════════ [] ════════
Jiang Cheng hampir berdiri jika tidak ingat posisinya yang persis menghadap pintu. Tangannya menekan kuat meja di bawahnya hingga tubuhnya terdorong ke depan. Matanya memicing memastikan ia tidak salah lihat.
Keparat pertama yang ia maksud adalah sekelompok kultivator berjubah putih dengan lis merah yang tertawa terbahak-bahak di tengah jalan seperti orang kesetanan.
Sedang keparat nomor dua adalah pria tua yang tak asing bagi Jiang Cheng, yang juga tertawa girang di antara keparat-keparat nomor satu. Tangan kanannya memegang gulungan, sedang tangan kirinya menunjuk persis ke jendela di belakang Jiang Cheng.
Jiang Cheng mendelik tajam ke arah Lan Xichen.
"Kau bahkan tidak curiga pemilik restoran ini berkomplot dengan Qishan Wen untuk menangkapmu!" hardiknya kesal.
Mungkin tidak keliru jika Jiang Cheng menganggap dirinya sendiri eksesif saat menyikapi keributan di luar restoran yang, apabila dipikir lagi, bukan urusannya sama sekali.
Sebulan yang lalu, saat ia dan kultivator junior di generasinya dikirim ke Buyetian Cheng untuk dicekoki ajaran Qishan Wen, rumor dibalik ketidakhadiran Lan Xichen sempat menjadi perbincangan selama beberapa hari. Selain karena pembakaran Yun Shen Buzi Chu yang tidak jelas musababnya itu berhasil membuat Ketua Sekte Gusu Lan—Qingheng Jun—keluar dari tempat pengasingannya, kabar burung terkait tewasnya Lan Xichen juga santer terdengar.
Meskipun begitu, tak sedikit yang percaya jika Lan Xichen masih hidup dan hanya menghilang untuk sementara waktu. Mayoritas menduga bahwa hanya itulah jalan yang bisa diambil demi menyelamatkan sisa-sisa lembaran musik dan gulungan kuno Gusu Lan yang belum dibakar Wen Xu dan kawanannya.
Memangnya kenapa kalau kediaman Sekte Gusu Lan terbakar?
Memangnya ada yang berubah dengan hidup atau matinya Lan Xichen?
Sedikitnya dua pertanyaan tersebut muncul di benaknya ketika peristiwa nahas itu berhasil menyulut sindrom pahlawan Wei Wuxian yang pada dasarnya memang sudah akut.
Sementara bagi Jiang Cheng, prinsipnya adalah, selama suatu hal tidak berhubungan dengan kemaslahatan Klan Jiang dan sektenya, maka semua itu bukan urusannya.
Namun barangkali membelot mulai mengubah cara pandangnya. Ketika Jiang Cheng menatap Lan Xichen detik ini, sebuah emosi yang tidak asing membuncah dalam dadanya.
Ia marah.
Pada kawanan anjing Wen di luar dan pada kultivator di hadapannya yang hanya membalas bentakannya dengan sorot penuh kebingungan.
"Mereka mengejarku sampai sini?" tanya Lan Xichen begitu naif sambil menoleh ke belakang, membuat Jiang Cheng refleks menahan bahunya.
"Mereka bisa melihatmu kalau kau menoleh. Aku bisa saja mengalihkan perhatian mereka kalau kau mau keluar lewat jendela."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unring The Bell
FanfictionJika seseorang mau, maka ia akan bertahan. Jika seseorang mampu, maka ia akan terus memperjuangkan. Jika tidak keduanya, maka seseorang itu akan melepaskan. Lantas, apa yang akan Jiang Cheng pilih seandainya ia tidak kehilangan inti emasnya? Dan di...