Chapter 14

7 1 0
                                    

Author POV

Seorang lelaki tengah menangani pasien yang tak lain adalah adiknya sendiri. Pria itu Randy.

"Kau sudah baikan? " Tanya Randy.

Viant menganggukkan kepalanya memeberikan jawaban 'iya'.

"Apa yang terjadi padaku? "Tanya Viant.

" Aku belum bisa memastikan,, hasil lab keluar malam nanti. Apakah kau sering merasakan sakit seperti itu? " Tanggap sang dokter.

"Ya, akhir-akhir ini"

"Kenapa tidak kerumah sakit? "

"Kau tau, aku benci rumah sakit"

"Baiklah. Kau istirahat dulu saja, nanti malam akan kuantar pulang"

"Baiklah"

***

Kini Randy dan Viant tengah duduk saling berhadapan.

"Ada apa? Apa aku sakit serius? " Tanya Viant.

Alih-alih menjawab, Randy malah menyodorkan sebuah amplop warna putih. Viant membukanya, dia terkejut namun sedetik kemudian ia tersenyum simpul.

"Kanker lambung ya,, tidak apa"

"Kau sudah selesai bekerja? " Lanjut Viant.

"Ya, ayo kita pulang! " Randy.

***

Ting,, tong,,,

Seseorang membuka pintu.

"Oh, ada pangeran disini. SAYANG, PUTRAMU SUDAH PULANG" Teriak Anin (yang dipanggil jalang).

"SURUH MASUK SAJA! " Balas Papa Viant.

"Masuklah! " Ucap Anin.

"Kau darimana? " Tanya Rega (Papa Viant)

"Bukan urusanmu" Jawab Viant.

"Kau tinggal dirumahku, tentu saja itu urusanku, bodoh" Ucapnya sedikit meninggikan suaranya.

"Memangnya kau pernah peduli padaku? Tidak kan? Dan sekarang jangan sok peduli , urusi saja jalang mu itu! " Balas Viant dengan tampang datar.

Bugh...

Byuurr...

Satu pukulan mendarat diperut Viant, bersamaan dengan darah yang keluar dari mulutnya.

Viant berlari meninggalkan kedua insan yang menatapnya heran.

"Tidak biasanya" Ucap Rega.

"Sudahlah, mungkin itu hanya akal-akalanya saja" Balas Anin.

***

"Eunghh,, aaahhh,, ssssttt, ke--na--pa, , s-a,,,ki..-t,,--,, se--k:a,,li" Rintih Viant.

Viant meraih obat yang tadi diberikan oleh Randy dan meminumnya.

Perlahan obat itu mulai bereaksi, rasa sakit yang mendera tubuhnya berangsur berkurang.

"Mama,, apakah aku akan sembuh? Atau aku akan mati?" Gumamnya.

"Ya Tuhan, jika kau menghendaki aku mati, setidaknya kirimkan seseorang yang baik untuk menjaga mama. Dan jauhkan dia dari segala kesedihan, aku tak ingin melihat tangisnya. Pertemukan aku sebelum aku menutup mata untuk selamanya. Hanya kebahagiaannya yang kuminta, setelah itu dengan senang hati aku akan ikut denganmu" Lirihnya sambil menahan tangis.

***

Other side

"Apakah dia baik-baik saja? " Tanya Kiky pada dirinya sendiri.

"Tidak biasanya dia meninggalkan mobilnya, lalu dia pergi menggunakan apa? Jalan kaki, itu tidak mungkin. Naik bus, itu bukan tipenya. Dijemput, itu hal yang paling ia hindari. Ah, lebih baik aku telepon saja dia"

Kiky mengambil smartphonenya dinakas samping tempat tidurnya.

Mencari kontak dengan nama Viant dan menghubunginya.

"Ada apa kau menghubungi ku? "

"Kau ada dimana? "

"Dirumah"

"Kau baik-baik saja kan? Dia tidak melakukan hal gila lagi kan?  Oh ya, dengan siapa kau pulang tadi? "

"Aishh,, kau cerewet sekali. Aku baik dan tadi aku dijemput oleh Randy"

"Tapi kenapa kau tidak membawa mobilmu? Kau tak biasanya meninggalkannya di basement?"

"Aku pergi bersamanya, aku sedang tidak mood untuk mengemudi"

"Kau tidak sedang berbohong kan? "

"Tidak, apakah aku pernah membohongimu? "

"Baiklah, aku percaya padamu. Malam ini aku kerumahmu ya? Aku sendirian dirumah"

"Terserah, tapi lewat balkon kamarku saja"

"Astaga, aku harus memanjat lagi? "

"Ya, itupun kalau kau bersedia. Kalau tidak aku tidak akan memaksa"

"Baiklah, tak masalah"

***

Tok... Tok...

"Viant, buka pintunya! " Ucap Kiky dari luar.

Viant berjalan menuruni ranjangnya dan membukakan pintu untuk sahabatnya itu.

Kiky melangkah masuk, lalu merebahkan tubuhnya diranjang king size milik sahabatnya itu.

"Kau sudah makan? " Ucap Kiky.

"Belum" Balas Viant singkat.

"Aku bawa Bubble and Squeak, ayo kita makan! " Ujar Kiky sambil menunjukkan kantong plastik yang ia bawa.

Mereka mulai memakannya hingga tiba-tiba Viant mual. Ia berlari kekamar mandi tanpa memperdulikan lagi Kiky yang menatapnya bingung serta khawatir.

Hoek... Hoek...

"Kau kenapa? Kau sakit?"tanya Kiky cemas.

Viant menggelengkan kepalanya, namun bukan Kiky namanya jika ia tidak menyadari bahwa wajah sahabatnya pucat.

"Kau sakitkan? Jangan berbohong, aku tau sifatmu" Ujar Kiky.

"Ya____"

"APA?"

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang