November 2017
Mungkin peduli sekitar juga diperlukan?
_________________________________________________
Kali ini pembelajaran tambahan dalam rangka penambahan materi untuk para siswa kelas 10, menghadapi Ulangan Akhir Semester di laksanakan dalam suasana mendung tak kunjung hujan tiba. Kaya pribahasa ya. Gak gak, kayanya gini 'mendung belum tentu hujan' gitu kan? Yaudah skip~
"Awannya mendung yak? Hawanya rada dingin,dukung banget nih buat molor. Tapi itu ujan kagak turun-turun. Apa perlu gw tarik dulu. Ampe ngejongor" Keluh Chakka menatap jendela kelas sambil bergumam pelan. Persiapan pun dimulai. On the way...
"Ehh. Ngomong apaan barusan Chakk?" Desma menyahut bertanya. Tatapannya masih menuju kearah depan. Pura-pura menyimak ke depan.
" Hah!" Chakka melirik sambil mengerutkan dahinya bingung. Menatap Desma meminta penjelasan. Masih loading dia.
"Itu maksud lo tadi, ngomong apaan." lanjutnya dengan pandangan masih ke depan menghadap seorang guru yang sedang menerangkan pelajaran tambahan dengan mapel Bahasa Indonesia.
"Apaan si Des." Gumam Chakka malas menanggapi.
"Enggak. Tadi elo bilang dukung molor apaan dih coba? Gak banget tau. Biasanya juga langsung otw alam kubur. Eh alam mimpi. Pake acara membelah konsentrasi gw lagi."
"Oh tumben konsen ke depan"
"Ehh..ngapain gw ngurusin hidup lo si monyet! Ga guna amat" Jawab Desma dengan volume cukup tinggi. Di tiba-tiba kesal.
"Lah si bego pake teriak segala" gumam Chakka pelan. Sepelan-pelannya dalam batin. Takut ada yang denger. Tepatnya si Desma gak usah denger.
"Eh tadi, siapa yang berteriak?" Tanya Pak Rusman menatap semua penghuni kelas dengan memicingkan mata curiga.
"Ekhem itu pak. Yang duduk di bangku ketiga banjar tiga dari pintu." Dipta menyahut dengan paket komplit letak Chakka dan Desma berada sambil berekspresi kaget kemudian. Pura-pura keceplosan.
Kemudian si Dipta mencoba menahan tawanya. Tapi masih dia tahan dengan kikikkan. Mau ditahan terus juga nanti malah ampasnya yang keluar. Tapi kalau dikeluarin malah dia yang diomelin. Ya sudah, dia menahannya dengan segenap jiwa raga sambil memegang perutnya kasihan.
"Hehe. Gapapa yang penting Chakka sama Desma menderita. Anj*r ah ga kuat lagi ah pengin ketawa" ringis Dipta
Serba salah ya. Kagak bebas rasanya kalau berurusan sama guru. Malang nian nasibmu Dipta.
Chakka mendengar keisengan Dipta bergumam lirih. "Si bego malah nambah-nambahin."
Pak Rusman mengangguk paham sembari kemudian mengarahkan spidolnya yang masih di genggamannya untuk menunjuk kearah keberadaan Desma. Sembari berdehem pelan.
"Ehem. Kamu yang di sana kenapa teriak. Belum paham dengan apa yang saya jelaskan?"
"Alhamdulillah kuping saya masih berfungsi dengan benar. Gak perlu pake teriak segala macam."
"Coba sini tanyakan pada saya bagian mana yang belum jelas bagi kamu?" tanya Pak Rusman kepada Desma yang belum sadar.
"Ohya, lalu kamu ngapain mengganggu suasana belajar mengajar yang lagi damai ini?" lanjutnya masih teruntuk Desma.
Dengan tatapan masih menyimak ke depan Desma berujar
"Lah yang teriak sapa? Ehh gw?" Desma menunjuk dirinya sendiri dengan tergagap kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chakka
Fiksi Remaja©heyyojenn Lagi-lagi ini tentang Chakka, si gadis pemalas. Males ngapa-ngapain. Males segala-galanya. Tapi cita-citanya hidup foya-foya mati masuk surga. Have a nice dream Chakka♡ Ayo sesama beban keluarga mampir ____________________________________...