Happy Reading gaes
.
.
.
Setelah liburan yang menyenangkan, sekarang saatnya kembali pada rutinitas. Bekerja. Sudah tiga tahun ini aku menjadi bekerja menjadi salah satu staff bagian kemahasiswan di sebuah universitas swasta. Aku menelusuri lorong menuju ruang kemahasiswaan, ku ketuk pintu kaca tersebut sebelum memasuki ruangan serta mengucap salam. Ruangan masih sepi hanya ada pak Rudi yang sudah duduk dimeja dengan fokusnya membaca beberapa lembar kertas di hadapannya.
Aku menghampiri kubikel pak Rudi lalu menyapa pria setengah baya tersebut, "Assalaamuala'ikum Pak."
"Waalaikumussalam, Mbak mahasiswa yang bertisipasi donor darah sudah dilaporkan?" tanya pak Rudi.
"Setahu saya masih didata kak Intan, Pak," jawabku.
"Tolong cepat didatanya dan segera laporkan agar dibuat surat tugasnya, Mbak," suruhnya lagi.
"Baik Pak," jawabku.
Aku berjalan menuju kubikelku meletakkan tas mengeluarkan ponsel dan mengabari kak Intan perihal yang diminta oleh pak Rudi tadi. Pintu diketuk tanda seseorang masuk, aku mendongak sedikit agar dapat melihat siapa yang datang ternyata mbak Dina dan mas Indra, mereka mengucap salam bersamaan.
"Wah tumben lu sudah datang Ka?" ejek mbak Dina lebih.
"Ngga tahu Mbak tumben saja mau berangkat pagi," jawabku sambil terkekeh.
"Iya tumben si Eka sudah dateng, paling cuma berlaku buat hari ini saja Mbak besok-besok mah balik lagi... telat," ledek mas Indra.
"Orang julid tuh pasti ada saja yang diomongin, sedih dedek," ucapku membuat mbak Dina tertawa geli sedangkan mas Indra menggeleng kepalanya.
"Kalian ngomongin apa? Kayanya seru," tanya kak Intan yang tiba-tiba hadir.
"Ada Intan, bubar-bubar," ujar mas Indra sambil membalikkan tubuhnya kembali menuju kubikelnya sendiri. Kejahilan mas Indra itu membuat kak Intan merenggut kesal dan aku berusaha menahan tawa. Bergabung dalam bagian ini membuatku terbiasa dengan kelakuan ajaib penghuni kemahasiswaan begitupun pak Rudi sudah terbiasa dengan kelakuan ajaib para staff-nya. Kami kembali fokus mengerjakan tugas masing-masing dan ruangan menjadi hening.
.
Rasanya punggungku kaku sekali setelah duduk berlama-lama sedari tadi aku belum selesai mengalihkan perhatianku dari lembaran kertas-kertas ini dan sekarang kantuk mulai merajalela, aku jadi membayangkan kasur di kamar. Aku berdiri menghampiri mbak Dina dan kak Intan menawarkan ingin menitip sesuatu saat aku ke kantin. "Mbak Dina, Kak Intan ada mau nitip sesuatu? Aku mau ke kantin."
"Ayo sekalian deh bareng, gue mau ke kamar mandi," kata mbak Dina.
"Kak Intan titip apa?" tanyaku.
Tok tok tok
Suara ketukan menginterupsi percakapan kami muncullah salah seorang mahasiswi yang cukup sering ke ruangan ini bahkan sudah akrab dengan para staff disini.
"Assalaamuala'ikum, Kak Eka, Kak Intan, Mbak Dina," sapa gadis berhijab itu.
"Waalaikumussalam, Dek. Ada apa?" tanya kak Intan.
"Kak, aku sama Mbak Dina ke kantin dulu yaa. Kakak ke kantin dulu ya Dek." Keduanya mengangguk.
Aku berjalan lebih dulu menuju kantin memesan minuman sembari menunggu mbak Dina. "Mbak, jus mangga, matcha sama cokelat masing-masing satu ya," pesanku.
"Okay, tunggu sebentar ya Mbak Eka."
Selagi pesanan minumanku sedang dibuat aku melihat sekeliling kantin, banyak mahasiswa yang masih disini entah berkelompok, sendirian atau bahkan berdua bersama pasangan, mungkin. Sebuah interaksi menarik perhatian dihadapanku terlihat interaksi seorang ayah dengan anak perempuannya, sepertinya mereka habis mencari informasi seputar penerimaan mahasiswa baru. Kalian penasaran bagaimana aku tahu? Ayah dari anak perempuan itu melihat-lihat brosur universitas ini mungkin sedang menimbang-nimbang sang anak berminat dengan jurusan mana, lagipula sebentar lagi akan memasuki tahun ajaran baru.
Aku tersentak merasakan tepukan dibahu dan menoleh siapa yang menepuk pundakku. Ah ternyata mbak Dina, "Masih lama Ka?" tanya mbak Dina.
"Mbak ih ngagetin, bentar lagi." Wanita itu mengangguk.
"Mbak Eka ini pesanannya." Aku mengambil bungkusan plastik itu sembari menyerahkan uang pas pada perempuan itu dan mengucapkan terimakasih.
.
Aku memberikan minuman sesuai pesanan pada kak Intan juga mbak Dina, aku sempat bertanya kak Intan soal mahasiswi tadi karena biasanya gadis itu akan betah di ruangan ini sampai teman se-organisasinya datang tapi tumben gadis itu pulang cepat.
"Oh iya tadi nyokap chat nih, ponsel lu ngga aktif?" tanya kak Intan, aku menggeleng. "Ponselku di charger Kak."
Aku segera menyalakan ponsel tumben sekali Mom mengirim pesan hingga harus menghubungi kak Intan. Notifikasi panggilan serta pesan dari Mommy beberapa kali.
Segera pulang akan ada tamu. Sekalian mommy nitip belikan kue di tempat langganan.
Acara apa? Mommy ngga ada bilang tadi pagi. Beruntung sebentar lagi waktunya pulang, jadi aku bergegas membereskan barang dan memasukkan ke dalam tas.
.
Ditanganku sudah menenteng bungkusan berisi kue pesanan Mom lalu membawa ke dapur, wanita yang sudah melahirkanku itu tengah berkutat di depan kompor dibantu oleh adikku Ayesha. Siapa gerangan tamu agung yang akan datang ke rumah sampai aku melihat beberapa macam hidangan tersaji di meja.
Aku meletakkan kue itu di meja yang kosong dan mengambil lauk yang sudah matang kemudian mendekati mom, "Mom kuenya aku taruh di meja ya. Memang tamunya siapa Mom? Tumben banget masak banyak."
"Oh makasih ya, nanti kamu juga tahu. Sudah cepat siap-siap dan pakai pakaian yang pantas," kata Mom.
"Baik Nyonya," kataku kemudian beranjak menuju kamar. Pakaian yang pantas dalam kamus Mom berbeda sekali dengan pakaian pantas menurutku, padahal aku selalu berusaha memakai pakaian yang pantas tapi tetap saja tidak masuk dalam style Mom bahkan aku sering kena marah karena gaya berpakaianku yang katanya amburadul.
.
Sesuai permintaan nyonya rumah, aku memakai pakaian yang pantas menurutnya jadi aku menggunakan one piece warna abu berlengan tiga per empat dengan aksen kerah dan pita di bagian leher dipadupadankan dengan celana jegging. Mohon dicatat ya, dirumah ini tidak ada meja makan. Jadi saat kami akan makan bersama harus menggelar tikar sebagai alas.
Setelah mematut diri memastikan sudah rapih, aku keluar dari kamar menuju dapur membantu di dapur. Terdengar deru mobil berhenti di depan rumah. Tamu yang sudah ditunggu akhirnya datang. Dan aku mengetahui siapa tamu agung yang ditunggu itu dan cukup akrab dengan keluarga kami, itu keluarga teman ayah namanya om Hendra namun yang lebih mengejutkan lagi pria itu datang bersama om Hendra. Pria itu lagi? Apa dia penguntit?
.
.Silahkan Comment🙏🙏
#Thespiritofwriting04