"AAAAAAKK" Suara teriakan menggema diseluruh kelas. Suara yang berasal dari kelas XI IPA 3. Suara yang sangat kuat, yang mampu membuat guru di XI IPA 1 yang sedang mengajar keluar kelas memastikan siapa gerangan yang membuat suara kuat yang tentunya mengganggu pembelajaran tersebut.
Seluruh siswa yang awalnya fokus mengerjakan bank soal MM IPA PEMINATAN, langsung berbalik menatap sumber suara. Tidak, ini bukan yang pertama kalinya untuk mereka mendengar suara teriakan disaat-saat hening seperti ini. Suara itu, bahkan seluruh murid XI IPA-3 sudah mengetahuinya. Siapa lagi jika bukan Aluna, perempuan heboh, yang memiliki suara aduhaii.
"Kenapa? Suara siapAA?" Kini guru yang dikenal dengan kata-kata nya yang kasar tengah berdiri didepan pintu kelas XI IPA3. Suaranya tak kalah lantang, apalagi saat bapak guru itu menekankan suku terakhir dari pertanyaannya.
Tak ada yang angkat tangan atau maju kedepan, namun si bapak sudah tau siapa pelakunya. Bagaimana tidak? Bersamaan dengan teriakan si bapak, seluruh siswa XI IPA3, serentak menoleh kearah Aluna.
"Kamu!! Kesini!CEPAT!!" Bukan 1 bentakan yang diterima, bahkan 3 bentakan dengan teriakan lagi dikata terakhir membuat seluruh siswa kaget dan merinding. Hukuman apa lagi yang akan diterima gadis heboh nan malang itu.
Aluna berjalan perlahan dengan kepala menunduk ke arah bapak guru itu, guru FISIKA, PAK TOMO.
"Kenapa teriak? Gak tau kalau kelas sebelah lagi belajar? HAH?" Kembali membentak di kata terakhirnya. Seperti sudah menjadi ciri khas pak Tomo.
Aluna masih menunduk. Ia bahkan sudah sering dimarahi guru karna teriakan nya itu. Bukan teriakan yang dibuat-buat. Namun spontanitas saat mengecek handphone miliknya.
"Saya disini, bukan dibawah!!" Teriaknya lagi,semakin membuat Aluna menunduk. Bukan,bukan karena Aluna takut. Ia hanya memakai topeng, supaya guru didepannya ini mengira ia merasa bersalah.
"Berdiri tengah lapangan!! Hormat bendera juga. SEKARANG!" Lelah mendengar teriakan, Aluna berlari turun dari lantai dua menuju lapangan bendera supaya berdiri ditengah lapangan itu dan menghormat bendera.
Disinilah Aluna sekarang, ditengah lapangan sambil menghormat bendera. Cuaca yang terik dan panas membuat Aluna harus menyipitkan matanya saat menghormat bendera Merah Putih.
"Ini semua karna Maleki, tapi gak papa deh, kalau Maleki yang buat gue dihukum keyak gini, gue terima aja." Gumam Aluna mengingat kejadian yang membuatnya berteriak saat mengecek handphone nya.
"Eh, ada notif masuk, barangkali Chanyeol oppa nge-post update lagi." Aluna mengambil handphone nya yang daritadi berdiam diatas meja.
"Iya, bukain Na, barengkali Sehun oppa yang posting update." Lanjut teman sebangku Aluna, Seren.
Aluna pun dengan gencar membuka handphonenya, namun bukan notif instagram yang masuk, melainkan notif Line, 'Maleki.i menambahkan anda sebagai teman' Sontak saja Aluna berteriak histeris, mengingat Maleki, adalah cowok idaman nya sejak SMP.
Maleki adalah seorang cowok ganteng pake banget tambahin kebangetannya. Bagaimana tidak? Rambut hitam, mata yang besar dengan sedikit kantong mata hitam dibawahnya, badan yang tinggi, tegap, lengannya terlihat kuat. Dan jangan lupa, dia pemain basket juga. Yang tak pernah Aluna lewatkan saat ia bermain basket atau sekadar latihan. Apalagi saat akhir permainan, Maleki akan berlari ke tengah lapangan lalu membuka bajunya, menampakkan ABSnya yang membuat Aluna ketagihan bahkan bercucuran air liur. Iuh, sedikit menjijikkan tapi itu buka gurauan.
"Dihukum lagi?" Terdengar suara panggilan dari depan koridor kelas 10, dia datang menghampiri Aluna yang sedang menghormat bendera dilapangan.
Orang itu adalah Stev, kakak laki-laki Aluna. Yang saat ini sedang fokus untuk persiapan UN+SBMPTN nya. Stev, cowok tinggi berkulit putih, suara nya yang berat dan terdengar sexy, sekalipun Aluna adalah adiknya, namun Aluna juga ketagihan mendengar suara sexy milik sang kakak.
"Bukan urusan lo." Aluna kembali menatap bendera setelah menoleh sejenak ke arah Stev.
"Serah lo. Tapi jangan harap dirumah lo bisa tenang." Stev mengarahkan telunjuknya ke arah Aluna, tanda mengancam. Aluna akan dimarahi mama nya jika ia berulah disekolah lagi. Walau sudah berulangkali dihukum, Stev baru melaporkan 4x kepada sang bunda. Itupun, Stev tutupi karena Aluna mau mengabulkan keinginannya.
"Jangan dong." Aluna menatap Stev jengah dengan tangan yang sudah tidak menghormat lagi.
"Boleh. Gue bisa aja gak ngasih tau Bunda."
"Tapi..lo-" Baru saja Stev akan melanjutkan perkataannya, Aluna sudah memotongnya."Mau apa? Biar gue lakuin." Terlihat wajah Aluna sudah seperti segi lima tak beraturan. Perihal dihukum, ia bahkan tidak mempersoalkannya. Namun, entah musibah apa, ia memiliki kakak sekejam Stev, yang suka menindasnya dengan ancaman-ancaman saat ia lemah seperti saat ini.
"Kali ini sih gampang, nanti kerjai PR gue ya, menggambar rangka manusia, beserta otot-ototnya terus struktur anatomi tumbuhan, apalagi ya? Banyak deh. Lo kerjain ya? Sebenarnya sih dikasih dua minggu lalu, tapi gue malas, malah dikumpulnya lusa." Stev menaikturunkan alisnya menanti jawaban si adik.
"Iya,iya. Serah lo dah. Udah selesai kan? Yaudah pergi,pergi!" Aluna mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Stev supaya Stev pergi dari hadapannya. Pr miliknya saja belum diselesaikannya, dan sekarang ditambah pr milik kakak tersayang.
Sejak Stev pergi 1 jam yang lalu, Aluna masih setia menghormat bendera. Ini sudah memasuki jam pelajaran ke-2. Dan Aluna masih saja dihukum. Muak dengan hukuman bangsad ini, akhirnya ia memilih untuk bermain basket dilapangan basket.
Aluna memantul-mantulkan bola basket itu, lalu memasukkannya kedalam ring. Aluna memang suka bermain basket. Bukan tanpa alasan, ini semua karena Maleki yang suka basket. Oleh karena itu, Aluna ikut-ikutan bergabung di ekskul basket putri.
Saat akan melemparkan bola basketnya ke ring, ia tergelincir dan membuat bolanya melesat entah kemana. Aluna mengedarkan pandangannya mencari keberadaan bola basket. Bersamaan saat ia mendapati bola basket, ia juga melihat seorang cowok yang terjatuh sambil memegangi kepalanya.
"Astaga!!" Seru Aluna setengah berteriak lalu berlari kearah si cowok. Seperti nya bola basket yang ia lempar, mengenai kepala cowok ini. Sehingga si cowok terjatuh dan mungkin merasa pusing.
"Lo gak papa?" Aluna mengguncang kecil bahu si cowok menanyakan keadaannya. Dan betapa terkejutnya Aluna, cowok yang ada dihadapannya ini adalah badboy kelas kakap di sekolah ini, SMA NUSA BANGSA.
Si cowok melihat kearah Aluna sebentar, lalu meringis kesakitan. "Aduh, kepala gue pusing."
"Aduh, sori sori. Gue gak sengaja. Gue anterin ke UKS aja ya." Terlihat cowok dihadapannya ini menganggukan kepalanya.
'Percuma berandalan, kena bola dikit aja udah kayak cewek.' Batin Aluna.
Aluna lalu memapah si cowok yang dikenal dengan nama Alvaro, menuju UKS. Memang berat, tapi dia lah pelakunya. Maka Aluna harus tanggungjawab.
Sesampainya di UKS, Aluna membaringkan cowok itu, lalu mengambil air putih dan menyodorkannya kepada Alvaro. Tak lupa minyak kayu putih ia berikan ketangan nya.
"Nih,olesin ini ke kening lo. Biar pusingnya berkurang." Aluna lalu menyodorkan minyak kayu putih itu kepada Alvaro.
"Lo lah yang olesin. Lo kan penjahatnya." Alvaro masih terkulai lemah. Tidak, sepertinya dia berlebihan.
"Gue gak penjahat! Gue gak sengaja ya!" Aluna membuka tutup minyak itu, lalu mengolesinya perlahan kekening si cowok.
"Sama aja."
"Kalau gue jahat, gue bakal biarin lo pingsan dilapangan. Lagian lo jadi cowok lemah amat sih. Baru lagi kena bola langsung pusing, kayak cewek aja." Celoteh Aluna lalu duduk disisi kasur.
'Anjir, gue kok berani banget? Ntar gue digebukin mampus deh' Aluna kembali membatin.
"Enak aja lo bilang gue lemah." cowok dengan nama Alvaro itu bangkit dari baringnya, langsung duduk seperti spontanitas.
Aluna yang duduk ditepi ranjang terkejut, saat jarak nya dengan cowok ini sangatlah dekat."Lo,lo bohong kan? Lo sengaja ya?" Aluna bangkit tak percaya.
"Dasar cowok modus! Bangsad lo!!" Aluna lalu memilih pergi dari tempat itu.
'Dasar bangsad, niatan modus malah jadi soksok lemah lagi.' Gumam Aluna
'Btw Hati gue gak tenang, kok gue berani amat sama si alvaro?'
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Lost Without You
Teen FictionAlvaro memang diam, tapi bukan berarti ia tidak menyukai. Alvaro memang cuek, namun dibelakang Aluna ia selalu mencaritau. Alvaro memang mendukung Aluna untuk semakin dekat pada Maleki, namun bukan berarti ia tak cemburu. Menyukai dengan cara yang...