03 : Bouquet of Roses

17 4 0
                                    

Pagi hari yang cerah, sinar mentari memasuki salah satu ventilasi satu kamar dilantai 2. Sinar cerah itu menyapa pemilik surai blonde milik seorang lelaki bertubuh tinggi atletis, berbahu lebar, dan senyum apik terhias di wajahnya.

Setelah sadar pagi telah kembali datang, Daniel dengan mata masih sedikit terpejam, bangkit dari ranjangnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa sebelum melakukan kegiatan, baik sekolah atau tidak, ia harus menyempatkan diri untuk berkeliling kompleknya minimal 15 menit.

Diliriknya jam yang terpajang di kamar bernuansa abu dan merah itu, terlihat pukul 06.30. Masih ada waktu untuknya berlari pagi 15 menit dan sisa waktunya ia gunakan untuk bersantai di hari libur sekolahnya

Setelah beranjak dan sadar betul, ia segera membasuh wajah dan mengganti piyama dengan training. Pagi ini akan menjadi awal yang baik, pikirnya.

Lalu dengan segala kesiapan acara lari pagi yang akan dilakukan, Daniel keluar dari rumahnya. Hal yang dilakukannya sebelum berlari kecil ialah melihat keadaan taman rumahnya. Setiap pagi, Daniel wajib melihat keadaan taman indahnya itu karena Daniel sendirilah yang membuatnya.

Daniel berjalan mengelilingi tamannya. Ada berbagai jenis bunga yang Daniel tanam disana. Ada melati, anggrek, dan satu jenis bunga yang menarik perhatian Daniel.

“Ahh, mawar ya..” gumamnya

“Kupikir ini adalah bunga yang cocok untuk melancarkan rencanaku. Yaa, akan kubeli sebuket bunga mawar nanti” lanjut Daniel

Daniel berucap demikian. Lelaki itu ingat akan permintaan kemarin pada junior manisnya. Ia mengetahui, mau tak mau June akan menyetujui permintaannya itu.

Yaa walaupun tadinya ia hanya iseng mengerjai salah satu juniornya dan Junelah sasaran yang empuk.

Bagi Daniel, June adalah sasaran yang unik untuk dijadikan mainannya kali ini. June adalah murid pindahan dari negara kincir angin yang memang merupakan anak dari pernikahan campuran 2 negara Asia-Eropa.

Setelah berpikir tentang bunga mawarnya, Daniel langsung meninggalkan pekarangan rumah indahnya. Berlari kecil setiap pagi tidaklah hal yang buruk bagi Daniel.

Melewati setiap rumah yang terbilang megah menurutnya dan menyapa tetangga setiap berjumpa diluar. 15 menit ia lalui tanpa terasa hingga sampai akhirnya, tibalah ia di toko bunga milik Mr.Han.

Ia sudah mengenal Mr. Han sejak lama karena berkat beliaulah, Daniel yang awam tentang tanaman menjadi pintar dalam waktu yang terbilang singkat. Sebelum Daniel membeli bunga mawarnya, ia selalu menanyakan segala hal yang berkaitan dengan bunga kepada Mr.Han

Mulai dari bunga itu tumbuh subur atau tidak? Apakah Mr.Han punya bibit bunga baru atau tidak? Atau bertanya apakah semua bunga yang ada ditoko boleh dibelinya bahkan sampai toko-tokonya.

Mr.Han selalu saja senang bila Daniel sudah banyak bicara padanya. Mr.Han juga bersedia jika Daniel mengambil tokonya, namun Daniel menolak halus karena memang Daniel hanya menjadikan itu sebagai bahan candaannya kepada Mr.Han.

Setelah bersenda gurau dengan pemilik toko, Daniel langsung mengitari bunga-bunga yang ada. Menghirup setiap bunga yang ia lewati. Ia selalu merasa nyaman bila berada di toko ini.

Seandainya Daniel ditanya seseorang, dimana toko bunga yang cocok untuk dikunjungi, tentu saja Daniel akan menjawab toko bunga milik Mr.Hanlah yang cocok untuk dijadikan destinasi.

Daniel terus mengitari rak rak bunga sampai bertemulah dengan si bunga merah berduri itu. Senyum Daniel lantas merekah setelah melihat bunga mawar itu tumbuh dengan subur dan menghasilkan aroma yang tak bisa ditandingi.

LOVE MYSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang