"ada surat dari fakultas tuh" Han memberikan amplop coklat yang tadi berada di depan pintu rumah Seungmin.
Hyunjin mengambilnya, membaca dengan seksama lalu melempar surat itu kesembarang arah.
"gue di d.o" katanya pasrah sambil mengusap wajah.
"serius lo?!" kali ini Seungmin yang menimpali.
"noh liat" Hyunjin menunjuk kertas dengan amplop coklat yang dilemparnya.
"gila lo, udah di d.o masih bisa santai, lagian kalo lo ga kuliah, lo mau kerja dimana?" tanya Han
"gatau gua" Hyunjin berdiri, berniat pulang sebentar mencari berbagai surat keterangan kelulusan dan dokumen dokumen yang lain, kali ini Hyunjin tidak peduli jika di rumah dia akan disiksa sekalipun.
"pinjem motor" kata Hyunjin singkat mengambil kunci motor beat milik Seungmin.
setelah mendapat persetujuan pemiliknya, Hyunjin pergi ke rumahnya, dimana disana sang ayah sedang menunggunya dengan tongkat bambu di tangan kanannya yang belum dilepas sejak 'kabur'nya Hyunjin dari pernikahannya.
di depan rumahnya, Hyunjin melihat keadaan sekitar, melihat tukang kebun yang masih menyirami pepohonan dengan sesekali bersiul.
"pak!" panggil Hyunjin.
"loh? nak Hyunjin" buru buru bapak tukang kebun itu membukakan pintu untuk Hyunjin.
"hati-hati nak, bapak di dalam sedang marah, dari kemaren beliau selalu berteriak dan bawa tongkat bambu yang biasanya beliau pakai buat latihan" kata bapak tukang kebun dengan memegang pundak Hyunjin.
semua bawahan di rumahnya sudah mengetahui batalnya pernikahan Hyunjin dengan Ryujin, tapi mereka tetap diam, tidak berani membicarakan itu selagi masih di kediaman Hwang.
Hyunjin tersenyum simpul.
"iya, makasih pak"
Hyunjin melangkah dengan santai, seolah sudah siap dengan apa yang akan menghadangnya kali ini, bermodal keahlian karatenya, Hyunjin berdoa agar dia tidak terluka parah malam ini.
cklek
Hyunjin membuka pintu, melihat kondisi sekitar, rumahnya tampak sepi, hanya ada suara kicauan burung dan siraman air dari luar.
"ingat rumah, nak?" suara wanita lembut menyambut Hyunjin ketika ia baru saja menutup pintu. Hyunjin diam saja, terus berjalan kearah kamarnya tanpa mempedulikan wanita cantik yang berstatus sebagai ibu tirinya.
"kamu dengar mama?!" suara wanita itu kian meninggi, membuat Hyunjin marah, terlebih saat wanita itu menyebut dirinya 'mama'.
"lo bukan mama gua, lo dibayar berapa sama papa?" Kata Hyunjin tanpa melihat ke arah Bona.
"anak ga pernah diuntung! bisa bisanya kamu!" teriak Bona, berpura pura jatuh seakan dirinya sudah rapuh.
damn, a drama queen
Hyunjin tidak mempedulikan Bona, dia berjalan memasuki kamarnya, menutup pintu, lalu mengambil beberapa dokumen yang kiranya penting, juga beberapa baju. dua puluh menit berlalu, setelah Hyunjin menemukan apa yang diperlukannya, dia terdiam, berpikir mengapa ayahnya tak datang dan memukulinya.
Hyunjin bangkit, mengambil satu bingkai yang memperlihatkan seorang wanita cantik bermata sipit, Seulgi.
"ma, papa udah dikuasai sama iblis itu" kata Hyunjin pelan lalu memjadikan satu foto ibunya di dalam tas yang berisi dokumen dan baju bajunya.
di depan pintu, Hyunjin mengambil nafas dan menghembuskannya secara kasar, dilihatnya Bona di ruang tengah dengan Minhyun di sampingnya. seolah mempunyai tujuh nyawa, Hyunjin berjalan begitu saja, menghiraukan Bona dan Minhyun.
"anak gak tau diuntung!" baru saja Hyunjin akan membuka pintu, Minhyun melempar satu vas bunga tepat di sebelah Hyunjin, membuat Hyunjin berbalik dan menatap ayahnya tak kalah tajam.
"anak setan!" teriak Minhyun dengan mendekat, membawa satu tongkat baseball yang biasa mereka berdua gunakan ketika hari libur dulu.
"kalau gua anak setan, berarti lo setannya" selesai bicara, satu pukulan tepat mengenai tulang pipi Hyunjin, membuat Hyunjin tersungkur dan terdapat lebam di tulang pipinya.
"cuma segini? ga seberapa sakit pa, masih lebih sakit gimana perasaan mama pas papa tau selingkuh sama jalang di belakang papa" Hyunjin mencoba bangun, mengusap tulang pipinya dengan senyum meremehkan. Hyunjin tau, setelah ini mungkin dia akan masuk di unit gawat darurat akibat serangan papanya.
BUKH!
satu pukulan keras mendarat di lengan Hyunjin membuat Hyunjin sekali lagi terjatuh, ditambah dengan satu tendangan di wajahnya. hidung Hyunjin mengeluarkan darah, tulang pipinya, sudut bibirnya, dan lengannya membiru, dan di keadaan seperti itu, Hyunjin masih tersenyum remeh, menyulutkan kembali emosi ayahnya.
BRAK!
pintu belakang dibuka paksa, Seungmin, Han, Chan, Changbin masuk, dengan Chan yang membawa pistol berada di depan.
"om, kalau om nyakitin Hyunjin lagi, saya ga segan segan laporin om minhyun dan tante bona ke polisi, saya punya bukti" Han menunjukkan ponselnya dengan santai.
Seungmin maju melewati Minhyun hendak membantu Hyunjin, baru saja Seungmin memegang tangan Hyunjin, Minhyun mengancam Seungmin
"kalau kamu berani menolong Hyunjin, kamu juga akan bernasib sama"
namun Seungmin menghiraukan ancaman Minhyun dan tetap membantu Hyunjin bangkit, tak disangka satu pukulan mendarat di wajah Seungmin ketika dia berbalik hingga membuatnya tersungkur.
melihat itu, Changbin tak bisa diam, laki laki yang disebut preman pada sekolah menengah atas itu lantas memukul kepala Minhyun dari belakang, Minhyun tersentak dan terjatuh, dengan kesempatan itu, Changbin, menginjak punggung Minhyun dan tangannya dugunakan untuk menahan satu tangan Minhyun yang lainnya.
walau changbin tergolong kecil di antara anggota Stray, namun dia adalah pemilik sabuk hitam Karate. tidak heran jika dirinya mampu menumbangkan Minhyun.
hai hai, maaf ya ga nepatin janji akuu. banyak banget halangannya buat apdet:(
dan ya, dan lagi, aku kehilangan mood banget setelah denger Woojin hengkang dari Stray Kids, yah, denger berita itu aku nangis lama banget sampe kataku bengkak, juga jadi gak mood ngapa ngapain :(
dan baru kali ini aku ada mood buat nulis lagi, sekali lagi maaf yaa :(
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] With You
Fanfiction[ Part of Hey You | Jinverse ] tuhan membuat jalan cerita baru untuk kalian, yang terbaik diantara yang terbaik, entah melewati jalan setapak yang terbuat dari benang wol ataupun dari batubara, tetap akan berakhir dengan senyuman. tanjungkinasih | 1...