Dua

27 2 12
                                    

Kami sudah bersiap dari pagi, meski suhu pagi ini membuat beberapa orang termasuk aku ingin kembali merapatkan selimut hingga kepala tapi kuurungkan, kedua sahabatku akan protes kembali kalau wisata kami hari ini terambat gara-gara perbuatanku. Lona sedang memanaskan mesin mobil, aku membantu mbak Ira menyeduh teh sedangkan Dhesy aku belum melihatnya sedari tadi padahal gadis itu lebih dahulu mandi.

Aku membawa nampan berisi empat gelas teh hangat dan meletakkan di atas meja. "Lon, Dhesy kemana dah?"

"Tadi pergi sama bude Nina," jawabnya sembari menyeruput teh.

Dhesy datang bersama bude Nina sepertinya dari pasar terlihat bungkusan yang dibawa oleh bude Nina. "Sebelum pergi kalian makan dulu... Ra tolong ambilkan piring," kata wanita paruh baya berhijab hitam tersebut.

'"Duh Bude, kami jadi ngerepotin," ucapku tidak enak.

Wanita itu tersenyum, "Tidak apa-apa ngga merepotkan kok, sudah cepat makan sebelum kalian kesiangan," katanya.

.

.

Kami sudah sampai pada wisata yang pertama yaitu wisata air. Wisata air di Klaten lumayan banyak, umbul atau pemandian salah satunya. Klaten memiliki beberapa umbul namun kali ini kami memilih umbul Pongok yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah bude Nina hanya menempuh perjalanan selama empat puluh lima menit. Meski masih pagi sudah ada beberapa kendaraan yang terparkir dihalaman itu karena pengunjung ingin mendapat hasil foto yang bagus dengan pemandian yang masih sepi dan tidak terlalu ramai.

Saran dari mbak Ira juga kalau ingin ke umbul harus datang lebih awal jadi kita dapat ber-pose apa saja. Harusnya kami ber-empat namun mbak Ira tidak bisa ikut karena ada keperluan.

"Ayo buruan, keburu ramai tuh," ujar Lona setelah mematikan mesin.

"Iye, sabar napa. Tuh baju ganti jangan ketinggalan," ucapku mengingatkan, sedangkan Dhesy menggeleng kepalanya. Sudah biasa melihat temannya begini, asal tak saling mengotot wanita berkacamata itu santai.

"Lu harus fotoin kita berdua Lon, yang bagus," tuturku saat sudah masuk kedalam umbul.

Sebelum terjun ke air tadi aku sempat mendengar gumaman Lona yang membuatku menahan tawa, "Susah deh kalau temen perempuan pada narsis gini."

"Lona fotoin kita," ucap Dhesy semangat.

Kami mengambil beberapa foto bersama-sama, foto sendiri-sendiri dan tak lupa foto aku dengan Dhesy tidak boleh absen setelahnya aku memutuskan untuk menyudahi bermain air dan segera menepi.

"Gue kepinggir dulu," kataku dan diangguki oleh kedua sahabatku.

.

.

Aku mengambil pakaian kering dari dalam tas untuk segera berganti pakaian karena setelah ini aku harus pergi ke Wonogiri.

"Lu mau ganti baju? Cepat amat, kita masih agak lama loh disini. Daftar wisata kita juga masih ada beberapa," kata Dhesy.

"Ngagetin gue lu... Mom minta gue mampir ke Wonogiri," kataku. Lona berjalan ke arah kami.

"Lu mau sudahan?" tanya Lona. "Itu Mom minta gue ke Wonogiri, gue saja sendirian kalian lanjutin liburan," kataku, jujur aku merasa ngga enak karena hal ini liburan kali ini hampir sangat langka bagi kami.

"Kok gitu Al? Ada masalah apa?" tanya Lona.

"Nenek gue kangen minta gue kesana, gue minta maaf banget karena ganggu liburan kita," ucapku, aku melihat Dhesy heran karena wanita itu ikut mengambil kantung yang ku tahu isinya pakaian kering. "Lu ngapain Des?" tanyaku

"Kita kan ber-tiga kesini buat liburan kalau salah satu ngga ada ya ngga seru dong, kita ikut lu ke rumah nenek. Setuju kan Lon?" tanya Dhesy pada Lona yang sedang asyik memakan panganan yang kami bawa.

"Gue ngikut kalian saja tapi kita harus mampir ke satu tempat wisata lagi," kata pria itu, aku menengok Dhesy wanita itu tersenyum dan mengangguk.

"Makasih banget." Aku memeluk lengan Dhesy.

Aku menatap Dhesy, "Pusat oleh-oleh ngga boleh ketinggalan," ucap aku dan Dhesy bersamaan kemudian ber-high five.

"Dasar cewek hobi belanja," kata Lona.

.

.

Kami baru sampai saat malam hari ketika turun cuaca dingin menyambut, terdengar gesekan daun-daun yang tertiup angin serta suara serangga malam. Aku selalu merindukan suasana seperti ini, biasanya jika listrik padam kunang-kunang akan terlihat dan pakde pasti akan menangkapkan hewan bercahaya itu untukku mungkin sekarang tidak akan sama lagi semenjak kepergian ayah, semua berubah.

Aku mengetuk pintu kayu itu wanita paruh baya dengan berjilbab hitam membukakan pintu kami. Aku tersenyum dan memeluk tubuh wanita berjilbab tersebut, "Assalaamualaikum Mbok."

"Waalaikumussalam Nduk, Mbok kangen. Ayo kalian masuk dulu," katanya. Mbok ini kakak perempuan ayah seharusnya aku memanggil bude namun sejak kecil sudah terbiasa memanggil dengan sebutan mbok jadi agak sedikit sulit untuk mengubahnya.

Kami menuju ruang tamu, rumah ini nampak sepi sudah biasa memang setelah isya kalau tidak ada kegiatan pukul jam sembilan orang rumah akan istirahat. Aku duduk disebelah mbok Je sedangkan Dhesy dan Lona duduk disebrang kami. "Mbok kenalkan ini temanku, Dhesy dan Lona.... Biyung sudah tidur Mbok?" tanyaku.

"Biyung mu itu sudah tidur dari tadi, mau Mbok bangunkan?" Aku menggenggam tangan wanita paruh baya itu, "Ngga usah Mbok biar aku yang ke kamar sekalian bikinin minuman," kataku lalu menuju ke dapur membuat minuman. Setelah meletakkan memberikan minuman aku kamar biyung. Biyung ini panggilanku untuk nenek sejak kecil juga aku terbiasa memanggilnya begitu bahkan cucu serta cicit juga memanggil biyung.

Aku menghampiri biyung kemudian mencium pipinya yang malah membuat nenekku ini bangun, aku tersenyum dan mencium tangannya, "Kapan sampai, Nduk? Iki Eka opo Ayesha?" tanyanya. (Ini Eka atau Ayesha?)

"Aku Eka. Ayesha ning omah. Aku dadi ganggu Biyung turu," kataku. (Ayesha di rumah. Aku jadi ganggu biyung tidur.)

"Mrene turu karo Biyung," ajaknya sembari bergeser agak pojok. (Sini tidur bareng biyung.)

Biyung selalu tahu kalau aku rindu dan akan bermanja-manja, aku membaringkan tubuh di samping biyung dan menghadap kearahnya sambil memainkan kulit-kulit kendur dipunggung tangannya. Biyung menepuk punggung tanganku dengan sebelah tangannya yang bebas, "Wis gek turu," suruhnya. (Sudah cepat tidur.)

Aku mengangguk kemudian agak merapat ke biyung lalu ikut tidur sambil memegang tangannya. "Good night Biyung." Aku mengecup pipi biyung yang kemudian tertawa. Tangan ringkih biyung yang bebas menepuk-nepuk punggung tanganku hingga aku tertidur.

.

.

.

Semoga terhibur, terimakasih sudah membaca :)

#Thespiritofwriting02

Seikacang 

Update : 04 10 19

Revisi : 10 02 20

With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang