01 : A Madness

48 5 6
                                    

Di lorong yang sepi sebuah sekolah, terlihat gadis berambut ikal dengan pita rambut berkarakter singa terikat apik. Dengan name-tag hitam mengkilap bertuliskan Kim Dae June, ia menuju kelasnya yang terletak di sebelah utara lantai 3.

Langkah demi langkah ia lewati, kelas kelas yang nampak sepi. Lorong sekolah pun yang biasanya terlihat gaduh saat ini sangat sunyi, hanya terlihat beberapa anak di kelas lain yang sedang membaca  yang entah buku apa itu.

Tidak, gadis ini bukanlah anak yang rajin untuk membaca buku di pagi hari sebelum pelajaran dimulai, ia juga bukanlah gadis yang selalu berangkat sekolah di awal waktu agar terlihat mematuhi segala aturan dan dicap guru sebagai siswa teladan. Hanya saja ada beberapa hal yang menjadikan ia melakukan hal yang bertolak belakang pada dirinya.

Seperti pagi-pagi yang biasanya, June akan masuk sekolah saat pagar sekolah hampir tertutup atau saat bel istirahat pertama dan berakhir dengan hukuman mengenaskan. Namun untuk pagi ini, ia terpaksa bangun lebih pagi karena mendapat pesan dari seseorang yang tidak dikenal dengan isi,

Hallo sayang, apa kau masih terlelap dengan mimpimu? Bangunlah lebih awal untuk hari ini. Aku tidak akan mengusik pagi indahmu kembali jika kau menurutiku hari ini. Sebagai balasan jika kau berangkat sekolah lebih awal dari biasanya, maka hadiah akan menantimu saat kau sampai sekolah.
Sampai nanti, dear

Unknown

Hanya seperti sebuah bualan setelah pagi indahnya terusik oleh pesan yang tidak jelas tujuannya. Namun, June merasa tertarik setelah melihat kata ‘hadiah’ dari pesan tersebut. Maka dengan semangat yang menggebu-gebu, ia bangun mengumpulkan seluruh nyawanya dan bersiap berangkat sekolah.

Namun ia baru menyadari satu hal, ia merasa tertipu oleh pesan singkat itu. Sebagai bukti, June tidak merasa ada suatu hal yang akan terjadi setelah ia sampai disekolah yang terbilang masih gelap.

Dengan terpaksa ia menuju kelasnya diikuti perasaan hati yang buruk. Mencari ruangan kelas dengan plat 10 MIPA3 lalu memasuki kelas yang  hanya ada beberapa anak cupu menurutnya.

June menghela nafasnya berat. Dengan kepala yang sedikit di dongakkan, ia mencari meja yang cocok untuk hatinya saat ini. Dan berhentilah tatapannya pada meja kosong no 1 dari belakang berdampingan dengan ventilasi kelasnya.

Baru sampai di depan meja dan mendudukkan diri, ia merasa namanya terpanggil oleh seseorang. Ia pun menoleh malas ke sumber suara.

“Jangan menunjukan ekspresi tidak menyenangkanmu itu, aku ada berita yang patut untuk kau ketahui” ucap sang pemanggil

“Hmm, katakan berita indah apa yang harus ku dengar di pagi yang menyenangkan ini” ucap June dengan menunjukkan senyuman yang dipaksakan

“Dan jangan tersenyum jika tak tulus kau melakukannya”

“Baiklah baiklah, jadi cepat katakan apa yang ingin kau sampaikan”

“Sebaiknya kau ikut aku dibanding aku menceritakan panjang lebar tapi kau hanya terdiam seperti orang yang bodoh”

“Dan ku ingatkan kau bahwa aku bukan orang yang bodoh” balas June dengan penekanan setiap katanya

“Sudahlah. Ayo, akan ku tunjukkan suatu hal padamu”

Sang lawan bicara menarik tangan June paksa. Dia adalah sahabat yang satu kelas dengan June. Namanya Min Hanna yang kerap disapa Hanna. Ternyata sebelum June duduk di kursi, Hanna sudah memperhatikannya dari jauh dikursinya yang belum sempat June lihat.

Setelah menarik paksa keluar kelas, June dibawa menuruni lantai 3 dan 2. Sekarang mereka berada di lantai dasar dengan nafas yang belum sempat teratur. Berdiri di depan sebuah keramaian yang hampir memenuhi koridor lantai dasar. Tanpa fikir panjang, Hanna menyambut para siswa dengan suara yang menggelegar.

LOVE MYSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang