16 | Break The Rules

2.2K 246 6
                                    

Aku hanya bisa terdiam ketika hati terus menerus memendam, karena kata tak mampu mengungkapkan rasa yang begitu dalam.

***

Amadda menghela napas berkali-kali, kepalanya celingukan mencari kanan kiri. Namun sudah dua puluh menit, orang yang ia tunggu tak datang juga.

"Ck! Bodo ah. Lama banget. Mending gue angkat barang duluan." gerutu cewek itu seraya berbalik.

Namun saat berbalik, cewek itu tersentak kecil sehingga termundur refleks. Orang yang dicarinya berada tepat beberapa langkah di belakangnya. Tapi bukan itu yang membuat Amadda mencicit tak karuan, melainkan baju mereka yang sama dan terlihat serasi.

Sontak Amadda menatap dirinya sendiri. Kali ini ia memakai rok jeans selutut dengan kaos oblong putih dibalut dengan jaket denim berwarna pink. Sementara Alaric mengenakan jeans dengan kaos putih dan jaket denim yang sama namun berwarna mustard.

Keduanya tampak canggung. Tak ada yang mencoba untuk melangkah lebih dekat sekedar untuk menebas jarak. Amadda semakin memundur dengan raut canggung, sementara Alaric menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"U-udah bisa jalan?" ucap cowok itu mencairkan suasana.

Amadda berhenti mundur, "I-iya. Inimah gak papa, santai aja kali." jawab Amadda seraya mengibaskan tangannya didepan wajah, mencoba menghilangkan gugup.

"By the way, makasih ya semalem lo udah nyari gue, terus bawa gue pulang kesini,"

Alaric tersenyum. "Nah, gitu kek. Gue nungguin makasihnya dari kemaren." canda cowok itu.

"Nyesel gue ngomong," sahut Amadda.

Alaric terkekeh. "Barang lo mana? Ayo, gue bantu bawa ke bis."

Alis Amadda terangkat, "tumben baik?"

Alaric hanya tersenyum miring seraya mengendikkan bahunya. Ia mulai melangkah mendekati barang-barang Amadda yang sudah dikemas didepan tenda, lalu mengangkatnya dan berlalu dari hadapan Amadda

Sementara Amadda mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan sikap cowok itu. Namun tak berselang lama, karena setelah itu ia ikut beranjak menuju bis.

Sekarang adalah hari terakhir LPKS. Bisa disebut hari bebas karena sejak pagi sampai sore tadi, kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan tidak wajib. Seperti membantu warga bertani, mengambil air, bahkan Amadda sempat melihat Alaric dan Rizky yang tengah mengajar anak-anak warga membaca.

Sedangkan sejak sore hingga malam ini, mereka sibuk membuat api unggun dengan beberapa hiburan seperti bermain gitar dan bernyanyi bersama, serta bercerita pengalaman masing-masing selama LPKS.

"Rin, udah siap semua, kan?"

Ririn yang tengah menghitung barang bawaan itu kini menoleh, lalu mengangguk pasti. "Udah. Ayok lah berangkat sekarang aja, kalo kemaleman makin ribet."

Amadda mengangguk. Kemudian cewek itu berjalan dengan tertatih seraya mengintruksikan panitia untuk berkumpul, sebagian mengatur peserta agar naik ke bis dengan teratur.

Terakhir, cewek itu menaiki bis dengan duduk di kursi yang tersisa, kursi paling belakang dengan cewek yang duduk sendirian disana.

"Kamu yang lagi sakit kan? Sini coba deketan, Kakak olesin kayu putih biar mendingan."

GAME OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang