Chapter 11

6 0 0
                                    

Viant POV

"Perkenalkan nama saya Karina Nila Metallica"

Deg...

Aku langsung beralih menatapnya. Dan benar saja dia gadis yang kutemui di Indonesia.

"Saya pindahan dari Indonesia. Saya harap kita bisa berteman dengan baik, mohon bantuannya! "Lanjutnya.

"Baiklah, kau duduk didepan Viant. Viant angkat tanganmu!" Kata ibu Desi.

Aku langsung mengangkat tanganku dan pandangan kami bertemu. Dapat kulihat bahwa dia terkejut.

Dia berjalan kearahku dan mendudukkan diri didepanku.

"Viant, tak kusangka kita bertemu lagi disini" Ucapnya.

"Hmm"

"Aishh, kau masih sama" Gerutunya.

***

Bel istirahat telah berbunyi, semua murid berhamburan ke kantin.

"Viant, tunggu sebentar! " Teriak Karina.

"Huh, apa? "

"Kau mau kekantin? "

"Ya" Jawabku ketus.

"Aku ikut bersamamu" Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan.

"Apa? Tidak" Balasku mutlak.

"Terserah kau saja, aku akan tetap mengikutimu "

Aku menghela nafas panjang. Dan benar saja dia mengikuti kekantin, lebih parahnya dia memegang lenganku di sepanjang koridor sekolah.

"Bisakah kau lepaskan? "Tanyaku risih saat mendapat tatapan tajam dari seluruh penghuni kantin.

" Tidak. Aku tidak mau kau menghilang " Ucapnya terlampau bego.

"Tidakah kau lihat tatapan mereka? " Balasku berbisik.

Dia mengedarkan pandangannya. Lalu melepaskan lenganku.

"Baiklah kau duduk denganya saja"kataku.

"Aku tidak mengenalnya"

Aku menariknya ke meja yang terdapat dua orang yang tengah berbincang.

"Halo princess.. " Sapaku pada mereka.

"Oh,, ada apa Viant?" Ucap salah satunya.

"Boleh aku titip dia disini? "

"Tentu, siapa dia? Aku belum pernah melihatnya"

"Tentu saja kau belum pernah melihatnya, dia anak pindahan. Dan dia seperti adikku" Jelasku

"Oh baiklah, kemarilah! Kau cantik sekali. Kurasa aku akan mendapat personil baru. Hahah" Ucapnya.

"Baiklah. Aku pergi dulu ya" Ujarku melenggang pergi.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, namun aku masih belum beranjak dari tempat dudukku.

"Viant. Kau tak pulang? " Tanya Karina.

"Nanti" Ucapku singkat.

"Baiklah"

"Oh, aku mau bertanya beberapa hal!" Lanjutnya.

"Apa? "

"Kenapa semua orang menatap kita seperti itu tadi--dikantin--? " Tanya Karina.

"Karena mereka tidak suka" Jawabku.

"Kenapa? "

"Apa kau akan percaya jika aku menjelaskannya? "

Dia mengangguk

"Baiklah. Pertama, ayahku adalah pemilik saham sekolah ini. Kedua, mereka bilang aku yang paling tampan disini. Ketiga, aku murid terpandai, murid teladan, ketua osis dan murid terpopuler. Jadi kalau ada orang bertanya apa hubungan kita jawab saja kau ini adikku" Jelasku malas.

"Wow,,lalu siapa yang kau panggil princess tadi? " Tanyanya lagi.

"Dia primadona disekolah ini. Mereka berdua adalah murid paling cantik disini. Dan salah satunya menyukaiku, jadi itulah mengapa aku mengatakan bahwa kau adikku" Jelasku lagi

"Baiklah, ayo kita pulang! "
Tanpa meminta persetujuanku, dia langsung menarikku ke basement.

"Kau pulang dengan siapa? " Tanyaku.

"Tentu saja kau yang mengantarku. Dimana mobilmu? "

Aku menghembuskan nafasku kasar lalu menunjuk mobil sport milikku.

"Wahhh.. Ini benar-benar mobilmu?  Kau tau ini hanya ada tiga didunia, aku pernah meminta mobil seperti ini pada ayahku tapi dia bilang terlalu mahal" Jelasnya.

Aku melajukan mobilku membelah padatnya jalanan.

"Dimana rumahmu? " Tanyaku.

"Apartement xxx" Balasnya cepat.

"Kau tau kan? " Lanjutnya.

"Ya aku tau. Ck, sifat dan penampilan mu itu sungguh berbeda. Kau terlihat seperti gadis tomboy yang irit bicara, tapi sifatmu sangat menyebalkan"

"Kau juga sama. Saat didepan princess itu kau sangat lembut, sedangkan didepanku sangat cuek"

Perdebatan kecil itu mengiringi perjalanan kita, hingga tak teras kita sudah berada di depan apartemen yang Karina tempati.

"Masuk dulu! " Ajak Karina.

"Tidak. Aku ada janji dengan temanku, lain kali saja" Tolakku dengan berbohong.

"Ohh, baiklah. Tapi lain kali kau harus mampir dulu" Tuturnya.

"Ya, masuklah. Aku pergi dulu" Ucapku langsung melajukan mobilku.

***

Aku memasuki rumahku. Baru saja ingin mencet Bel, seseorang lebih dulu membuka pintu rumah.

"Wahh, hebat sekali tuan muda ini. Setelah kemarin dengan seenaknya tidak pulang sekarang berada didepan rumah" Tentu saja itu papa.

"Sudah selesai? " Tanyaku.

"Mana sopan santun mu? Apa yang kau pelajari selama sekolah? " Ucapnya sedikit membentak.

"Sopan santun ku hanya untuk orang yang menyayangiku. Bukan penghianat seperti mu" Balasku dengan penekanan diakhir kalimat .

"Dasar, anak tidak tau diri"

"Dan kau bajingan yang tak pantas dipanggil papa"

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang