-DANCING MACHINE-

8 1 0
                                    

AGUSTUS, 2010.

Tok..tok..tok..

Suara pintu terdengar. Aku pun membuka mataku, mengusap nya lalu melihat jam dinding. Masih jam 6, fikirku.

Aku segera bangun dari tempat tidurku lalu memakai sendal yang berada di samping tempat tidurku.

“selamat pagi jinae.” Appa memelukku dan mencium keningku.

“ah appa sudah pulang?.” Tanyaku sambil membalas pelukan appa.

“sudah.. tapi maaf jinae, appa harus kembali bekerja kembali. Kasus-kasus sudah menunggu appa. Kau tidak keberatan kan.” Tanya appa-ku.

Aku hanya mengangguk lalu memberikan senyuman kepada appa.

***

+928378
Hallo jinae, ini woojin


Oh.. Ada apa park woojin?


Hari ini kau ada waktu?


Ada, aku sedang banyak pekerjaan.


Oh ayolah jangan berbohong padaku. Temui aku distrik busanjin. Aku akan menunggumu disana.


Keningku mengerut, apa yang aku baca tidak salahkan? Mengapa dia mengajak ku bertemu? Akupun menghiraukan chat dia, dan lanjut bermain game bersama oppaku.

Tiba-tiba hp ku berdering, kufikir dia appa karena dari kemarin appa belum menelfonku, saat kulihat ternyata Park Woojin. Akupun melihat kearah Youngmin oppa.

“oppa aku angkat dulu telfon ya.” Sambil berdiri kulihat Youngmin oppa tersenyum padaku.

“lama sekali kau angkat telfon ku. Rumahmu distric berapa? Aku jemput ya.” Aku hanya terdiam, dia akan menjemputku? Maksudku kita baru kenal mengapa dia mengajakku?

“hey jin ae-ya, cepat jawab. Panas sekali diluar.” Aku pun meneguk saliva ku,

“nomor 37.”

*****

Laki-laki itu berdiri tepat di depan gerbang rumah ku. Tiba-tiba saja hatiku berdegub sangat kencang. Bukan, bukan karena jatuh cinta atau semacam nya.

Pasalnya aku belum pernah berteman dengan laki-laki, hanya takut saja para oppa ku akan memarahiku. Aku pun memakai sendalku, berlari kecil kearah nya. Dia tersenyum.

“di rumah ada siapa?.” Tanya nya sambil menstandarkan sepeda nya.

“oppa-deul.” Jawabku

“kau bisa suruh mereka kesini sebentar?.” Aku meremas kaosku,

“kenapa.?” Tanyaku gemetar.

“sudah panggilkan saja. Kita sudah telat. Masa depanku ada di tanganmu jin ae-ya.”
Dia tersenyum sambil membalikan badanku menyuruhku untuk segera pergi memanggil oppaku.

Aku pun berlari kecil menhampiri oppaku yang sedang meneguk air minum.

“mmm... oppa.” Dia menaruh gelas nya, lalu menaruh kedua tangan nya diatas meja.

“kenapa jinae?.” Aku menggigit bawah bibirku.

“anu.. itu.. ada yang mau menemui mu di depan.” Jawabku gugup.

“siapa?.” Youngmin oppa mengerutkan keningnya.

Youngmin oppa berjalan bersamaku kedepan gerbang, dia menoleh kepadaku. Dari mata nya kulihat dia sangat kebingungan, dan  pertanyaan menyelimuti mata nya.

Dia berjalan kearah Woojin, Woojin tersenyum.

“halo hyung, namaku Park Woojin, satu kelas dengan Jinae.” Dia menundukan badannya.

Oppa melihat kearahku, lalu aku tersenyum canggung lalu mengangguk.

“ohiya, ada keperluan apa?.” Tanya Youngmin oppa lembut.

“hari ini kami akan ke distric busanjin. Untuk tugas seni hyung. Jadi bolehkah aku mengajak jinae?.” Jawabnya, aku membeku.

Tugas apa maksud dia? Fikirku.

Youngmin oppa memegang kepalaku, lalu tersenyum.

“benarkah? Kau tidak bilang kepada oppa. Ambil tasmu sana.” Pinta Youngmin oppa.

Aku sedikit terkejut, astaga oppa kau mempercainya? Dengan luntai akupun berlari kerumah dan membawa tasku.

*******

"aku jalan saja woojin-ah, kau naik sepeda.” Pintaku.

Aku tidak yakin karena seumur hidup aku belum pernah menaiki sepeda. Dia tertawa lalu menuntunku untuk menaiki sepeda.

"kau ini lucu. Kaki mu kasian sekali kalo kau benar-benar jalan menuju distric itu, dan aku tidak mau terlambat, pegangan.” Pintanya.

Aku pun duduk di belakang dia. Rasa gugup menyelimutiku, ini pertama kali nya aku menaiki sepeda.

Di sepanjang perjalanan Woojin berbicara, dia benar-benar cerewet sekali. Dia benar-benar seperti tour guideku.

Aku pun tersenyum melihat dia mengoceh seperti itu. Dia menjelaskan bahwa makanan di busan ini sangat enak, dia tidak tau aku tidak pernah menyentuh makanan selain roti dan susu fikirku.

Sepanjang perjalanan, selain menghirup udara busan yang begitu menyegarkan aku mencium bau tubuh dia. Sekali lagi, bukan bau matahari dari keringat dia. Ini bau peach. Kenapa dia sangat wangi, fikirku.

Setelah bersepeda selama 20 menit kami sampai di distric busanjin. Disana sangat ramai. Ada apa ini? Fikirku.

Woojin memarkirkan sepedanya, lalu mengunci rapat-rapat sepeda nya.

“ayo ikuti aku jinae-ya.” Dia menarik lenganku, akupun mengikuti dia.

Dia melempar tas nya, lalu membuka kemeja pink kotak-kotak nya. Dia diam sebentar, lalu menengok ke araku.

Aku menaikan bahuku tanda bertanya kenapa? Diapun melemparkan kemeja nya kearahku.

“tolong pegangi jinae-ya. Jangan sampai kusut apalagi kotor.” Bola mataku membesar, tanganku mengepal keras apa aku ini pembantu mu?.

Woojin berganti pakaian lalu dia menarik ku kearah kerumunan orang. Dia mengayunkan tangan nya, memberi tahu ku untuk tetap disini.

Tiba-tiba Woojin berlari kearah tengah kerumunan. Tidak dapat dipercaya, aku melihat Woojin menari.

Benar-benar sangat handal. Aku sangat tertegun, kharisma dia sangat keluar saat menari. Dia berputar, membentuk tubuh nya seperti patah-patah, lalu membuat gelombang dari atas kepala hingga kaki.

Kau ini robot atau manusia woojin-ah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FROM SEPTEMBER TO NOVEMBER | PARK WOOJIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang