Agustus, 2010.
Akhir pekan telah tiba. Aku dan kedua hyungku sibuk membereskan rumah yang belum sempat terbereskan, seperti menempatkan piala penghargaan kedua hyungku.
Ohiya, selama di Gwangju kedua hyung ku selalu mendapatkan penghargaan, Youngmin oppa sangat handal bermain catur, Minhyun oppa mengikuti kejuaraan olahraga berenang.
Dan aku sendiri sangat pandai sekali bernanyi. Pada waktu itu aku mengikuti perlombaan bernanyi, meskipun hanya perlombaan antar sekolah dasar, tapi aku sangat bangga karena ikut serta dalam perlombaan dan mendapatkan banyak piala.
Aku mengangkat barang-barang itu, lalu menata nya di lemari yang sudah di bersihkan Youngmin Oppa.
“istirahatlah jika kau lelah jinae-ya.” Tepuk Youngmin oppa di bahu ku.
“baiklah oppa.” Aku melingkarkan tangan ke pinggang Youngmin oppa.
“belilah beberapa soda untuk oppa, kau boleh membeli apa saja.” Kata oppa lalu memberikan ku sekertas uang.
“banana uyu dan ppang.” Aku pun tersenyum lalu berlalu meninggalkan oppa.******
Sesampai nya di minimarket akupun segera menghampiri jajaran berbagai macam roti, seperti anak kecil yang ingin membeli mainan baru di toko mainan.
Satu persatu kupilah roti tersebut, aku mencari roti isi kacang merah kesukaanku. Nihil, roti yang aku cari tidak dapat ditemukan.
Berdengus kesal akhirnya aku membawa roti rasa coklat dan kopi. Setelah mendapatkan roti aku pergi menuju ke jajaran susu, lalu mengambil susu pisang dan dua cola.
Ah oppa menitipkan apa lagi ya? Fikirku. Akupun segera mengeluarkan ponsel.
Youngmin oppa
Oppa
Selain cola kau ingin apa?
Snack saja untuk Minhyun.
Baik.
Aku pun mencari snack kesukaan oppa-ku. Saat memilih-milih tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak ku.Aku pun bergetar hebat dan melayangkan tanganku kearah dia. Dia pun menepis dan memegang pergelangan tanganku.
“yaaa!!! Kau mengagetkanku saja!.” Aku pun menarik kembali tanganku.
“siapa yang mengagetkan siapa.” Jawab nya.
“maksudmu?.” Tanya ku lagi.
“kau penguntitkah? Kau tau aku akan datang kesini.?” Jawab nya sambil mengambil beberapa snack yang ada dibelakangku.
“ya... aku datang lebih dulu sebelum kau, kau si penguntit!.” Jawabku kesal, akupun segera ke kasir.
Saat di kasir dia mendekati ku, lalu menaruh snack yang ada di pangkuan nya. Menyilangkan kedua tangan nya, lalu memandangku sangat lama.Inginku biarkan saja, tapi tatapan nya membuatku risih. Aku berbalik kearah dia..
“mau temani aku disini sebentar?.” Belum sempat aku menjawab dia sudah menenteng kresek hitam belanjaan ku.
“tidak bisa.” Jawabku sambil berusaha mengambil kresek hitam itu.Dia mengangkat kresek itu diatas kepala nya, sehingga membuatku susah untuk menggapai nya. Tangan satu nya sibuk bermain dengan kresek itu, tangan yang satu nya lagi sibuk membayar snack yang di beli nya.
Aku pun berhenti lalu menarik baju dia.
“ya!!! Park Woojin!!.” Bentak ku membuat paman yang di kasir ikut terkaget.
Dia menurunkan kresek nya, lalu membenarkan baju nya. Dia hanya tersenyum lalu berlalu meninggalkan ku.*********
M
au tidak mau aku ikut duduk di kursi yang sudah disiapkan minimarket tersebut. Park Woojin masih menenteng kresek ku.
“kau mau ini?.” Tanya nya sambil menyodorkan snack yang di beli nya.
“aku tidak makan itu.” Jawabku kesal
dia pun kembali memakan snack itu.Woojin tiba-tiba merogoh saku celana nya dan mengeluarkan ponsel nya, memain-mainkan ponsel nya, lalu menyodorkan ponsel tersebut kepadaku.
“lihatlah, bagaimana menurutmu?.” Tanya nya.
Aku pun mengintip ponsel nya. Melihat seseorang sedang menari di layar ponsel itu.
“apa itu kau?.” Woojin mengangguk lalu menyuruhku untuk memegang hanphone nya.
Aku pun mengambil nya, lalu melihat dia sedang menari piawai. Aku sempat tertegun, karena Woojin terlihat sangat menarik saat menari.Setelah selesai melihat nya aku mengembalikan ponsel nya.
“bagaimana?.” Tanya nya sambil memakan snack.
“mengapa kau ingin meminta pendapatku?” tanyaku.
“tidak ada orang yang dapat aku tanyai pendapat jinae..” jawab nya sambil menggaruk dagu nya.“ohiya, kau tau namaku?.” Dia pun terkekeh.
Aku hanya mengangguk lalu membuang muka ku kembali.
“berikan ponsel mu padaku.” Kata Woojin sambil tetap mengunyah snack itu.
“untuk apa?.” Tanyaku heran.
“untuk kujual.” Dia pun tertawa.
Karena Woojin memaksa, akhirnya aku memberikan ponselku. Tiba-tiba dia mengetik lalu menelfon seseorang. Diambilnya ponsel dia, lalu menunjukan ponsel nya.
“ini nomormu kan? Aku save ya.” sambil tetap mengunyah snack.
Aku pun mengangguk tanda iya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM SEPTEMBER TO NOVEMBER | PARK WOOJIN
Teen Fiction"The heart was made to be broken." - Oscar Wilde.