Naya
Pertama kali aku mengunjungi Korea serasa tak nyata. Aku benar-benar sangat senang karena cita-citaku untuk ke Korea setahun lalu telah tercapai. Setelah aku sampai di Bandara In-Cheon. Aku dijemput oleh sopir pribadi ayahku yang akan mengantarkan aku kemana pun aku pergi. Itu yang dikatakan ayahku pada sopir itu.
Aku tak masalah dengan itu, karena dengan begitu aku bisa menghemat pengeluaranku selama bekerja di Negara ini. Aku tahu keluargaku kaya, bukannnya sombong. Tapi walaupun keluarga ku kaya aku tak semudah meminta uang pada orangtuaku saat aku sedang krisis uang seperti yang dilakukan anak orang kaya yang lain.
Saat aku sampai di apartemen yang aku tinggali, aku melihat-lihat isi apartemen. Desainnya cukup simple dan elegan. Catnya hanya berwarna putih. Dan ini cukup luas. Seketika aku berpikir mungkin aku tidak akan sering-sering tinggal di apartemen yang luas ini. Karena seperti yang telah aku gali informasi diinternet, pekerjaan manager sangatlah penuh, bahkan tak akan ada waktu istirahat, apalagi sibuk mengambil hati grup idol yang kita jaga. Karena manager sibuk untuk mengurus jadwal konser, comeback, dan lain-lain.
Setelah aku puas melihat-lihat isi apartemenku ini aku duduk di sofa berwarna abu-abu untuk merebahkan diri. Tak berapa lama kemudian hpku bergetar. Nomor tak dikenal sedang menelponku sekarang, awalnya aku curiga. Karena jika ada hal seperti ini aku akan langsung berlari kea rah orangtuaku dan meminta mereka untuk mengeceknya.
Aku memiliki trauma dimasa kecilku. Saat aku berusia sekitar 5 tahun, aku sedang bermain di taman depan rumahku bersama mamaku. Beberapa menit kemudian mamaku bilang mau masuk ke dalam untuk ambil sesuatu. Aku mengiyakan. Akhirnya aku bermain sendiri. Tak lama kemudian seorang pria bertopi hitam masuk ke dalam rumahku. Diusia itu aku tidak berpikir yang negative. Karena aku pikir dia adalah teman dari ayahku. Ayahku sering membawa tamu di rumahnya untuk membahas soal bisnis.
Namun aku lihat orang itu perlahan mendekat kepadaku dan mulai membekapku. Aku tak kuasa berteriak di umur yang masih bisa dibilang dini. Dan aku mulai tak sadarkan diri.Ketika aku bangun, aku sudah berada di ruangan gelap yang minim pencahayaan. Dan aku menangis kala itu. Takut, sangat takut, aku mencari dimana orangtuaku tapi aku tidak tahu dimana mereka. Namun mereka berhasil menemukanku
Dan semenjak kejadian itu aku selalu waspada kepada orang yang tak ku kenal. Aku memberanikan diri untuk menjawab telepon itu.
“Yeobosseo?”
“Nde?”
“Apa ini nona Naya?”
“Iya betul. Kenapa ya?”
“Saya dari Ceo Swang Entertaiment”
“Oooiya ada yang bisa bantu?”
“Bisakah kau datang ke kantor? Apa kau sudah tiba di apartemen mu?”
“Tentu saja bisa. Beri aku waktu 20 menit aku akan tiba dalam waktu 20 mnt”
“Oke.. tapi apakah kau sudah…”
Sebelum Ceo itu menyelesaikan perkataannya aku sudah menutup telponnya. Kesan pertama yang sangat buruk. Tapi masa bodo karena aku terlalu bersemangat untuk menjalankan tugasku sebagai manager.
Saat menuju halte bus, aku baru sadar bahwa aku tidak tahu jalan ke kantor. Dan itu adalah masalah yang besar. Saat ingin menelpon Ceo itu batrai ponselku habis. Benar- benar sial. Setidaknya aku bisa memberikan kesan bagus di pertemuan ku nanti. Namun nyatanya tak mungkin.
--0—
Benar-benar telat. Aku sampai di kantor kurang lebih 40 menit. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku sangat panik, ditambah lagi hari itu tiba-tiba hujan. Apakah semesta ingin menghancurkan moodku hari ini aku tidak tahu. Yang pasti aku berlari ke arah kantor dengan kehujanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Reality Exceeded My Expectations
RomanceAku telah melanggar persyaratan yang harusnya tidak kulanggar