Aku salah apa?
Mengapa mereka membuang ku?
Aku ini siapa mereka?
Anak atau sampah?* * * * *
Aku sendiri di sini. Tak ada satupun yang menemani. Hanya tumpukan sampah masyarakat yang menemaniku. Aku tak bisa menahan air mataku. Aku takut. Sangat takut. "Mama Papa aku ingin pulang"
Aku kembali melangkah kan kaki, meninggalkan tumpukan sampah ini. Tapi aku rasa percuma. Sejauh apapun aku melangkah, tumpukan sampah ini selalu ada disekitarku. Aku tak tau jalan keluar, aku harap manusia baik bisa menemukan ku. Sekaligus mengantarkan ku pulang menuju rumah.
* * * * *
Sudah 2 hari lamanya aku terjebak ditumpukan sampah. Bau busuk sudah berpindah satu persatu ke tubuhku. Selama itu juga aku tak melihat makhluk apapun disekitar sini. Firasatku berkata negatif kalau "Aku akan mati dimakan hantu!!". Tapi selama 2 hari ini aku belum melihat hantu, dan firasatku berkata positif kalau "Hantu pasti takut sama anak pemberani". Benarkah? Akupun tidak tau itu, itu hanya kata-kata dari mama yang aku ingat. Mama? Mulai detik ini aku tidak akan menganggap dia orang tua.
Air mataku mulai turun dengan derasnya. Suara rengek keluar dari mulutku. Aku teringat, teringat bahwa wanita dan suaminya itu yang telah membawa ku kesini. Ya dia adalah mama kandungku dengan suami barunya, tapi sekarang aku tak menganggapnya lagi. Dulu aku menyayanginya, sekarang aku benci. Sangat membencinya.
Setelah ayah pergi kedunia lain, aku sadar bahwa aku sendiri didunia ini.
Air mataku tak hentinya berhenti, selalu turun. "Tuhan, mengapa engkau memberi orangtua seperti itu? Mereka jahat kepadaku. Sangat jahat." Aku menangis sejadi-jadinya, hingga aku tertidur diatas tumpukan sampah.
* * * * *
"Auu.."- Aku terbangun dari tidurku, baru saja aku menendang benda keras hingga kaki kananku terasa nyeri. Aku melihat kearah benda yang baru sajaku tendang, "Sejak kapan ada rongsokkan disini?" Aku mencoba mengulang kejadian sebelum aku tertidur, seingatku tak ada mainan disekitarku.
"Apa jangan-jangan ....?!""Aaaa...." Aku teriak sekaligus ketakutan saat pundakku tersentuh sesuatu. Aku menutup wajah dengan telapak tangan. Mencoba sedikit menjauh dari tempat tidurku tadi. Setelah agak jauh, aku memberanikan diri untuk melihat siapa yang menyentuhku tadi.
Aku melotot kebingungan, tidak ada siapapun disini. Hanya tumpukkan mainan yang ku tendang tadi. "Huuh?" Aku mencoba menormalkan detak jantungku. Sepertinya aku harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini, tempat yang menurutku mulai angker.
Aku membalikkan badan dan "Aaaa...." Aku kembali berteriak, terkejut dengan siapa yang saat ini ada dihadapanku.
"Kakak kenapa teriak?"
* * * * *
Aku sangat bersyukur, karena kini aku bisa terbebas dari tumpukan sampah berkat gadis kecil disampingku.
"Kamu udah berapa lama ngumpulin rongsokan ini?"- tanyaku diperjalanan menuju rumahnya, dia yang mengajakku dan aku dengan senang hati menerimanya.
"Ngga tau lamanya, tapi udah lama"- jawabnya "Kakak ngapain ditumpukan sampah?" kini dia yang bertanya, tapi aku belum bisa menjawabnya. Terlalu sakit untuk diceritakan, biarlah lagian ku lihat dia mungkin mengerti dengan keadaanku saat ini.
Sampailah aku dirumahnya, tapi ku rasa ini bukan rumah. Ini goa, baru pertama kali aku melihat goa nyata dalam hidupku. Biasanya aku melihat goa buatan yang ada dikebun binatang.
"Kamu tinggal disini?"- tanyaku takjub bercampur kasihan, kasihan karena melihatnya harus tinggal dan tidur didalam goa. Dia menggelengkan kepalanya. Aku merasa aneh dibuatnya, dia tidak tinggal disini tapi mengapa membawaku kesini? "Kak lihat awan, masuk yuk"- dia menunjuk langit dan aku melihat langit, aku baru sadar mengapa dia membawa ku kesini, mau hujan ternyata. Aku mengangguk dan kamipun masuk kedalam goa besar itu.
* * * * *
Hayuuk, dikasih warna oren dulu bintang nya.
Baru boleh lanjut.
Jangan lupa follow dan support ya.💕Terima Kasih💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Changed Because of Her
Ficção AdolescenteMenceritakan seorang anak yang sangat menyayangi kedua orangtuanya, ia tega melakukan apapun demi orangtuanya. Tetapi semua berubah ketika ia ditinggal sendiri ditempat pembuangan sampah, entah mengapa orangtuanya tega melakukan itu. Ditambah lagi...