S a t u

9 0 0
                                    

Jelita Kumalasari

Pagi di kota ini selalu begini. Terasa hangat dan penuh dengan semangat. Selaras dengan hidupku yang rasanya juga selalu begitu, tak pernah berubah.

"Sayang...ayo cepetan turun. Dicari temen-temen kamu nih." Bahkan nada teriakan bunda dari lantai bawah juga terdengar selalu sama.

"Iya, Bun." Jawaban singkatku beriringan dengan bunyi langkah kakiku yang menuruni tangga dengan terburu-buru.

"Pagi, Ta," sapa seseorang.

Aku tersentak. Itu bukan suara yang asing bagiku, tapi terdengar aneh untuk saat ini. Aku pun menoleh dan mendapati seseorang tersenyum padaku, diikuti oleh dua orang lainnya yang ikut tersenyum.

"Lho..Abim, Shila, Rizki, kalian kok disini ?," tanyaku yang masih kaget sambil memandang mereka bertiga bergantian.

"Mereka yang mau ajak kamu pergi, sayang. Bunda yang suruh mereka mampir. Lagian mereka kan udah lama gak main kesini." Sahut bunda yang muncul dari arah dapur.

Aku masih belum bisa mempercayai apa yang kulihat saat ini. Tapi, bukankah mereka memang pernah berjanji bahwa mereka pasti akan kembali? , meskipun aku ragu soal itu. Tapi satu hal pasti yang aku tau. Mereka berubah. Aku berubah. Kita berubah. Dan semua tak akan pernah sama lagi sejak hari itu terjadi.

"Oh iya bunda, kita berangkat sekarang aja ya Bun." Pamit Shila sambil menarik lenganku yang masih melamun.

"Iya..Hati-hati ya. Pulangnya jangan malem-malem." Pesan bunda sebelum Shila menarik tanganku untuk segera berangkat.

"Ih..pelan-pelan dong, La," protesku saat Shila menarik tanganku.

"Iya bawel," jawabnya usil. Aku melotot, aksi kejar mengejar pun tak terhindarkan.

Lamunan ku pun terbawa ke masa beberapa tahun silam, yang berisi memori tentang mereka.

*****

asimetrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang