3. Congratulation

88 5 0
                                    

Kemenangan Khaliya tentu tersebar luas. Seorang Khaliya mengalahkan Al! Sungguh sesuatu yang Langka, karena cowok itu tidak pernah kalah.

"Hebat banget, haduh."  Ucap Fano setelah melihat hasil pertandingan Khaliya dengan Fano di snapgram Fano.

"Enggak Fano, biasa aja." Ucap Khaliya seraya tersenyum.

Suasana kantin sangat ramai sekarang. Banyak yang mencuri pandang kearah Khaliya, bahkan tak sedikit pria yang tersenyum padanya.

"Selamat atas kemenangan lo."

Khaliya menoleh, sudah ada Al, David dan Revan. Al menyondorkan tangannya ke arah Khaliya hal itu disambut baik dengan Khaliya, ia tersenyum dan bersalaman dengan Al.

Tiga pria itu duduk, lalu meminum es teh yang sudah dititipkan ke Fano.

"Gue lihat mading tadi, ada turnamen. Gimana, saints join?" Revan mengangkat alisnya.

Saints adalah nama Squad mereka. Cukup terkenal, karena banyak meraih juara.

"Boleh aja, jarang-jarang kita turnamen bawa nama sekolah. Gimana nih, kapten?" David menatap Al-- kaptennya.

"Boleh, kapan?" Ucapnya lalu menyedot es teh miliknya lagi.

"12 September, 2 Minggu lagi nih."

"Lo urus pendaftarannya. Hari ini kita latihan." Suruh Al pada Revan.

"Dan Khaliya, lo ikut latihan hari ini. Ntar David barengin." Lanjut Al.

"Waduh capt, gue biasanya bareng Fano." David memberitahu.

"Lo barengin aja Al. Gue urus pendaftaran habis itu gue langsung nyusul." Ucap Revan

"Ya sudah. Pulang sekolah, tunggu gue di kelas lo." Khaliya mengangguk tanda mengerti.

~game over~

Khaliya dan Al sampai didepan rumah berlantai 2 dengan nuansa cat berwarna abu-abu. Ia mengekori Al, ia merasa rumah ini sangat sepi. Namun ia tersenyum ketika melihat gadis kecil yang datang lalu memeluk Al.

"Kak Al!"

Al membawa gadis kecil itu kegendongannya,membuat gadis itu tertawa karena senang.

"Nessa udah maem?" Tanya Al, pertanyaan yang membuat Khaliya menahan tawa. Al yang bersifat layaknya lelaki datar kini bersifat manis.

"Udah."

"Mama mana?"

"Berangkat ke Jakarta. Katanya pulangnya lama!"

Merasa tidak hanya berdua, Nessa menatap Khaliya. Lalu tersenyum pada Khaliya, Khaliya juga tersenyum pada Nessa. Nessa menutup mukanya dengan kedua tangannya.

"Kenapa ditutup?" Tanya Al

"Nessa malu!" Jawabannya membuat Al mengangkat satu alisnya.

"Kok malu?"

"Itu siapa?" Nessa menunjuk Khaliya.

"Temen kakak. Namanya Khaliya"

"Nessa mau kenalan dong."

Nessa turun dari gendongan Al, lalu merentangkan kedua tangannya ke arah Khaliya. Khaliya yang peka langsung membawa Nessa kedalam gendongannya.

"Halo Nessa." Katanya lalu tersenyum.

"Kakak namanya siapa kak?"

"Khaliya, panggil aja Lia."

"Temenan sama aku ya!" Khaliya mengangguk. Gadis kecil ini sungguh lucu!

"Khaliya." Khaliya menoleh kearah Al.

"Main sama Nessa di kamar gue aja, ayo." Al melanjutkan langkahnya yang terhenti karena Nessa.

Al membuka pintu berwarna putih itu. Kamar yang besar dan rapih disana banyak medali dan piala, apalagi kalau bukan turnamen.

"Gue ganti baju dulu, Lo disini aja sama Nessa." Al mengambil baju lalu masuk ke pintu putih lainnya, yang Khaliya yakin itu kamar mandi.

Matanya mengelilingi kamar Al, ia melihat bingkai yang berisi fotonya bersama Nessa disana.

Lucu batinnya.

Ia menatap Nessa yang ada di gendongannya. Gadis itu tertidur, mungkin lelah karena banyak mengobrol dengannya tadi.

Khaliya menidurkan Nessa di kasur milik Al, lalu mengusap pelan pipi gadis kecil itu.

"Khaliya, Nessa tidur?" Al keluar dari kamar mandi itu dengan celana selutut dan kaos hitam polos.

"Iya, dia tidur." Jawabnya.

"Maaf kalau dia ngomong aneh-aneh."

"Gak papa kali, namanya juga anak kecil."

Al menatap adiknya yang tengah tertidur dengan tenang.

"Piagam sama pialanya banyak ya."

"Gak usah merendah. Gue tau Lo punya lebih banyak dari itu."

"Udah hilang. Gue ninggalin semua itu."

"Maksud lo?"

"Iya, publik mana tau alasan gue keluar dari squad gue."

"Khaliya yang kalian kenal lewat berita, gak sama dengan Lia di kenyataan." Lanjutnya

Gadis itu berdiri, berjalan ke arah jendela yang melihatkan view langit yang biru.

"Kalau menurut orang orang diluar sana menjadi terkenal itu enak, menurut gue jadi orang yang tidak dikenal tapi bahagia itu lebih enak."

Al diam, menyimak setiap kata yang diucapkan Khaliya.

"Gue rapuh, gue bro---"

"Assalamualaikum!" Salam Revan memotong pembicaraan Khaliya. Khaliya dan Al menoleh ke Revan dan David yang menyengir.

Teriakan Revan membuat Nessa terbangun dan menangis. Segera Al menggendong Nessa keluar kamar dan menyuruh Mbok Rida untuk mengurusnya.

"Waduh gue salah nih kayaknya."

~game over~

Victory!

Bunyi salah satu ponsel dari mereka berlima.

"Akhirnya!" Kata Fano tersenyum lega.

"Tambahan dari gue. Lia, buat MM lo udah bagus tapi jaga jarak lagi biar gak keculik. David, tank lo masih sama kayak dulu, suka buta map. Revan dan Fano, jangan maksa. Kalau gak bisa mending mundur aja. Nanti kayak tadi, mati terus ngomel ke tank."

"Siap capt!"

.


Segini dulu,
Byebye






GAME OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang