PROLOG

149 21 7
                                    

Freya menutup koper besarnya dan melemparkan badan ke kasur yang sudah menantinya sejak beberapa jam yang lalu. Freya memejamkan mata sejenak dan mengembuskan napas sedikit lebih keras untuk menyuarakan lelahnya setelah memasukkan barang-barang ke dalam koper.

Mata Freya tiba-tiba terbelalak dan mulai mencari keberadaan ponsel di bawah kamar yang penerangannya sengaja Freya redupkan. Ia membuka menu kamera di ponselnya dan memotret koper besar dan beberapa tas jinjing lain yang sudah tertutup rapi.

Freya : Aku besok mau berangkat.

Ia mengirim pesan singkat itu ke Arza sang kekasih. Beberapa menit Freya membuka dan menaik turunkan menu whatsappnya sambil menanti jawaban dari pesan singkat yang ia kirim. Sepuluh menit berlalu, ponsel Freya masih disibukkan dengan pesan-pesan group yang masuk tanpa permisi. Ponsel ia letakkan di samping tangannya di atas bantal hello kitty berwarna pink.

"Ke mana sih ni anak. Kalo aku lagi sibuk nyariin sampe menuhin chat whatsapp ngga jelas. Giliran lagi dibutuhin, bisu banget deh whatsappnya. Ihhhhhhh..."

Freya mengakhiri kalimatnya dengan menutupkan telapak tangannya ke muka. Dering pesan yang berbunyi tak menggugah Freya untuk membacanya. Ia masih menatap langit-langit kamarnya yang redup.

Arza : Kamu mau ke mana? Kok ngga bilang sama aku? Kebiasaan banget deh kamu tuh apa-apa selalu kayak gini.

Dering pesan singkat kali ini membuat Freya terkejut dan langsung membuka matanya. Akhirnya Arza membaca dan mebalas pesan singkat Freya, walaupun dengan pertanyaan yang membludak.

Freya : Aku bakalan pindah kerja di Serpong. Besok pagi aku berangkat.

Arza : Kok dadakan? Kenapa ngga bilang sama aku juga?

Freya : Gimana cara bilangnya sama kamu? Suruh bilang sama handphone? Terus handphone suruh nyampein ke kamu? Kamu aja pulang kerja sama temen, di kantor sama temen, di rumah ada temen, di mana mana temenmu semua. Huuuh

Arza : Ihhh kamu tu, malah nyolot lagi. LDR lagi nih kita? Baru aja deket udah jauh lagi. Yaaaahhh..

Freya : Duh gausah basa basi deh kamu. Kan emang kita udah biasa jarang ketemu. Aku kan nomor sekian setelah teman-teman kamu.

Arza : Tapi kalo di hati aku, kamu nomor 1 kok sayang.

Freya : Apa nih? Ada apa panggil panggil sayang?

Arza : Kamu mah selalu ngajakin berantem kalo chat.

Freya : Aku tidur dulu ya, besok harus bangun pagi.

Freya meletakkan ponselnya dan sengaja tak ia beri nada dering agar ia bisa tidur secepatnya serta tidak terganggu dengan suara-suara pesan group. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit berlalu tapi mata Freya masih segar seperti daging dalam freezer.

"Duhhh kenapa sih mata masih pengen melihat keindahan dunia. Ini udah jam berapa ihhh," Freya kesal dengan dirinya sendiri.

Akhirnya ia mengalah dengan gejolak yang ada di dalam dirinya. Tangan kanan mengambil kembali ponsel. Lalu ibu jari Freya memilih untuk membuka Instagram. Beranda diturunkan oleh ibu jari, batinnya kadang membaca setiap keterangan foto. Tiba-tiba saja notifikasi Instagram Freya berbunyi.

Arza_16 : Katanya mau tidur? Kok malah buka instagram sih? Kamu tuh yaa bukannya ceritain kenapa pindah ke Serpong malah jadi tukang boong.

Freya hanya membaca Direct Message yang Arza kirim. Setiap mereka meluangkan waktu untuk mengirim pesan dan memberi kabar selalu saja berujung dengan pertengkaran. Kata orang sih itu tandanya rindu. Tapi Freya ngga percaya, biasanya kan kalo rindu buru-buru menjalin temu. Kalau mereka justru diam diri sampai waktu yang mengalah di ruang tunggu. Hahahaha

Arza_16 : Kok dibaca doang sih?

Kafreya28 : Pesan itu dikirim buat dibaca.

Arza_16 : Kalo aku beda, pesan dikirim buat dibalas. Pacar siapa sih ini, susah banget diajak baik-baik.

Kafreya28 : Hmmmm...

Freya memilih menu back dan keluar dari aplikasi instagram. Jika tidak, bisa-bisa akan semakin panjang obrolan mereka.

Pak Alex : Malam Freya, besok saya tunggu jam 10 pagi ya di kantor. Ini alamat kantornya.

Freya menerima pesan dari calon managernya.
"Loh kok alamatnya beda sama yang dikirim kemarin? Kemarin bilangnya Gedung Properti, ini kenapa jadi studio?"

Tangannya memegang erat ponsel, matanya mencari letak persamaan kedua alamat yang diberikan oleh managernya. Mulutnya pun ikut berekspresi karena terlalu kaget dengan keadaan.

Freya memilih meninggalkan kantor lamanya demi kerjaan baru yang akan ia mulai besok pagi. Tapi, tiba-tiba kegalauan muncul saat alamat yang diberikan kepada managernya berbeda.

"Ini beneran ngga sih? Apa ini cuma settingan dan main-main? Ahhh bodohnya aku langsung percaya dan meninggalkan kantor lama begitu saja," Freya memeluk bantal karena frustasi.

Pencarian Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang