Prolog

1.4K 157 21
                                    

Jiang Fengmian menggeleng, dahinya berkerut tidak suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiang Fengmian menggeleng, dahinya berkerut tidak suka.

Ia kelihatan cukup kecewa dengan ucapan putranya.

"A-Cheng," panggilnya tegas, memperingatkan.

"Selama kita masih hidup di dunia ini, ada hal yang tidak boleh diucapkan. Tidak peduli semarah apapun keadaan kita saat itu. Apabila kau tidak bisa menahannya itu artinya kau masih belum memahami semboyan Sekte Jia—"

"Memang! Dia memang tidak paham! Tapi, tidak masalah kan, selama Wei Ying paham?!" Yu Ziyuan menyembur, menghentak kasar dari balik pintu, memotong ucapan suaminya tanpa basa basi.

"Apa Jiang Zhongzhu masih ingat di antara anak yang berbaring di sana dan anak yang berdiri di sini, yang mana yang sebenarnya putra kandungmu?"

Wanita itu menarik lengan Jiang Cheng, membawanya ke tengah adu argumennya dengan Jiang Fengmian.

"Lihat baik-baik—ini, adalah putramu. Pemimpin masa depan Lianhua Wu. Meskipun Jiang Zhongzhu tidak menyukainya karena aku yang melahirkannya, tapi marganya masih tetap Jiang!"

Ketua Sekte itu mencoba meredam amarah istrinya. Malu rasanya bertengkar di depan anak-anak. Ia mendekat, baru akan memanggilnya lembut sebelum istrinya melanjutkan dengan makin sinis.

"Apa Jiang Zhongzhu tidak pernah mendengar rumor yang beredar di luar sana? Mereka bilang Jiang Zhongzhu masih terjebak dalam masa lalunya dan menganggap anak teman lamanya sebagai anaknya sendiri. Mereka bahkan sampai beranggapan Wei Ying adalah putra kandung—"

Kali ini giliran Jiang Cheng yang menggeleng. Ia tidak mau mengingat lanjutannya. Membayangkannya saja rasanya terlalu kotor.

Kalau boleh jujur, itu bukan kali pertama ia mendengar rumor menjijikkan itu.

Pernikahan politik orangtuanya lah, ibunya yang mengalami cinta bertepuk sebelah tangan lah, Wei Wuxian anak haram lah.... Jiang Cheng sudah khatam mendengar semua tudingan miring orang-orang di luar sana tentang keluarga mereka.

Meski selalu berakhir tidak mengacuhkannya, bukan berarti Jiang Cheng tidak pernah membenarkan rumor-rumor itu. Jauh di lubuk hatinya, ia tahu ia hanya perlu menghubungkannya dengan sikap ayahnya yang pilih kasih. Dan dengan begitu semuanya akan masuk akal.

Ia penasaran, kapan ibunya akan berhenti membandingkannya dengan Wei Wuxian? Kapan ayahnya akan berhenti menghela napas kecewa saat memandangnya?

Apa ibunya tidak tahu kalau membandingkan mereka berdua hanya membuat api cemburu makin membara di dalam dadanya? Atau memang itu tujuan ibunya? Membuat hubungannya renggang dengan Wei Wuxian?

Kalau betul begitu, maka sayang sekali. Perlakuan ibunya akhirnya malah membuat Jiang Cheng makin terlihat kecil di mata ayahnya.

Ia tidak pernah mau berakhir canggung dengan Wei Wuxian karena perdebatan orangtuanya, tapi apa boleh buat.

Unring The BellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang