan, lagi. "Aku jadi ingin ke bulan."

"Jangan," sergahku segera.

"Lho, kok jangan?"

"Ya, jangan."

"Memangnya kenapa?"

"Kamu tanya kenapa?"

"Iya."

"Nanti aku malu."

"Lho, kok kamu malu?"

"Iya, banyak rinduku untukmu yang kutitip di sana."

ka.muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang