Prolog

149 8 2
                                    

💜

💜

💜

           Kertas berwarna merah maroon itu tergeletak begitu saja di atas meja kayu jati. Di sampingnya ada kulacino yang mulai mengering akibat paparan sinar matahari dari balik jendela. Sesakit inikah ketika orang yang kamu cintai memilih untuk mengikat janji suci bukan denganmu. Mungkin ini memang salahnya. Salahnya yang selalu mengulur waktu untuk mengungkapkan seluruh perasaannya pada gadis itu. Apakah semesta menginginkan dia menyaksikan sebuah kesakitan paling disengaja? Dia sebenarnya tidak ingin datang pada acara meriah itu. Tapi dia dan gadis itu sudah lama bersahabat lalu apakah gadis itu tidak berpikir macam-macam tentangnya. Apakah ia juga harus menyaksikan kata sah yang membuat hati luluh lantah. Atau seperti kata Wira Nagara, cincinmu tersemat jatungku terlumat.

"Namaku memang berada pada undangan itu. Bukan berada di samping namamu namun tertera sebagai tamu. Apakah aku mampu menghadirinya. Rasa sakit ini semakin mendominasi. Apakah aku kuat?" batinnya tersayat.

Katanya titik tertinggi kita dalam mencintai seseorang adalah membiarkan ia bahagia dengan pilihannya. Dia membuka handphonenya dan menemukan wallpaper seorang gadis tengah tersenyum. Dia membuka aplikasi WhatsApp miliknya dan membaca kembali pesan yang gadis itu kirimkan kemarin.

KilaKu
Assalamualaikum, Nata akhirnya aku bisa menikah? Jangan membully ku kembali dengan sebutan jomlo. Haha. Jangan lupa datang ya.
22.21

Waalaikumusalam. Alhamdulillah. Sekarang hanya aku dong yang jomlo. Aku gak bakal lupa kok. Tenang saja aku bakal datang paling awal pokoknya.
Read 22.30

KilaKu
Cepetan cari jodoh sana. Nanti keburu jadi perjaka tua lo.
22.30

Iya nanti di acara pernikahanmu doakan aku dapat jodoh disana. Haha.
Read 22.36

Kilaku
Haha nanti jangan-jangan tantenya Arkan yang janda itu jodoh kamu.
22.36

Janganlah. Kalo gitu doakan saja supaya aku bisa menyusul.
Read 22.45

Kilaku
Siap brother.
22.45

Udah sana tidur. Selamat malam. Wasalamualaikum
Read 22.55

Kilaku
Malam kembali. Waalaikumusalam
23.30

Dia tersenyum mengingat betapa bodohnya ia menutupi semua luka dengan haha hehe. Kila nama gadis itu. Gadis yang dulunya ia impikan akan menjadi ibu anak-anaknya. Gadis yang ada saat dia membuka mata setiap paginya. Tapi semuanya sudah berakhir. Mimpinya tidak akan terwujud. Dia memang tidak berniat move on, karena ia ingin menikmati sebuah patah hati sebelum pernah memiliki.

Dia kembali meletakkan handphone miliknya di samping undangan itu. Menerawang langit-langit dan menghembuskan nafas kecewa. Cintanya pada Kila sudah pupus. Bisakah ia menemukan cinta baru?

Di sisi lain seorang gadis tengah bergelut dengan perasaanya. Seharusnya ia tidak boleh merasakan ini. Rasa sakit ini kembali. Berharap pada manusia memang selalu berakhir kecewa. Ia membanting handphone miliknya diatas bantal. Sayang kalau di lantai karena itu hadiah ulang tahunnya yang ke-17. Lagipula itu handphone mahal, mana tega. Dia melirik handphone miliknya dan langsung mengambilnya kembali. Notifikasi dari Youtube tentang kolaborasi idolanya dengan seorang wanita. Patah hati kembali. Dadanya bergemuruh kencang. Nafasnya sedikit tersegal. Selalu. Ia selalu merasakan itu ketika patah hati. Atau teringat dengan lelaki itu dan orang tuanya.

Sudah hancur semua pertahanannya. Luluh lantak dibuatnya. Katanya cinta bisa datang pada siapa saja. Tapi mengapa hati ini merasa egois. Lelaki itu yang membuat ia seperti ini. Tetes demi tetes liquid itu sengaja memperkeruh suasana.

"Ahhh!" teriaknya dalam bantal.

"Jung Hoseok sialan!" makinya. Padahal lelaki itu tidak berbuat apa-apa. Salahkan hati yang memilih tempat yang salah. Seharusnya juga dia sadar jika dia hanyalah satu dari jutaan fans di luar sana.

Drtt drtt drtt

Handphone mode vibrate itu terus saja bergetar di tangannya. Ia dengan malas menjawab telepon kakak sepupunya. Dengan kasar ia menghapus air matanya.

"Halo Assalamualaikum bang Sat."

"Waalaikumusalam. Jangan bang Sat kenapa sih dek. Bang Ia gitu lo."

"Emang nama abang kan Satria. Dan panggilannya bang Sat."

"Udah lah. Kamu habis nangis ya. Ketahuan banget. Pasti gara-gara artis Korea itu kan. Aduh dek mendingan nge fans sama abang aja. Wudhu sana biar plong hatinya terus sholat ashar."

"Iya bang. Nggak biasanya abang telepon?"

"Iya lusa kamu ke Jakarta ya. Bang Arkan mau nikah. Nanti abang kirim alamatnya."

"What? Si jomlo mau nikah? Demi apa! Akhirnya laku juga tuh orang."

"Heh gak boleh bicara seperti itu. Emang sih Arkan terkenal jomlo. Tapi dia nggak halu kaya kamu. Udah gitu aja ya abang mau meeting. Nanti abang transfer uang buat beli tiket keretanya. Assalamualaikum dedeknya abang."

"Iya bang maaf. Ya udah waalaikumusalam."

Mungkin berita kebahagiaan dari kakaknya sedikit mengurangi beban hatinya. Ia dan kakak sepupunya memang dekat. Bahkan  lebih pantas disebut saudara kandung. Ia hidup sendiri selama sebulan ini di kota kelahirannya. Sebulan lalu neneknya telah pergi untuk selamanya. Untuk kedua orang tuanya mereka telah bahagia dengan keluarga masing-masing.

"Kaum penikmat patah hati sebelum memiliki," lirihnya.

Apa yang terjadi ketika hati yang patah dipertemukan dengan hati yang patah? Ketika dua insan lebih memilih menikmati patah hati bisakah mereka merasakan nikmatnya bahagia tanpa adanya kata patah?

Apa yang terjadi ketika hati yang patah dipertemukan dengan hati yang patah? Ketika dua insan lebih memilih menikmati patah hati bisakah mereka merasakan nikmatnya bahagia tanpa adanya kata patah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Kamu dan Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang