Confused

617 46 3
                                    

Semenjak hari itu dimana hyungwon mengamuk seperti kesetanan saat melihat wonho, hyungwon berubah. Ia lebih sering diam, bahkan melamun menatap kedepan dengan pandangan kosong. Tak jarang tiba-tiba hyungwon bisa mengamuk tiba-tiba tanpa ada sebab.

.

.

.

.

--sebelumnya—

"wonho ... bisa ikut keruangan saya ?" tanya dokter jooheon, yang dipanggil namanya hanya mengangguk sambil mengikuti dokter itu keluar ruangan hyungwon untuk menuju keruangannya.

"silahkan duduk ... saya ingin bertanya sekaligus menyampaikan keadaan hyungwon" ucap dokter jooheon langsung pada intinya sesaat setelah sampai diruangannya. Wonho duduk disalah satu bangku didepan meja dokter itu setelah di persilahkan oleh dokter jooheon.

"sebelumnya apakah hyungwon menjaga kondisinya ? apakah ada masalah yang sedang menimpa hyungwon ? apakah hyungwon tertekan ?" pertanyaan dokter jooheon terlontar begitu saja tanpa sengaja membuat wonho sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Seolah-olah jooheon sudah tau apa yang sedang dialami oleh hyungwon.

"tunggu ... apa maksudmu bertanya sebanyak itu ? kau itu dokter, polisi atau detektif ? hingga kau bertanya selengkap itu. Bagaimana jika aku menjawab tidak tahu ?" ucap wonho acuh. "aku sudah mengetahuinya tuan wonho... apa kau masih tidak mendengarkan arahan senior kim ?"

Telak sudah jawaban dari jooheon, wonho sempat tercengang atas pertanyaan selanjutnya dari jooheon. Dia sudah menduganya dari awal bahwa jooheon dikirim dokter pribadinya kim hyung soo untuk hyungwonnya. "kenapa kau terdiam tuan wonho ? ternyata benar apa yang dikatakan senior kim" jawab jooheon meremehkan.

Merasa tak terima seperti diremehkan oleh jooheon, wonho naik pitam. "tahu apa kau ?! tak perlu mencampuri urusan pribadiku. Tugasmu hanya menyembuhkan hyungwon !" "kau pikir dengan aku menyembuhkan hyungwon lalu kau sakiti lagi dia, dia takkan terluka lagi ? ohh ayolah tuan wonho barang saja jika sudah hancur maka tidak akan kembali seperti semula dia akan terlihat cacat, apa lagi hyungwon ? dia makhluk hidup !- bentak jooheon yang tepancing emosi.

Wonho menatap sinis jooheon, tidak mau berdebat lebih lama wonho memilih keluar dari ruangan jooheon, namun saat diambang pintu ruangan itu jooheon mengeluarkan suaranya lagi "Chae Hyungwon pasien berumur 25 tahun, diagnosis sementara mengidap trauma, psikis yang terganggu akibat tekanan emosional. Observasi harus dilakukan mengingat gejala yang hyungwon timbulkan lebih parah yang menuju kesehatan mentalnya" jooheon yakin ucapannya tadi terdengar jelas oleh wonho. Namun wonho seperti bersikap acuh.

.

.

.

.

Saat ini hyungwon mengenakan pakaian khas rumah sakit hanya duduk diatas ranjangnya menatap kearah jendela yang menampilkan hamparan kota seoul. Entah apakah hyungwon benar-benar melihat keluar sana atau sekedar melamun dengan tatapan kosong.

Sudah seminggu lamanya ia dirumah sakit. Selama seminggu itu juga wonho setia menjaganya. Entah apa yang membuat wonho mau dengan repot menjaga hyungwon, sebentar... hyungwon adalah kekasihnya jelas saja harusnya wonho yang menjaganya. Tapi mengingat perlakuan wonho selama ini kepada hyungwon, terlihat sangat bias bukan ?

"hyungwon-ahh saatnya kau sarapan, mari aku suapi ya ?" pertanyaan wonho seperti angin berlalu. Sama sekali tak ada jawaban dari orang yang di tanya itu. Hyungwon masih asik dengan acara melamun dengan tatapan kosongnya. Wonho menghela nafasnya pelan. Masih tergiang dengan jelas ditelinga wonho tentang apa yang dikatakan jooheon waktu itu. Dalam hatinya mengatakan apa yang divonis dokter yang memiliki lesung pipi itu memang benar.

HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang