seven

2.2K 250 14
                                    

Yoongi gugup lagi, Taehyung tidak menyadari itu, dia dipenuhi kabut nafsu menyibak pakaian yoongi dengan sebelah tangan, yang sebelah sibuk mengelus paha pucat Yoongi.

"A-ah, sunbaenim . ." Yoongi menarik pakaiannya untuk menyembunyikan wajahnya, terlalu keras dia mendesah, kedutan di celananya semakin sesak.

"Secepat itu Yoon?"

"Engh," Yoongi merapatkan kakinya, membuat Taehyung terjepit diantara Yoongi.

"Jangan menggodaku, Yoon." Yoongi melebarkan bola matanya, lupa kalau Taehyung masih diatasnya.

"M-maaf," Taehyung menarik turun tangan Yoongi, wajah Taehyung turun untuk mempertemukan bibir keduanya, Taehyung tersenyum miring, "Teruskan."

Erangan Yoongi mengudara ketika Taehyung menindihnya, Yoongi hampir saja mendorong Taehyung menjauh tapi yang dilakukannya hanya meremat rambut Taehyung sebagai peringatan.

"Agh- sakit Yoon." Ciuman terlepas, Yoongi bernafas lega, tersenggal hampir mengenyahkan Taehyung dari atasnya.

"Aku juga sakit." Katanya.

Yoongi menatap lurus kearah belakang Taehyung, Taehyung ikut menoleh, "O-oh?"

Yoongi mengerutkan dahi bingung, 'apa?' pikirnya bingung, tapi ketika Taehyung kembali ke posisi duduknya, Yoongi panik karena celana pendeknya ditarik.

"Relax Yoon, ini bukan pertama kalimu kan?" Yoongi tidak menjawab, terlampau pasrah sedangkan Taehyung disana sudah melucuti celana Yoongi.

"Taehyung sunbaenim. ." Taehyung mendongak ketika suara kecil mirip cicitan itu menyapa telinganya.

"Hmm?" Tangan Taehyung sibuk melumuri jarinya dengan pelumas.

"Umh . . hold my hand, please?" Taehyung menghentikan jari tengahnya yang hendak masuk ke belakang Yoongi.

"Wha-"

"Umh, i-itu m-mungkin mem-membantuku untuk t-tidak gugup, ta-tapi tidak apa ka-kalau kau t-tidak mau, a-aku tidak apa-apa." Yoongi menarik bantal untuk menutupi wajahnya yang merah, dia malu sekali.

Apa-apaan itu, meminta request seperti berbicara dengan pacar sendiri, ugh, memalukan.

Tapi tidak lama Yoongi merasakan tangannya sebelah kiri digenggam, yang sebelah masih digunakan untuk menutup bantal.

"Buka Yoon," kepala Taehyung melesak ke sela-sela lehernya, pegangannya di bantal lepas karena menahan kepala Taehyung.

"S-sunbae, a-ah geli mmhm." Taehyung terkekeh, menggetarkan area disekitar leher Yoongi.

"Boleh aku percepat?" tanya Taehyung ketika mendongak, menatap Yoongi yang wajahnya memerah.

"Ha~ terserah."

Pipi Yoongi ditepuk, membuatnya terkesiap, erangan spontan keluar dari bibirnya karena tidurnya terganggu.

"Yoongi bangun, kau belum makan dari pagi." Yoongi menggeleng, dia menarik selimut keatas, perlawanan muncul membuat Yoongi terpaksa melepaskan selimutnya.

"Yoongs,"

Yoongi menepuk-nepuk kepala yang mengendusi lehernya, "Ayo Yoon, bangun." Yoongi menggeliat, badannya terasa remuk, capek sekali.

"Duduk dulu."

Yoongi sekuat tenaga membuka mata, sudah lupa jam berapa mereka selesai melakukannya, Taehyung bahkan masih disini.

"Kau tidak pulang?" tanyanya selagi mengusap wajahnya.

"Setelah kau makan. Jadi, cepatlah." Yoongi mendongak, tidak sempat menggerutu karena memilih diam setelah melirik Taehyung yang duduk di sisi ranjang, shirtless, Yoongi tidak bisa bernafas untuk sejenak.

"Ayo makan, tunggu apa lagi?" Yoongi meraih alat makan yang diletakkan di atas nampan, bersamaan dengan sup yang tadi dia buat.

"Apa kau sudah makan?" tanya Yoongi.

"Melihatmu makan saja sudah kenyang."

Yoongi kepanasan sendiri, Taehyung tidak berniat gombal kan?

"Aku minta maaf kalau aku terlalu kasar." Yoongi membuang tatapannya ke sup didepannya.

"Aku tidak ingat apapun, tidak masalah." celetuk Yoongi lantas menyuap sup kedalam mulutnya.

"Tetap saja, itu membuatku merasa bersalah."

"Maaf."

"Bukan salahmu."

Beberapa menit kemudian sup Yoongi habis, Taehyung menarik nampannya untuk dibawa ke dapur.

"Kau tidak perlu melakukan ini, kau tau itu kan?" celetuk Yoongi membuat Taehyung berhenti sejenak diambang pintu.

"Aku tau, tapi aku mau." Yoongi mendengus, mendadak perasaan dilema membanjiri hatinya, Yoongi kesal karena hubungannya dengan Taehyung hanya sebatas ini.

Tunggu, apa Yoongi berharap lebih?

Hell, tentu saja, tapi tidak pernah di merasa seyakin ini untuk memiliki seseorang seperti Taehyung -yang notabene adalah orang 'penting' di kampus- untuk dirinya sendiri dan untuk selamanya.

Tapi Yoongi mendecak, mengangkat bahunya, dia pikir itu konyol, dia tidak apa-apanya dibandingkan Taehyung.

"Hum?" Yoongi mengangkat lengannya, dia sudah berpakaian, apa Taehyung melakukan semua ini?

Kenapa?!

Kenapa?!

Kenapa?!

Apa Taehyung mencoba memberikan harapan pada Yoongi?

"Hey, kau menangis?" Taehyung melihat itu, air mata yang meluncur perlahan dari wajah Yoongi, dan hatinya nyeri.

Yoongi mengusap wajahnya seadanya, dia malu karena Taehyung memergoki ia sedang menangis, tapi Yoongi tidak ingat dia meneteskan air mata satupun.

"Siapa?"

Taehyung ganti berdecak, "Jangan berbohong. Lihat hidungmu merah, apa kau akan berubah jadi badut sekarang?" Yoongi ketawa kecil, Taehyung konyol, jika bisa Yoongi ingin berubah jadi kucing.

Tanpa Yoongi sadar Taehyung sudah ada di sisi ranjangnya seperti tadi, "Apa yang terjadi?"

"Tidak ada."

"Kau yakin?" Yoongi mengangguk.

"Baiklah, aku akan pulang."

Yoongi mengangguk, kakinya diturunkan kebawah setelah Taehyung berdiri untuk meraih kaus yang tadi pagi diberikan Yoongi.

"Tolong bungkuskan hoodieku." Yoongi mengangguk dan segera menuju halaman belakang sambil membawa paper bag dari dapur.

Taehyung yang melihat Yoongi pergi dengan cepat menggeleng kecil. Beberapa menit kemudian, tanpa kata, Yoongi menyodorkan paper bag itu pada Taehyung.

Yoongi mengantarnya sampai pintu, mengintip siapa yang menjemput Taehyung, tapi Yoongi benar-benar lemah ketika Taehyung melambai padanya lalu mengatakan, "Aku akan kembali!"

you're the oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang