Cold And Fever

43 7 1
                                    

WARNING!!

Cerita ini penuh halu!!!

Alvin membencinya.

Sejak kedatangan gadis ber-elemen Es itu segalanya seolah tak lagi berpusat pada diri Alvin.

Seharusnya sampai sekarangpun, Alvin masih menjadi rank pertama dalam 'Element Power and Weapon Test'. Seharusnya sampai sekarangpun, Alvin masih menjadi kebanggan para Master Teacher di Elementario Academy. Seharusnya sampai sekarangpun, Alvin masih menjadi sorotan para penulis Elemental On News. Seharusnya ...

Sampai gadis bernama Caroline itu datang dan merenggut semuanya. Ntah darimana, tapi Master Teacher Dyone membawanya masuk. Beliau bilang ia tersesat di hutan. Masa bodoh tentang hal itu. Yang menjadi pertanyaan Alvin adalah, bagaimana Caroline bisa secerdas dan sehebat itu?

Bahkan saat Master Teacher Ugga menguji kemampuan element nya, ia bisa dengan mudah menghalau semua serangan Master Teacher Senior itu. Dan, K O.

Hal-hal yang tidak mampu dilakukan oleh Alvin itulah yang membuat laki-laki itu membencinya setengah mati. Bahkan melihatnya sekarang tengah sibuk melamun dengan kristal-kristal es yang dibuatnya pun, rasanya Alvin ingin membakar gadis itu dengan lavanya.

Kelas sudah sepi, hanya ada dirinya dan si gadis Es yang berkepribadian ramah itu berdua. Keduanya sama-sama sibuk satu sama lain. -Alvin dengan pikirannya, dan Caroline dengan kristal-kristalnya-.

Alvin masih bisa mendengar suara kristal gadis itu yang saling bertubrukan. Namun sesaat kemudian suara itu hilang. Awalnya Alvin tidak peduli, namun tak bisa dipungkiri kalau ia penasaran. Dengan berat hati dan sedikit susah payah, ia menoleh dan melihat dari balik pundaknya.

Caroline tengah memangku kepalanya diatas tumpukan buku, tangannya jatuh terkulai bersamaan dengan kristal yang sudah pecah di meja.

Gadis itu tertidur.

***

Hari ini Alvin menyibukkan diri di perpustakaan, sebentar lagi ujian EAST, Element Assin Study Test. Dan Alvin bertekad tidak akan kalah lagi dengan Caroline. Ia akan belajar mati-matian untuk merebut rank satu lagi.

Ia sudah berhasil menemukan buku yang ia cari, ketika tiba-tiba saja seseorang dari balik rak buku yang berbeda menarik buku berjudul 'Elemental : Hidden Weapons' itu.

Buru-buru Alvin menariknya, "aku melihatnya lebih dulu," sergah Alvin tak ingin kehilangan buku itu.

Setelahnya ia mendengar kikikan, "tapi aku yang mengambilnya lebih dulu," seru seorang gadis. Gadis? Ya, Alvin bisa memprediksi dari suaranya.

"Tapi tak apa, Alvin. Aku tahu kau tak akan memberikan buku ini kepada siapapun, terlebih itu aku,"

Alvin pias, kenapa gadis itu bisa tahu namanya? Sedetik kemudian, buku itu bisa dengan mudah diambil oleh Alvin. Ia segera menarik buku itu dan hendak melihat dari celah tempat buku tebal tersebut, guna mengetahui siapa gadis itu.

Sayang, bukan keberuntungan baginya. Gadis itu sudah tak ada di tempat.

Gadis itu sudah pergi.

***

Sore ini, tepat saat klub ekskul yang diikutinya libur --ekskul Ball Fly Casher--. Alvin duduk dibawah pohon rindang. Ditangan kanannya ada apel yang tak lagi utuh. Sudah berlubah besar dilahap olehnya. Sementara di pahanya, sudah terbuka buku setebal buku telepon, yaitu buku Ramuan yang sudah ia habiskan 3/4 halamannya.

Kali ini Alvin memang benar-benar ingin mengambil alih lagi posisi rank satu nya. Tiba-tiba, sebuah kertas yang digulung asal terlempar ke arahnya. Tepat mengenai pelipis laki-laki itu.

Cold And FeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang