0.1 [Name] Akashi

162 32 1
                                    

Mansion megah berlapis emas dan perak tampak gemerlap di pagi cerah. Tak lain berpenghuni dua lelaki beserta puluhan pelayan di dalamnya. Aula makan begitu senyap, sesekali benturan garpu dan pisau menyelingi.

"Apakah sekolahmu baik-baik saja, Sei?" Masaomi membuka suara.

Sejenak Seijuuro menghentikan sarapannya. "Pemilihan ketua OSIS dilaksanakan hari ini. Aku pasti menang, Otou-sama."

Masaomi hanya berdeham rendah. "Tentu. Pewaris utama Akashi Group harus bisa menaklukan sekolah tempat ia menuntut ilmu." Sarapannya selesai.

Seketika setelah ia berdiri seorang pelayan segera membentangkan jas guna mempermudah pria paruh baya tersebut dalam mengenakannya.

"Jangan lupa untuk datang makan malam di restoran utama. Ajak teman-temanmu jika ingin."

"Aku tak punya teman, Otou-sama."

"Ajak siapapun yang kau ingin, Seijuuro." Masaomi melangkah pergi, meninggalkan Seijuuro yang belum selesai bergelut argumen dalam hatinya.

Helaan napas panjang terdengar diiringi derak kursi. Seijuuro meninggalkan aula makan melalui pintu yang berbeda dengan ayahnya, Menuju mobil pribadi beserta sopir setianya.

Matanya mengerling jengah, menatap kendaraan di sekitar. Seragam anak sekolah nampak dari berbagai almamater. Helaan napasnya tak kunjung berhenti, terus menggerutu.

150 meter dari gerbang Rakuzan Koukou, Akashi menepuk sebelah pundak sopirnya. "Di sini saja, seperti biasa."

"Baik, tuan muda." Si sopir hanya mengangguk, menuruti perintah mutlak majikan mudanya. "Pukul empat sore saya akan menunggu di sini, Tuan Muda."

Akashi kembali menoleh. "Tak perlu, aku akan kabari jika aku butuh dijemput. Aku akan pulang agak telat."

Si sopir melebarkan netra. "Tapi, acara makan malamnya—"

Akashi melirik, tanpa memalingkan wajah. Netra heterochromenya mengkilat, menelanjangi sopirnya dengan segala tekanan.

"Sa—saya akan datang secepat mungkin saat Anda membutuhkan saya, Tuan Muda. Semoga hari Anda berjalan baik." Keringatnya menetes, tak lain akibat tekanan mental dari tuan mudanya.

Akashi mengangguk berterima kasih, lantas melangkahkan kaki ke trotoar dan berjalan menuju sekolah.

Semua pikiran buruknya masih tersisa. Acara makan malam nanti akan menjadi hal paling menyebalkan baginya. Tapi di sini, ia tak bisa dan tak boleh menunjukkannya.

Secara professional ia enyahkan kekesalan dalam eskpresinya. Seuntai senyum membuatnya menjadi lebih tampan. Kembali ia tata rambut crimson itu sebelum melangkah ke halaman sekolah.

"O—Ohayou... Akashi-san.." sapaan itu Akashi dengar tak lama setelahnya.

Dengan tetap mempertahankan wibawa dan karisma, pewaris utama Akashi Group melempar seulas senyum. "Ohayou," balasnya.

Kumpulan gadis itu berteriak, semburat merah menghiasi wajah kala sukses menyapa 'pangeran Rakuzan' bahkan mendapat sapaan balasan.

Akashi kembali berjalan menuju kelasnya, kelas unggulan dengan anak-anak berprestasi di bidang akademik. Sayangnya, akademik bukan satu-satunya hal yang dikuasai seorang Akashi Seijuuro.


Jam weker bergetar, mengeluarkan suara nyaring tak henti-henti. Sebelah tangan meraih nakas, mencari keberadaan jam weker tanpa berkeinginan duduk lebih dulu.

T A P ! Ruangan itu hening kembali.

S R A K ! Cukup dengan satu sentakan, seisi ruang menjadi terang benderang. Lenguhan-lenguhan kemalasan terlontar, mengutuk sinar mentari yang membuat matanya silau secara tiba-tiba.

We Meet Again | Akashi SeijuuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang