Bab 3. Clear

1.2K 99 7
                                    

Just enjoy dear 💋
Jangan lupa tinggalkan jejak :)
***

Ana merasa kehidupannya kembali setelah semua berita menyebalkan itu dibereskan oleh Hiro. Syuting, jalan-jalan, makan di restaurant mewah, aktiv di medsos bebas Ana lakukan. Demi apa dirinya sangat bahagia kecuali satu. Ia ketahuan ciuman dengan Elang untuk yang kedua kalinya.

Sial! Ana tidak tahu kenapa dirinya bisa melakukan kekhilafan itu lagi. Ana mengecewakan Badu. Ana membuatnya marah hingga harus diseret dan disidang kembali di depan mantan calon suaminya itu.

Ana menatap takut ke arah Hiro yang berdecak kesal. Tentu saja. Mereka yang bermasalah tapi Hiro ikut terseret di dalamnya. Padahal Hiro juga sedang galau memikirkan tingkah Litia.

"Ana cobalah bermain dengan cantik! Agar kamu nggak mudah tertangkap." Hiro dan kekakuannya sedang bicara. Ana tahu saat ini Hiro serius.

Ana berdecak kesal. Ia tidak suka dihakimi terlebih ada Alea Kazera di sini. Perempuan itu pasti senang sekali melihat dirinya diperlakukan sekasar ini oleh dua Admadja. "Ini bukan urusan kamu!" balas Ana.

Hiro menyeringai. Serem sekali. "Betul. Aku juga malas berada diantara masalah kalian berdua. Jadi silakan keluar dan selesaikan masalah kalian sendiri." Ucap Hiro. Wajahnya datar seperti biasa.

Badu melangkah ke depan. "Tujuan aku bawa Ana ke sini adalah untuk membuat dia janji lagi ke aku di depan kalian." Teriak Badu.

Ana kesal sekali melihat tingkah kekanakan Badu. Baginya ini seperti pembalasan untuk Badu karena pernah merebutnya dari Hiro. So, sah-sah saja, kan?

"Dudu ini bukan tentang Ana janji sama kamu atau nggak! Ini tentang perasaan Ana yang bukan buat kamu lagi, paham?"

"Jadi lebih baik kalian berpisah." Zera tahu ia salah langkah. Tidak seharusnya dirinya ikut campur masalah ini. Tidak seharusnya kata-kata itu keluar dari mulutnya tapi Zera tidak tega melihat orang yang ia cintai seputus asa itu melihat kelakuan Ana.

Badu yang mendengar ucapan Zera beralih menatap tajam pada perempuan yang diam-diam mencintainya itu. "Ini bukan urusan lo!" kata-kata itu begitu menyakitkan bagi Zera. Ia tidak menyangka Badu secinta ini pada Ana dan perempuan itu menyianyiakan Badu.

Ana berdiri. "Zera benar. Lebih baik kita putus!" ujar Ana. Ini sedikit berat tapi Ana melakukan yang terbaik. Cintanya untuk Badu tidak sebesar cinta Zera.

Mata Zera tidak pernah bisa berbohong. Ia mendamba Badu tapi Badu tidak peka dengan semua itu sedari dulu. "Ini demi seseorang yang cinta sama kamu, Badu. Aku nggak bisa terus nyakitin kamu sementara ada perempuan lain yang mengharapkan kamu lebih dari aku." Penjelasan itu mengancam Zera. Ia tidak ingin Badu tahu perasaannya. Ia tidak siap Badu menjauh karena Zera sangat yakin perempuan yang dimaksud Ana adalah dirinya.

"Persetan dengan semua itu. Aku cintanya sama kamu dan siap maafin kamu, Ana," lirih sekali suara itu. Ana tercekat mendengarnya. Pun, ia tak ingin berpisah tapi ia tidak bisa menyakiti Badu terus menerus dengan perasaan yang saat ini begitu kacau. Tidak! Ana mencintai Badu. Jadi, keputusan ini adalah yang terbaik.

"Kita putus." Mata Ana berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat menyebalkan itu. Tapi, memangnya pilihan apa yang bisa dirinya pilih? Mungkin semua orang di sini tidak tahu kalau ada perjanjian rahasia antara dia dan Elang agar semua scandalnya bersama Hiro dapat mmenghilang seperti saat ini.

Betul, Hiro yang terlihat menuntas habis semua masalah tapi dibalik semua itu ada seorang Elang yang juga mengusahakan melakukan yang terbaik dengan syarat yang hanya dirinya dan Elang yang tahu.

Badu sangat kecewa dengan keputusan Ana. "Jangan lakukan itu Ana! Aku tahu kamu cinta sama aku!" Badu tidak bisa menerima keputusan Ana. Tapi Ana adalah seorang yang keras kepala. Ketika ia memutuskan sesuatu maka itulah pilihannya.

Hari itu berakhir dengan keputusan sepihak dari Ana. Badu meninggalkan tempat itu sendirian. Ana menatap punggung Badu dengan deraian air mata. Zera ingin menyusul Badu tapi tangannya ditahan oleh Hiro.

Bukan hanya Ana yang terisak tapi juga Zera. Ia menatap tajam kepada Ana. "Kamu memang tidak tahu diri, Ana! Apa lagi yang kamu butuhkan hah? Badu cinta sama kamu!" teriaknya.

Ana berdecih. "Seharusnya kamu senang, Ze. Aku melepas laki-laki yang kamu cintai." Ucap Ana dengan kesal. Zera yang tidak tahu apa-apa ini mencoba menghakiminya. "Sebaiknya kamu diam karena kamu nggak tau apa-apa." Keadaan memanas.

Hiro menghela napasnya dengan lirih. "Keluar kalian berdua dari sini!" ujarnya. "Bukan hanya kalian saja yang punya masalah. Aku nggak perlu jelasin apa masalahnya, kan? Jadi kalau kalian mengerti, silakan tinggalkan tempat ini!" tidak ada teriakan. Badu hanya berkata sangat dingin. Wajahnya kaku namun tegas. Zera dan Ana tahu kalau Hiro benar-benar muak dengan kelakuan mereka berdua.

Maka, Ana lebih dulu pergi. Kemudian disusul Zera.

Detik berganti menit. Jarum jam terus saja berputar. Badu masih berusaha memperbaiki hubungannya bersama Ana. Ia benar-benar tidak rela berpisah begitu saja. Sedangkan Ana mati-matian menahan perasaannya untuk tidak lagi mengharapkan Badu. Hari ini ia datang ke kantor Hiro untuk melakukan rencana mereka yang berhubungan dengan scandal yang dibuat Adnan Laxavier yang mengaku bertunangan dengan Litia, calon istri Hiro.

Ana tahu Hiro sangat mencintai Litia. Perempuan itu beruntung karena begitu diperjuangkan. Meskipun sebenarnya dirinya pun sedang diperjuangkan oleh Badu. Tapi situasinya berbeda. Badu terasa lebih cocok bersama Zera. Entahlah..

Sesampainya di ruangan Hiro, Ana berdecak kesal. Ia sedikit terusik melihat Badu duduk berdua bersama Zera meskipun jauh dari kesan mesra. Mereka justru seperti habis berdebat. "Di mana Hiro?" tanya Ana mengejutkan Badu dan Zera. "Ahh mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sampai nggak sadar aku masuk ke ruangan ini." Lirih Ana di dalam hatinya.

Badu menghampiri Ana lalu memeluknya. Zera memalingkan wajahnya dan tentu semua itu tak luput dari penglihatan Ana. Perlahan, Ana melepaskan pelukan itu. "Di mana Hiro?" tanyanya lagi.

"Aku di sini. Baru selesai rapat. Bisa kita pergi sekarang?" itu suara Hiro.

"Iya." Ana buru-buru menjawab. Ana tahu Badu ingin bicara. Tapi tidak! Ana harus lebih tegas meskipun perasaannya tidak rela. Ia dan Hiro meninggalkan ruangan itu. Badu menyusul, Zera mengikutinya.

"Badu stop! Semua udah clear! Please jangan kayak gini. Banyak yang mau sama kamu." Teriak Zera sambil menyusul langkah Badu.

Badu berdecak kesal. "Gue yang nggak mau sama mereka, puas?" balas Badu. Banyak kalimat menyakitkan setelah itu tapi yang paling membekas adalah ketika Badu berdecak kesal setelah Zera mengakui perasaannya. Zera sadar dia sudah kalah dan akan perlahan mundur. Tidak ada yang bisa dirinya lakukan. Badu mencintai Ana dan itu pasti. Tidak ada ruang untuk siapapun juga termasuk Zera. Hanya ada Anastasya Ruby.

TBC.

Terimakasih yang titip jejak di chapter sebelumnya :)

Jangan lupa baca Sweet Love Scandal ya kalau mau ketemu Zera :)

Kalau penasaran sama Litia Hiro boleh mampir ke dreame dengan akun yang sama Awindsari terimakasih :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#SCANDAL (2) Secret Love ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang