-PARK WOOJIN-

15 1 0
                                    

JULI, 2010.

Tring!! Bel alaramku berbunyi sangat keras hingga membuat kupingku sakit. Aku pun beranjak dari kasurku, kuambil jam alarm itu lalu hampir melemparkan jam alarmku.

Aku terdiam, lalu mematikan jam alarmku, berjalan menuju kaca besar dekat meja belajar. Melihat bayangan yang mirip denganku, mendekat lalu membersihkan kotoran yang ada di belahan mataku.

                                           *****


“hey, jinae-ya.. kau baik-baik saja? Bagaimana sekolahmu?.” Tanya Youngmin oppa membuyarkan lamunanku.

“ah.. oppa... baik-baik saja. Yah, bagaimana sekolah seperti semestinya oppa.” Aku pun tersenyum manis kepada oppa-ku.

Hari ini memang appa sedang tidak ada di rumah. Appa sudah memulai pekerjaan nya sebagai Lawyer di Busan. Hanya tersisa aku dan kedua oppa-ku.

Sewaktu di Gwangju, semua pekerjaan rumah memang dilakukan oleh appa dan dan kedua oppa-ku, entah menagapa appa tidak menyewa seorang asisten rumah tangga.

Hari ini Youngmin oppa membuatkan ku toast untuk sarapan, dan nasi goreng untuk Minhyun oppa.

“aku akan mengantarkan jinae dulu, kau duluan saja minhyun-a.” Tanya Youngmin oppa sambil menguyah nasi goreng.

“tidak oppa. Kemarin appa sudah memberitahuku bis mana yang harus aku pakai. Jadi berangkatlah bersama Minhyun oppa. Aku tidak mau oppa terlambat gara-gara ku.” Jawabku sambil menguyah toast.

“kau... yakin?.” Tiba-tiba saja Minhyun oppa bertanya kepadaku, aku pun sempat diam, tidak biasanya minhyun oppa menanyakan ku. Lalu aku mengangguk tanda iya, Minhyun oppa kembali memakan nasi goreng nya. Aku menunduk lalu tersenyum.

****

Setelah sarapan pagi, aku segera bergegas ke halte bis yang menuju sekolahku. Halte bis ku dan kedua oppa ku berbeda, sehingga pada saat berangkat kami berpisah di persimpangan jalan dekat rumahku.

Aku pun berjalan sambil memain-mainkan kerikil yang berada di jalan dengan kaki ku. Lalu menghirup udara Busan yang menyegarkan, aku rindu Gwangju, gumamku.

Setelah berjalan 15 menit, sampailah aku di halte bis tersebut. kulihat seorang laki-laki memakai sweater hitam sedang duduk dengan earphone menutup telinga nya.

Aku memircingkan mata, lalu menaik turunkan kepala ku. Ah busan dong juga, fikirku. Belum sempat duduk, tiba-tiba laki-laki itu menoleh kearahku. Aku terkejut bukan main. Dia berdiri lalu aku menghampiri nya, tidak ku tatap laki-laki itu, tapi dia terus menatap kearahku.

“kau... tinggal disini juga?.” Tanya nya sambil melepaskan earphone. Lalu berjalan kedepanku.

Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan dia, bukan sebal, tetapi aku hanya malu karena kejadian kemarin.

“eeei, kau tidak menjawab pertanyaanku.. um... jinae? Kau masih malu atas kejadian kemarin?.” Tanya nya dengan logat Busan sangat kental lalu memperlihatkan belahan gigi ginsulnya.

Akupun menoleh kearah laki-laki itu, menyilangkan kedua tanganku, menarik nafas panjang. Lalu mengabaikan dia kembali. Laki-laki itu hanya tersenyum melihatku.

15 menit berlalu, bis yang aku tunggu tidak kunjung datang. Laki-laki itu masih bergulat dengan handphone nya, menempelkan kembali earphone ke telinga nya. Tiba-tiba saja laki-laki itu mengayun-ayunkan tangan nya, menghentak-hentakan kaki nya. Lalu menempelkan jari telunjuk di bibir nya, terdiam, lalu melihat kembali ke layar handphone.

Tiba-tiba saja bis datang, aku menunggu laki-laki itu untuk masuk duluan, dia tidak bergeming sama sekali membuatku khawatir karena takut bis itu berlalu. Aku melangkah melewati nya, dia masih saja diam. Aku geram, lalu menarik kecil sweater dia hingga dia tersadar. Lalu segera menaiki bis itu.

Didalam bis laki-laki itu masih sama saja. Bergulat ria dengan ponsel nya, lalu membuat gerakan kecil di tangan nya dan membuat gelombang di tangan nya. Aku hanya memandangi dia dari belakang, karena sengaja aku tidak mau dekat dia. Dia mendengus kesal, lalu memasukam ponsel ke saku sweater nya, menunduk melihat lantai bis.

******

Setelah sampai di sekolah aku berjalan dengan terburu-buru, tidak menghiraukan laki-laki yang tadi bersamaku di bis. Ku pegang erat tas ku lalu segera berlalu.

Tiba-tiba saja aku berhenti di lapangan basket. Aku melihat kesekeliling, apa benar lewat sini? Tanyaku.

Aku menaikan bahu, lalu lanjut berjalan. Setelah melewati lorong, aku terdiam. Ah sepertinya bukan lewat sini ya? Gumamku lagi.

Aku mengacak-acak rambutku, lalu membenarkan nya kembali. Saat aku berbalik, laki laki itu mengagetkanku. Dia tersenyum sambil melambaikan tangan nya.

“aku mengikuti mu jinae-ya. Ku kira kau akan bolos kelas dengan alibi murid pindahan tersesat lalu bilang tidak tau jalan ke kelas.” Dia memain-mainkan tangan nya, lalu tertawa terkekeh “tapi sepertinya kau memang benar-benar tidak tahu jalan ya.” Tanya nya.

Aku hanya terdiam melihat laki-laki itu, tiba-tiba laki-laki itu menarik lenganku.

“sini ku tunjukan jalan menuju kelas. Hari ini aku adalah guide sekolah mu.” Kata laki laki itu sambil tertawa memperlihatkan gingsul nya.

Di perjalanan menuju kelas, dia benar-benar seperti tour guide. Dia menjelaskan secara detail cara menuju jalan ke kelas. Aku sempat berfikir dia adalah burung pipit, karena mulut nya terus saja berbicara tidak ada jeda sama sekali.

“jadi kalau kau sudah ada di gerbang kau tinggal belok kanan saja, belok kiri juga bisa tapi kasian kaki mu jalan nya memutar lebih jauh lagi. Jadi belok kiri lalu jika kau bertemu toilet guru kau tinggal lurus saja... bla.... bla.... “ dia mengoceh tiada henti.

Aku tidak mendengarkan dia secara seksama. Aku hanya menutup mulutku, tertawa kecil melihatnya.

*******

Sesampai nya di kelas aku segera duduk dikarenakan sebentar lagi akan dimulai jam pelajaran pertama. Aku melihat kesekeliling dan menemukan laki-laki itu tengah duduk di bangku paling belakang.

Dia mengibas-ngibas meja menggunakan tangan nya, meniup-niup nya, lalu menempatkan tas nya diatas meja, membentuk tangan nya seperti ular, memaju mundurkan tangan nya, lalu tersenyum.

Bugh!! Tiba-tiba saja dia terlelap di atas tas nya. Aku pun tertawa kecil, lalu menghadap kedepan.

“kau kenapa ae-ya?.”  Tanya Chaeyeon mengagetkanku. Aku menarik bahu Chaeyeon.

“kau tau siapa dia?.” Menunjuk laki-laki yang sedang terlelap itu.

“ah dia... dia Park Woojin, dia terlalu sering tidur, dia bla bla bla, dia bla bla..”

Aku tidak mendengarkan ocehan Chaeyeon, aku hanya memeluk dagu ku sambil bergumam, jadi dia Woojin ya, nama yang bagus.

FROM SEPTEMBER TO NOVEMBER | PARK WOOJIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang