Pengalaman Pas Gempa (Bagian 2)

30 5 5
                                    


Oke, Ini adalah bagian ke-2 dari "Pengalaman Pas Gempa", dan author mau lanjut nge share cerita-cerita pas kota Palu dilanda bencana maha dahsyat ini.

Nah, setelah gempa 7,4 SR sore itu dan kita udah jual segala apa yang bisa dijual, bahkan rokok pun nyaris habis, kita sekeluarga mulai tambah panik ditambah lagi capek karena harus ngelayanin orang-orang yang kerumunin warung. Gempa susulan pun datang sekitar jam 10-an malam, gempa kedua ini juga keras banget, kalo aku kira kira, mungkin sampe 6 SR, nyaris sama dengan gempa besar pertama. Gempa susulan ini berlangsung kurang lebih 7 detik aja, dan berhasil membuat kerumunan kabur keluar warung. Bapak pun ambil kesempatan buat banting pintu, maksudnya nutup pintu sekencang dan secepatnya. Pintu lipat di warung udah tertutup lebih dari sebagian dan kerumunan sudah semakin sedikit. Kita pun berhasil nutup warung sekitar jam 10.45 malam. Untung sih iya, tapi apalah arti uang saat itu? Warung-warung di sekitar daerahku bahkan sampai ludes habis isinya, diambil ambilin sama kerumunan. Kasian banget deh..

Bermodalkan senter HP Nokia Jadul (Hp-ku warna hitam), dan senter HP android bapak, kita sekeluarga mulai jalan lagi secara hati-hati sambil menutup semua pintu yang ada mulai dari pintu depan sampai belakang.

Bermodalkan senter HP Nokia Jadul (Hp-ku warna hitam), dan senter HP android bapak, kita sekeluarga mulai jalan lagi secara hati-hati sambil menutup semua pintu yang ada mulai dari pintu depan sampai belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(NO PROMOSI X'D)

Kita akhirnya ke sebelah rumah, duduk bentar di belakang atas mobil Open Cap bapak, tanpa sadar aku akhirnya ngantuk dan tidur. Oh iya, bapak itu kerjaannya seputar bangunan, jadi anterin barang pake mobil Carry 1.5 itu udah menyatu dengan kesehariannya. Sempat kebangun di tengah malam, aku kaget ternyata mobil udah jalan aja, dan waktu itu sendal aku ketinggalan karena gak aku bawa naik ke mobil, parah dah bapak ini, main cabut aja -_- ...

Kita pun sampai di rumah nenek diperumahan Pengawu, jaraknya gak terlalu jauh, sekitar 2 kilo-an meter. Mobil hanya diparkir di bawah pohon dan aku bisa rasain rintik hujan malam itu. Aku ingat waktu itu aku pake celana olahraga, atau 'celana training' istilahnya, dan dikantong kiri ada minyak gosok dan minyak angin, serta di kantong kanan ada obat tetes mata sama inhaler aromatherapy. Semua botol ini sangat berjasa dalam pengungsian kita :'-(

Sekitar 2 minggu lebih dan sudah pertengahan bulan oktober, kami sekeluarga habisin waktu di rumah nenek, sesekali balik lagi ke rumah buat ambil baju, laptopku, dan alat-alat yang dibutuhkan. Selama jangka waktu itu kita terus-terusan dihantuin sama gempa susulan, minimal 3 sampai 5 detik dan rata-rata 3 sampai 4 SR, itu sudah cukup buat bikin panik dan kaki kita gemetaran.

Banyak juga keluarga dan kerabat yang mengungsi di rumah nenek, karena daerah perumahan di sini katanya datarannya lebih tinggi dan aman, ga ngerti juga sih, apa bedanya di sini sama di rumah. Selama mengungsi, beberapa kakak dan om aku juga "menjarah" Mall, Alfam***, dan toko-toko lainnya. Bahan bakar juga tidak luput dari perhatian warga, bahkan sampai ada yang manjatin mobil BBM dan langsung ngambil bensin dari situ, termasuk kakak" sama om" keluargaku ini juga sih...

Mendekati akhir oktober 2018, aku sama bapak naik motor ke sekolah, buat nge cek keadaan di sana. Tapi setelah sampai di sana, ternyata sekolah udah dijadiin tempat mengungsi, banyak tenda besar di sekitar lapangan. Beruntungnya salah satu temen kelasku juga datang disaat yang sama dan kita hanya cerita sedikit. Karena gak join grup Line angkatan dan grup kelas, aku jadi gatau gimana keadaan temen-temen yang lain. Nomer HP temen juga dikit, dan seperti apa yang ada, HP jadulku ini gak bisa dipake video call.

Penjaga Warung Magang Di WattpadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang