Bagian 4

17 3 0
                                    

Hari ini Anika kembali ke sekolah tapi hanya untuk hari ini karena besok kemungkinan ia akan benar-benar pindah dari sekolah itu.

Anika memasuki kelasnya, dilihatnya Laras telah duduk di samping tempat duduknya. Dan lelaki bermata elang yang ada di belakang kursinya kembali membuatnya takut.

Elvin tersenyum miring melihat kehadiran Anika.

"Nikaaa elu sekolah? Udah sehat?" Tanya Laras berbinar

Anika mengangguk kikuk "I..iya" Anika berjalan dan duduk di tempat duduknya

"Nik, gue denger dari anak-anak katanya lu mau pindah sekolah. Emang bener?"

Anika mengangguk lesu

"Kenapa? Jangan nik, ntar gue gak punya temen yang gila kayak elu"

Anika menoyor kepala Laras

"Ntar jangan kesepian ya"

Tanpa mereka tahu, Elvin yang duduk di belakang Anika mendengarkan semua pembicaraan kedua wanita didepannya. Tangannya mengepal kuat.

Elvin segera berdiri dari duduknya dan meraih pergelangan tangan Anika. Dicengkeramnya lengan itu dan ditariknya agar mengikuti langkah lebarnya.

"Elvin Lo mau bawa Anika kemana??" Jerit Laras

Anika takut bukan main. Lengannya terasa sangat nyeri, Elvin mencengkramnya sangat kuat.

Elvin membawanya ke rooftop. Dikuncinya pintu yang ada di rooftop dan mengantungkan kunci tersebut.

"Lo mau apa lagi hah?" Jerit Anika, air matanya kembali jatuh

Elvin tak menghiraukan jeritan Anika dan duduk di kursi yang ada di sana.

"Aku bicara padamu" Anika berdiri tepat didepan Elvin

Elvin mendongak menatap Anika

"Lo mau pindah sekolah? Dengan membawa rahasia gue?" Tanya Elvin dingin

"Rahasia apa? Gue gak ngerti" Ucap Anika jujur karena memang ia tidak tau rahasia yang mana yang Elvin maksud

"Lo ngikutin gue ke markas gue. Lo lupa atau pura-pura lupa?"

"Jadi soal itu? Lo tenang aja. Gue bakalan ngunut rahasia lo. Mulai besok gue gak ada lagi disini dan Lo gak usah khawatir, mulai besok kita anggap aja gak pernah saling kenal"

Elvin berdiri

"Anggap gak saling kenal? Emang gue kenal elu?" Tanya Elvin meremehkan

Anika terdiam, Elvin memang tidak pernah menganggapnya ada

"Ah iya gue kenal elu, Sherly" ucap Elvin tepat di telinga Anika

"Ss.. Sherly?" Tanya Anika heran. Setahunya hanya keluarganya yang memanggilnya dengan sebutan Sherly

"Lo terkejut bukan? Sama kek apa yang elo lakuin ke gue. Beberapa hari ini gue juga ngikutin lo Sherly"

"Jangan panggil gue dengan sebutan itu!"

"Kenapa? Oh ya gue juga tau siapa ayah Lo. Dan sekedar informasi, ayah Lo sama ayah gue sahabatan pas SMA"

Anika memilin jari tangannya

"Sekarang telpon ayah lo dan bilang kalo lo gak jadi pindah sekolah"

Anika menggeleng

"Telpon!" Pinta Elvin lebih tepatnya perintah

Anika meringis lalu meraih ponsel yang disodorkan Elvin

"Halo pa"

"...."

"Ini aku Sherly, aku gak jadi pindah sekolah pa"

"...."

"Iya pa. Udah dulu Sherly tutup telponnya"

Setelah menutup telponnya Anika memberikan ponsel Elvin dengan ketus

"Gadis pintar. Sekarang kembali ke kelas dan pindahkan tas lo ke bangku yang ada disebelah tempat duduk gue"

"Apa?! Lo mau apa lagi sih?"

"Gue cuma mau mastiin lu gak bongkar rahasia gue"

"Sebenarnya Lo itu siapa sih Vin? Lo penjahat? Mafia? Atau gangster?"

Elvin tengah menahan amarahnya terlihat dari urat-urat tangannya yang bermunculan

"Bukan urusan lo. Lakuin apa yang gue mau"

Anika menghentakkan kakinya kesal ia meninggalkan Elvin namun berhenti di depan pintu rooftop.

Elvin memasang wajah seolah bertanya "kenapa"

Anika menunjuk ke arah pintu dengan dagunya. Elvin mengangguk mengerti. Dilemparkannya kunci pintu pada Anika. Anika membuka pintu itu lalu melempar kunci itu ke arah Elvin dengan kuat hingga membentur kepala Elvin. Ia terkejut, dengan wajah takutnya ia berlari menuruni tangga meninggalkan Elvin yang kesakitan.

____

"Serius lo gak jadi pindah?" Tanya Laras

"Gak"

"Beneran????" Mata Laras berbinar

"Iya. Gue berubah pikiran"

Sesaat kemudian Elvin masuk ke dalam kelas dan berhenti di depan meja Anika. Ia menatap tajam kearah Anika. Anika menunduk karena ia takut Elvin akan membalas perbuatannya tadi.

Pandangan Elvin berpindah ke arah Laras "mulai hari ini lo tukeran tempat duduk sama gue" ucap Elvin pada Laras

Anika menatap ke arah Laras seolah berkata "jangan"

Karena Laras yang tau dari dulu sahabatnya itu mengejar Elvin, dipikirnya inilah saat yang tepat untuk menyatukan Elvin dan Anika.

"Oke" Laras mengambil tas nya dan menaruhnya di tempat duduk Elvin, sama halnya dengan Elvin yang menaruh tas nya di tempat duduk Laras

Anika menatap horor ke arah Laras, Laras hanya membalas tatapan Anika dengan cengiran bodohnya.

"Jangan melotot. Serem kagak jelek iya" hardik Elvin tanpa memandang ke arah Anika

Anika menggeram kesal namun ia memilih tak membalas ucapan Elvin karena ia tak ingin mencari masalah dengan monster yang satu ini.

____

Next

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang