prolog

32 4 1
                                    

 "Setidaknya angin pun jadi untuk
Memeluk tubuh yang kesepian ini"
~Aldera s

  Malam yang begitu dingin. Angin malam berdesir menusuk kulit gadis itu. Aldera, kini ia sedang berada di balkon kamar miliknya sambil memainkan gitar kesayangan
Nya. Suara merdu aldera mampu menyejukkan hati siapa saja yang mendengarnya. Dia bernyanyi sesuai dengan keadaannya saat ini. Sepi dan sunyi. Ditambah udara dingin, menambah kesan yang pas untuk lagu yang aldera bawakan. Kehilangan.

  Dia kesepian. Ya dia memang kesepian. Dia hidup di tengah tengah keluarga yang lengkap. Tapi,  bagi dirinya itu masih kurang. Bagaimana tidak, percuma setiap kali keluarga nya ada dirumah jarang sekali bahkan tidak pernah berkumpul.
Tidak ada kata harmonis. Aldera, terkadang iri kepada teman temannya, yang kerap kali menceritakan bagaimana keharmonisan dan kehangatan sebuah keluarga.

   Dia tersenyum miris setiap kali melihat ruang keluarga mereka yang hampa. Tapi tak mengapa, dia bersyukur masih ada sekeluarga laba laba yang mau menempati ruangan tersebut.

   Keinginan aldera sangat sederhana. Yaitu, ingin merasakan kehangatan keluarga yang sebenarnya. Dia terkadang membayangkan mama atau papanya menanyakan bagaimana sekolahnya? Senang atau tidak? Atau memberikan semangat untuk dia belajar. Huh, rasanya susah sekali. Menanyakan kabar saja jarang,  apalagi harus seperti itu. Membayangkan saja sudah membuat dia ingin menangis.

"Huhhh... " Aldera menghembuskan napasnya kasar. Dia menatap langit malam, menahan supaya cairan bening dari matanya tidak keluar. Sesak yang kini Aldera rasakan, rasanya dia ingin menangis, teriak, dan tentunya butuh tempat untuk dia bersender. Tapi, baginya mustahil untuk itu semua.

  Dia melirik arlojinya, pukul 23.05 wib. Pantas saja udara begitu dingin. Dia beranjak dari tempat duduk untuk kembali kekamarnya dan tidur. Barang kali dengan tidur dia bisa menghilangkan rasa kesepiannya. Dia berharap akan bermimpi indah. Yah,  walaupun cuma mimpi, setidaknya bisa sedikit memberikan lengkungan di bibir Aldera esok harinya.

   Aldera menghempaskan tubuhnya ke kasur. Tak lama kemudian matanya tertutup.

Mimpi indah Al..

See you..

 
 

AlderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang