18 | Bolos

1.3K 84 0
                                    

Sungguh kejadian yang langka. Ketika Gaga Ginandar, anak ips 1 - kelas ips unggulan sedang makan dikantin bersama sang kekasih dijam pelajaran.

Seandainya itu hanya Gaga, mungkin akan dimaklumi, sebab semua makhluk Nusbang juga tau bahwa laki-laki itu adalah seorang siswa kelas tiga yang penuh dengan jam kosong untuk bimbingan minat dan bakat yang dibuka setiap harinya.

Juga, tak akan ada yang mempermasalahkan jikapun ia benar-benar bolos pembelajaran, sebab ia sudah tercipta dengan kemampuan diatas rata-rata. Dan jangan lupa, itu diakui. Bukan asal berbicara.

"Woy, Ga!"panggil seseorang yang baru saja memasuki kantin dengan santainya, juga dengan penampilan yang agak brandal.

Raya yang melihat laki-laki itu menghela nafasnya keras-keras, kemudian memutar bola matanya malas. "Ngapain lo kesini?"tanya Raya dengan nada sinisnya.

"Bocah apaan sih. Nama bukan Gaga juga. Dasar budek. Lagian, tempet umum bukan kamar hotel."balas Bagas dan menjulurkan lidahnya dengan mata yang dijulingkan.

"Jangan pada mulai."timpal Gaga dan menggeleng pelan, memang tak diherankan mendengar mereka memulai pertengkaran, tapi bisakah ditunda meski hanya beberapa jam?

"Lah, cewek lo duluan. Dih, bocah malah bolos lagi disini! Dasar bego."jawab Bagas lagi, dengan nada sinisnya.

"Kayak lo ngga bego aja. Gw kasih tau ya, semut aja tau seberapa begonya lo."timpal Raya tak mau mengalah.

"Eh, denger ya! Gw tuh bukannya bego, cuma mau ngalah aja sama orang-orang yang sok pinter. Takut mereka patah heart liat keahlian gw entar. Kan kasian."ujar Bagas dengan sombongnya sembari mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Alah, bisanya nendang bola doang juga. Semua orang juga bisa kali."timpal Raya dengan wajah sebalnya.

Gaga menopang dagunya dengan tangan, memandang keduanya bergantian. Melihat ekspresi Gaga, mereka berdua yang awalnya menampilkan wajah sebal dan sombongnya terkekeh dengan cengengesan. Kemudian menyengirkan dirinya sebagai tanda tak enak terhadap Gaga yang memperhatikan mereka.

"Udah? Oke. Ada apa?"tanya Gaga kemudian mengaduk esnya.

"Nyari ekonomi hehe."jawab Bagas dengan cengirannya.

"Katanya pinter kebangetan, jago, minta ekonomi. Dasar pendusta."timpal Raya dengan gaya menyebalkannya.

Bagas menoleh, kemudian memutar bola matanya dengan tak peduli, "serem, keknya ada setan ngomong. Ih,"timpal Bagas kemudian mengalihkan pandangan kearah Gaga yang masih Setia menopang dagunya.

"Gw cari ditas lo ngga ada. Makanya gw nanyain kesini. Soalnya chat gw juga gak lo baca-baca. Yang lain pada belom beres, kata mereka ada yang ngga dingerti."lanjut Bagas memberitahu keluhannya.

"Ada di loker gw. Gw udah nyelesein dari hari dikasi tugas makanya gw biarin di loker."jawab Gaga dan menyerahkan sebuah kunci kecil yang tergantung di gelang yang selalu dipakainya, yang berbentuk infinity, sama dengan milik Raya.

"Kasi yang lain kayak biasa juga. Ntar kalo beres gw langsung jelasin aja."lanjut Gaga menjelaskan, membuat Bagas langsung mengangguk patuh dan memberi hormat.

"Siap laksanakan kapten! Babayyyy!"serunya sembari melambaikan tangan, kemudian melangkah lebar untuk meninggalkan kantin.

"Aku masih suka heran deh, kenapa kamu bisa dengan mudahnya ngasih jawaban kamu ke yang lainnya? Kamu nggak mikirin seberapa capek nya kamu ngerjain itu?"tanya Raya, pertanyaan yang klise dan beberapa kali ia lontarkan sebenarnya.

"Singkatnya karena nilai tuh ngga lebih penting daripada mereka."jawab Gaga dan terkekeh pelan, mengingat betapa ajaibnya tingkah semua teman kelasnya.

"Lagian, aku selalu jelasin mereka apa yang aku kasih, seenggaknya apa yang mereka dapatkan bisa dipertanggung jawabkan."lanjut Gaga.

"Hubungan kelas aku nggak seerat hubungan orang yang ada dikelas kamu. Kerjaan kami justru saling menjatuhkan. Aku salah?"tanya Raya.

"Kamu belajar dengan tujuan itu?"tanya Gaga balik.

Raya menggeleng pelan, "aku belajar kimia karena aku minat, bukan buat jadi yang terbaik dan jatuhin orang lain. Sslain itu, belajar fisika juga punya sisi tersendiri yang bikin mood aku nambah, sama kayak kimia."jawab Raya dengan nada polosnya.

Gaga tersenyum lebar, hingga matanya lebih menyipit dari biasanya, kemudian mengusap pelan kepala gadis itu.

"Inget ya, ngga perlu menjatuhkan orang lain buat jadi yang tertinggi. Karena, justru kali tinggi sama-sama itu bakal lebih berharga. Pertahanin alesan kamu itu."jawab Gaga.

Raya mengangguk santai, kemudian menyesap minumannya.

"Nanti, aku mau ke makam mama. Mau ikut?"tanya Gaga kemudian menyuapkan baksonya.

"Harus banget nanya? Kamu itu emang selalu bisa bikin mood aku naik turun kek gini. Kamu tau, sesibuk apapun aku, kalo menyangkut yang satu ini aku selalu mendadak ga sibuk."jawab Raya dengan cepat dan penuh keyakinan.

Gaga terkekeh pelan kemudian mengangguk mengerti.

"Gaada bimbingan olimpiade?"tanya Gaga lagi.

Raya mengangkat pandangannya kearah Gaga dengan sebal, sedang Gaga melihat kearah gadisnya dengan serius.

"Kamu mau banget ngerasain sensai di siram aku ya?"tanya Raya dengan nada datarnya.

Gaga mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian terkekeh dengan ringannya. "Kan memastikan Ray."jawabnya meluruskan.

Raya menghela nafasnya kasar, "kan udah aku bilang, aku ngga pernah sibuk kalo masalah itu. Mau dipertanyakan lagi?"tanya Raya.

"Kamu tuh tiap hari kerjaan nya nguji kesabaran aku mulu deh."lanjut Raya dengan nada sebalnya.

"Ya gimana ya, aku ngga punya kerjaan lain soalnya. Lagian, muka muka kamu emang pantes sih."jawab Gaga dengan nada seriusnya.

Raya menyipitkan matanya, kemudian memutar bola matanya dengan malas. "Suka suka kamu aja. Selagi kamu tetep ada disini aku mah iya iya aja."

"Alah, bullshit. Nanti juga kalo udah bosen diuji marah marah, ngambek."timpal Gaga.

Raya mendengus sebal, "ya gimana ya.  Sabar juga ada batasnya kali."

Gaga menggeleng tegas. "Denger ya. Sabar itu nggak pernah ada batasnya, kalo udah ada batesnya, berarti itu kamu lagi ngga sabar."kilah Gaga, dengan nada tegasnya.

Raya mengulum bibirnya kedalam, kemudian menopang dagunya dengan wajah yang diarahkan sepenuhnya ke Gaga. "Kamu nyontek kata-kata ayah!"seru Raya dan menoel hidung mancung milik Gaga.

Gaga terkekeh pelan, "ya abisnya, itu bisa keinget terus sama aku."

"Dasar! Plagiat."seru Raya dengan tawanya yang membuat Gaga ikut tertawa kecil.

"Ternyata, bolos sama kamu itu lebih asik daripada apapun."raya.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang