BAB 3

45 20 8
                                    

Masalah hidup

Raka memarkirkan motornya di depan rumahnya. Dia turun dari motor dan langsung masuk ke rumah tanpa mengucapkan salam sekali pun.

Dia melihat kakeknya duduk di sofa ruang tamu. Sedang fokus menatap layar laptop dihadapannya. Dia melanjutkan langkahnya menuju lantai dua tempat kamarnya berada.

"Raka."

Panggilan kakeknya, Pak Samudra menghentikan langkahnya. Dia masih menghadap ke depan tak menoleh kepada kakeknya.

"Raka, sini kamu," bentak Pak Samudra.

Raka akhirnya menoleh. Kakinya melangkah mendekati kakeknya. Ketika sudah dihadapan Pak Samudra, dia ikut duduk di sofa.

"Kakek sudah mendapat banyak teguran dari sekolah kamu karena ulah kamu."

"Kenapa kamu jadi seperti ini, Rak?" tanya Pak Samudra.

Raka mendengus kasar. Pertanyaan tak bermutu karena kakeknya sendiri sudah tau jawabannya.

"Kakek udah tau jawabannya," jawab Raka.

"Kalau kakek tanya kapan aku berubah, jawabannya setelah mereka peduli sama aku," lanjut Raka, mendahului kakeknya yang hendak membalas perkataannya.

Raka berdiri. Melangkah ke kamarnya dengan langkah cepat. Tak menghiraukan kakeknya yang masih terdiam di tempatnya.

Pak Samudra menghela napas gusar ketika mendengar Raka membanting keras pintu kamarnya. Sekarang dia tau jawabannya.

Pak Samudra melepas kacamatanya. Air matanya menggenang di pelupuk mata. Segera saja dia mengusap matanya sebelum air matanya benar-benar terjatuh.

"Kenapa semua jadi seperti ini, Ya Tuhan?" tanya Pak Samudra sendu.

Drrtt drrtt

Dia meraih ponselnya. Melihat siapa yang meneleponnya. Tertera nama 'Pak Candra' di sana. Langsung saja dia mengangkat teleponnya.

"Hallo pak."

"...."

"Benarkah?"

"...."

" Baik, terima kasih saya pasti datang."

"...."

Wajahnya berubah sendu lagi setelah mendengar perkataan orang di seberang telepon.

"I... Iya, sobat. Tenang saja, aku pasti akan mengajaknya."

Sambungan telepon dimatikan. "Aku tidak yakin semuanya akan sama lagi."

☘️☘️☘️

Sesampainya di kamar, Raka menghempaskan dirinya ke kasur. Dia belum mengganti seragamnya sama sekali. Banyak hal yang sedang dia pikirkan.

"Apa nggak bisa ya, gue bahagia sekali aja?" tanya Raka entah kepada siapa.

"Gue pengen kayak dulu lagi."

SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang