"Tony.. Tony.."
'Siapa kau? Kenapa memanggilku?'
Lelaki yang dipanggil Tony tersebut perlahan membuka matanya. Sesaat retina matanya menangkap cahaya terang dan seketika membuatnya mengerutkan kening karena silau.
Ia mulai memegang kepala dengan tangan kirinya saat merasakan sakit dan pusing. Pandangannya mulai membaik dan melihat sekelilingnya dengan dominasi warna putih. Ia juga melihat seorang lelaki yang sedang memegang erat tangan kanannya.
Huh? Oh tidak, tunggu. Kenapa tangan kanannya tertancap jarum infus? Sedang dimana ia sebenarnya?
Tak berapa lama kemudian, pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok Pepper Potts yang tergesa-gesa. Ia tampak terkejut saat melihat Tony.
"Oh God, Tony. Syukurlah kau sudah bangun." Wanita itu terlebih dahulu meletakkan serangkai bunga di kabin sebelah ranjang Tony dan segera memeluknya.
"Pep, dimana aku sekarang ini?"
"Umm.. Kau sedang dirawat di rumah Stephen." Pepper melihat ke arah Stephen yang duduk di sebelah Tony.
"Bukannya kau sudah hapal rumah ini?" Tambahnya, dengan raut muka yang taj dapat ditebak oleh Tony.
Tony mengernyitkan dahinya, tak paham dengan semua perkataan Pepper.
"Rumah ini? Stephen?"
~~
Sore itu terasa sepi di ruang tengah, tidak seperti biasanya. Peter saat itu melihat Stepehn yang sedang merenung sambil membawa secarik kertas.Peter tak urung menghampirinya dan duduk disebelah Stephen sembari menepuk pundaknya.
"Maafkan aku, Doc." Lirihnya. Stephen lantas menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Ini bukan salahmu, nak. Aku tak bisa menjaganya dengan baik. Mungkin ini karena aku yang terlalu egois untuk--" Sebelum ucapan Stephen tersampaikan sepenuhnya, Peter memeluknya dengan erat.
"Doc, kata temanmu Mr. Stark akan pulih dari amnesia-nya. Kita hanya butuh waktu saja. Bersabarlah."
Stephen terdiam dan berusaha bernafas teratur untuk meredakan emosi yang bergejolak didadanya. Mungkin benar kata Peter, dia harus tenang untuk saat ini agar bisa fokus untuk merawat kekasihnya.
Tak berselang, suara ketukan di pintu depan terdengar. Menampilkan sosok Steve, Natasha dan Rhodey yang membawa sebuket bunga cantik dan sebuah bungkusan.
"Oh hai, Pete dan.. Stephen.." Terlihat suasana awkward di antara mereka berdua saat Stephen hanya menganggukkan kepalanya untuk menanggapi sapaan Steve.
Natasha yang tahu segera memecahkan keheningan tersebut. "Tony dimana, Pete?"
"Bersama bibi Pepper di kamar. Ah biar aku bawakan bunganya." Sahut Peter. Mereka segera bergegas ke kamar, terkecuali Rhodey yang duduk menemani Stephen di sofa.
Clack
Senyum Tony merekah melihat Steve bersama Natasha muncul dari balik pintu.
"Steve, kau bawakan pesananku?"
"Tentu saja."
"Oh aku sudah menunggu lama sekali, Pep hanya memberiku satu cheeseburger saja. Jahat sekali wanita ini." Celetuknya sambil membuka bungkusan yang dibawa Steve dan mulai memakannya.
"Dan kalian tahu, ini lucu sekali. Ternyata aku dan Pep sudah berpisah lama sekali. Rasanya baru kemarin aku masih menggendong Morgan yang masih sangat kecil."