biar impas

14 0 0
                                    

****

*

*

****

Happy reading :)

Vita duduk bersandar dibrankar rumah sakit. Tangan kanannya diperban rapi, tangan kirinya memegang hp miring dan lubang telinganya disumbat oleh earphone.

Dokter masuk disusul oleh Arman dibelakang. "Tanganmu masih terasa sakit, Vita?" Tanya Dokter itu yang tak lain adalah tante Vita.

Tak ada jawaban. Menghela napas lalu membuka sebelah earphone yang tersumbat ditelinga keponakkan nya, Dokter itu berkata lagi, "Tanganmu masih sakit?"

"Tidak."

"Yaudah kalau gitu kamu sekarang udah boleh pulang."

Vita turun dari brankar dengan tangan sebelah megang hp. Arman membawa tas selempang dan lapbook Vita, ia berterima kasih pada dokter itu sebelum menyusul Vita yang sudah jauh.

Vita sama sekali tak menyahut saat dipanggil oleh Arman. Ia berjalan menuju mobil Arman yang berada di parkiran rumah sakit. Arman melihat Vita berdiri disamping mobilnya, ia kemudian berlari mendekat dan membukakan pintu mobil untuk Vita. Arman masuk kedalam mobilnya, ia memberikan tas dan lapbook Vita karna yang punya meminta.

Vita tak bicara selama perjalanan menuju rumahnya, ia tetap menatap hpnya dan masih memakai earphone dikedua lubang telinga.

Arman memegang pelan tangan kanan Vita yang berbalut perban diatas paha kekasihnya itu, Vita menoleh kearah Arman yang juga menatapnya.

"Maaf.." Vita membaca gerakan bibir Arman. Ia membuka kedua penyumbat telinga. "Kamu suka sama Sindy?" Tanya Vita membuat Arman menghentikan mobilnya seketika dipinggir jalan, beruntung saat itu keadaan agak lenggang.

Arman menghadap Vita sepenuhnya, ia menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Vita. Arman tak tau siapa Sindy, tapi ia yakin bahwa yang dimaksud Vita adalah gadis berambut sebahu yang berada disebelah Amelya saat diparkiran kampus.

"Tapi kenapa tadi liat Sindy sampai gak berkedip?" Tanya Vita lagi. Ia perempuan yang suka terang-terangan bukannya ngasih kode-kode berharap pacar peka.

"Maaf, aku belum pernah liat dia sebelumnya. Jadi tadi aku.. aku.."

"Kamu naksir sama Sindy?"

"Aku tadi cuma penasaran sama dia bukan--

"Jawab aja iya atau enggak."

Arman menunduk agak susah menatap mata Vita, ia sedikit takut. "Iya, dikit." Katanya pelan.

Hening. Beberapa menit berlalu hening hingga akhirnya Vita menarik tangannya dari Arman. Kemudian kedua tangan Vita menangkup wajah Arman dan mendekatkan wajahnya.

Cup!

"Boleh diulang lagi?"

Vita kembali mendaratkan kecupan singkat dibibir Arman.

"Aku jujur kalau aku sedikit naksir sama dia, terus kenapa kamu cium?" Tanya Arman.

Vita mengangkat kedua bahunya, "Ciuman terakhir sebelum kita putus." Ujarnya santai menurunkan tangannya dari wajah Arman.

Arman melotot. "Enggak! Aku gak mau putus." Ujarnya menatap Vita.

"Pilih aku atau Sindy?"

"Kamulah!" Jawab Arman cepat.

"Kenapa?" Tanya Vita lagi.

"Karna kamu pacar aku! Aku cuma naksir sekilas sama si Sindy itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masih adakah Cinta yang lain?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang