Part 6 |Terpaksa

1.2K 106 10
                                    

Sebenernya Teddy bisa saja meninggalkan Sashi di klub dan pergi tanpa harus merasa bersalah karena meninggalkannya, tetapi nyatanya Teddy tidak melakukannya.
Meskipun Sashi bukan gadis baik-baik tetapi Teddy merasa bahwa ia tidak bisa meninggalkannya dan membiarkannya pulang dalam keadaan mabuk.

Teddy menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya, rumah yang jarang ia tempati.
Teddy membawa Sashi kemari karena jika ia membawa Sashi ke rumah yang biasa ia tempati tentu akan menimbulkan pertanyaan dari keluarganya.
Setelah sampai pada sebuah kamar Teddy segera membaringkan Sashi di tempat tidur dan mengambil sebuah kemeja putih miliknya di lemari lalu memakaikannya di tubuh Sashi. Teddy mengancingkannya satu persatu dan menyelimutinya dengan segera.
Lalu, Teddy menarik sebuah kursi dan duduk di tepi ranjang sambil menatap Sashi yang tengah tertidur dengan lelap.

"Dasar cewek nakal, nyusahin aja lo." Ujar Teddy dengan tatapan matanya yang teduh.

Setelah memastikan bahwa Sashi sudah benar-benar terlelap Teddy keluar dari kamar dan menuju pintu di sebelah yang tidak lain adalah kamar miliknya.
Rumah ini memang jarang Teddy tempati, ia hanya akan berkunjung sesekali untuk mengecek keadaan dan para pembantunya.
Dulu Teddy membeli rumah ini untuk tujuan investasi, atau mungkin untuk ia tempati jika sudah menikah nanti? Entahlah.

Teddy membuka pakaian yang masih ia kenakan, dan memutuskan untuk segera mandi.

Keesokan paginya..

Sashi membuka mata, dan merasakan pusing menyerang kepalanya. Mulutnya bau alkohol yang membuatnya langsung tahu bahwa tadi malam ia minum sampai mabuk. Sashi memijat kepalanya berharap rasa pusingnya bisa berkurang. Lalu matanya menatap sekeliling ruangan.

"Gue dimana?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Sashi menyibak selimut dan melihat kemeja putih yang tampak kebesaran di tubuhnya.

"Siapa yang bawa gue kesini?" Tanya Sashi lagi.

Sashi bangun untuk mencari toilet dan saat menemukannya ia segera mencuci wajahnya yang tampak berantakan. Sashi menatap pantulan wajahnya di cermin sambil mengamati lagi tempat ini.
Suara perutnya yang bergemuruh membuat Sashi segera keluar dari toilet dan keluar dari kamar. Sashi menuruni tangga dan disana ia bertemu dengan salah seorang lelaki paruh baya yang tidak ia kenal.

"Pak, permisi." Panggil Sashi dengan sedikit ragu.

"Iya non, ada apa?"

"Ini, saya dimana ya Pak?" Tanya Sashi yang membuat lelaki paruh baya tersebut tampak bingung.

Sashi mencoba menjelaskan situasi yang sedang ia alami tadi malam, "Jadi gini Pak, saya tadi malam mabuk dan saya nggak tau siapa yang bawa saya kesini. Saya juga nggak tau ini rumah siapa." Ungkap Sashi dengan jujur. Meski itu membuatnya terlihat seperti gadis yang buruk.

Akhirnya lelaki paruh baya itu mengerti, "Ini rumah majikan saya non, saya bekerja di sini sebagai tukang kebun." Ucapnya dengan sopan.

"Majikan? Siapa majikan bapak?"

"Namanya tuan Teddy non, Teddy Rizwan Aditama."

Reflek mata Sashi membulat mendegar jawaban tukang kebun tersebut. "Ba...bapak nggak salah Pak?" Sashi tidak salah mendengar tetapi ia hanya ingin memastikan bahwa yang ia dengar adalah benar. Teddy Rizwan Aditama yang membawanya kemari.

Tukang kebun itu mengangguk, "Benar non, ini rumahnya tuan Teddy."

Sashi memejamkan matanya, menepuk keningnya karena merasa bodoh. Bagaimana bisa ia tersesat di rumah orang yang sangat ia tidak suka.

"Non, saya permisi. Mau bekerja dulu."

"Baik Pak, terima kasih." Ucapnya sebelum tukang kebun itu pergi. Lalu tak lama setelah itu Sashi di sapa oleh seorang pembantu yang berusia sekitar 40 tahunan.

Sashi and TeddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang