19 | Masalah

1.3K 81 0
                                    

Matahari sudah dipenghujung kota. Hari yang cerah. Sang Mentari terlihat begitu Indah sore ini. Sungguh menyejukkan pandangan.

Sepasang kekasih itu terlihat berjalan sembari bertautan tangan. Sederhana namun menyejukkan.

Sedangkan pada tangan kiri Raya, terlihat gadis itu memeluk satu bucket bunga Mawar merah yang rutin ia bawa setiap kali berkunjung ke peristirahatan terakhir dari manusia dibumi ini.

"Sore Ma, Gaga bawa jodoh Gaga, lagi."sapa Gaga saat mereka baru saja didepan gundukan berplester milik sang mama.

Raya menyenggol lengan Gaga dengan sikunya karena menyapa seperti itu. "Ga, apaan sih."pritesnya dengan nada dan senyum malunya.

Gaga menoleh, kemudian mengarahkan tangannya keatas pucuk kepala gadis itu, memberantakkan pelan rambutnya. "Serius."timpal Gaga dengan tak sungkan.

Raya tak menjawab lagi, sebab jika tentang ini perdebatan mereka akan sangat panjang.

Mereka berdua kemudian duduk dengan berjongkok disamping gundukan itu. Tangan Raya terlihat sibuk, mengambil satu tangkai bunga, kemudian melepaskan bunga-bunga itu dari tangkainya sendiri.

Meletakkan satu per satu kelopaknya keatas gundukan itu, laku tersenyum pada setiap kelopak yang dicabutnya, menyenangkan. Itu adalah salah satu ritual wajib yang dilakukan Raya jika sedang berkunjung kd makam ini, sejak awal mereka berduka.

Karena, setiap kelopak memiliki makna tertentu, disana ia selalu menitipkan harapan dan keluh kesahnya. Seolah sedang bercerita pada ibunda dari Gaga.

Ber menit-menit mereka dalam keadaan hening, Gaga hanya memandang dengan kosong batu nisan itu, namun tanpa tangisan. Sebab, ia sendiri sudah menjanjikan dirinya untuk tak menampakkan tangis itu didepan sang mama.

Sudah diselesaikan oleh Raya. Gadis itu terdengar menghela nafasnya pelan. "Tante, Raya sayang Gaga."ujar Raya dan melepas kelopak bunh terakhirnya.

Mendengar pernyataan itu, Gaga secepat mungkin tersenyum dengan sangat terharu. Ritual lain gadis itu adalah selaku mengungkapkan rasa sayangnya ketika mereka berkunjung. Waktu yang panjang, dan Raya masih selalu tau caranya membuat Gaga seterharu itu setiap gadis itu mengucapkan hal yang seperti itu.

Padahal, hanya kata sederhana.

"Ayo, balik."ajak Gaga dan berdiri dari jongkoknya.

Karena Raya yang tak membangunkan dirinya, tangan gadis itu tertarik oleh Gaga, dengan pelan.

Raya tak menjawab, gadis itu terlihat termenung dalam satu waktu yang tak bisa ditebak.

Bahkan, mata gadis itu dalam keadaan kosong. Pikirannya pergi kemana saja hal itu mau.

Melihat hal itu terjadi, Gaga mengurungkan jalannya, kemudian berjongkok lagi setelah berdiri. Dialihkannya pandangan pada wajah Raya.

Gaga sangat terkejut, karena saat gadis itu mengedipkan matanya, keluarlah butiran air mata yang tak pernah Gaga duga sebelumnya.

Gaga dengan cepat menutupi mata gadis itu tanpa menyentuhnya, hanya menaruh tangan besarnya sebagai penghalang dari penglihatan sang mama, tentang tangis Raya.

"Ray, jangan nangis didepen mama."peringat Gaga, namun dengan nada lembutnya.

Tak ada suara, hanya saja isakan Raya tiba-tiba terdengar meski dalam intensitas yang kecil namun cukup membuat Gaga semakin resah.

Tiba-tiba saja Raya menarik nafas nya dalam-dalam, kemudian langsung berdiri dari jongkoknya.

"Ayo, pulang."ajak gadis itu sembari menyapu semua sisi pemakaman itu.

Gaga memperhatikan pergerakan Raya. Suatu kebiasaan yang tak pernah terlepas dari Raya adalah tak akan pernah melihat kearah Gaga jika gadis itu sedang mengkhawatirkan sesuatu, atau merasa bermasalah akan suatu hal.

Sebab Gaga akan membaca dari mata gadis itu, meski tak tau apa masalahnya. Hanya saja ia akan cepat tau bahwa gadisnya sedang bermasalah.

Gaga menghela nafasnya kasar, lalu berdiri dengan terpaksa, lagi-lagi menautkan genggaman nya dengan Raya, untuk berjalan bersama menelusuri jalan yang mengantarkannya keluar tempat itu, dimana mobil mereka terparkir.

Hening. Tak asa suara apapun saat mereka sudah berada didalam mobil milik Gaga. Bahkan, Raya saja terlihat tak memunculkan tanda-tanda akan membuka bicara meski hanya untuk hal kecil.

Lagi-lagi, Gaga terdengar menghembuskan nafasnya dengan nada lelah, meski matanya fokus pada jalanan, hatinya tetap tak bisa ia tahan agar tak merasakan keresahan.

"Ray."
"Everything is fine, Ga."jawab Raya sebelum laki-laki itu benar-benar menyelesaikan bicaranya.

"Mau makan malem dimana? Lagi pengen menu apa?"tanya Gaga, mengabaikan jawaban dari Raya yang memotong bicaranya.

"Ga, kita tadi udah makan dikantin. Lagian, ngga usah sok ngajak makan malam, jadwal kamu setiap hari itu les Ga."jawab Raya dengan nada pelan nya, tak ada nada emosi atau apapun tentang kesebalan dan sejenisnya.

Gaga memberhentikan mobilnya didepan sebuah indomart, "liat aku."timpal Gaga sembari melihat kearah Raya yang sedang menatap lurus hal didepannya.

"Bosen. Liat kamu terus. Mau beli apa berhenti? Cepet, nanti kamu telat."ujar Raya sembari mengalihkan pandangannya dari Gaga.

Gaga tak memaksa lagi, kemudian keluar dari mobilnya. Bukan hanya untuk membeli hal yang ia inginkan, bahkan sebenarnya tak ada apapun yang ia rencanakan untuk dibeli, ia hanya pergi untuk menenangkan dirinya sendiri.

Sekembalinya Gaga, Raya menatap tajam laki-laki yang sedang memperbaiki posisi duduknya itu.

Hal itu membuat Gaga mengerutkan alisnya dengan begitu dalam. Namun, tetap memperbaiki posisi duduknya untuk mencari yang ternyanan dengan gerakan santai dab menyerahkan minuman berasa coklat banana yang telah dibukanya kepada Raya.

Saat Gaga akan meminum susu rasa strawberry yang dibelinya, Raya langsung merebut kasar minuman itu, yang tentu saja langsung membuat Gaga terkejut bukan main dan mengalihkan pandangannya kepada Raya.

Baru saja Gaga akan bertanya, Raya sudah memotong pergerakan laki-laki itu

"Masih nggak inget juga, ya? Aku kan selalu bilang dengan keras-keras ke kamu. Minuman kayak gini itu nggak pernah boleh kamu minum sedikitpun. Belum paham juga kalo ini tuh minuman kematian? Hah? Mau cepet-cepet ninggalin dunia karena lelah sama aku? Udah bosen? Hah?"tanya Raya dengan nada sebal dan tak santainya.

Gaga terkekeh pelan, "apa lagi? Lucu ya? Aku ngelawak? Kamu ketawa? Dasar receh! Ngga ada lucu-lucu nya. Diem! Jangan gerak satu centi pun! Kalo iya, kita ngga sapaan satu bulan penuh!"lanjut Raya sembari melototi laki-laki itu, yang langsung membuat Gaga terdiam. Tak berkutik.

RAGA.

"Memang, pada awalnya sudah ku mengerti segala hal tentang apa yang akan terjadi di semua waktu yang akan kita jalani. Tapi, sepertinya mencintai kamu memang harus setegar ini. Oleh sebab itulah aku bertahan."Gaga.

"Jika saja rasaku tak sebesar ini, sudah lama ku tinggalkan semua kisah kita. Sayangnya, rasaku memang tak sekecil itu."Raya.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang