Aku terbangun dengan cara yang tak terduga. Bagian lembut nan kenyal itu terus mengecup membasahi seluruh permukaan mukaku, aku bisa merasakan setiap deru nafas yang terhembus ketika bagian lembut itu menyapa permukaan kulitku. Sesekali bagian itu membuat permukaan kulit ini membasah karena ulahnya. Itu cukup mengangguku, karena aku sangat mencintai tidur. "Eoh...istriku terbangun juga." Sebuah garis terbentuk dari lekukan matanya tatkala dia tersenyum sambil menyapaku yang baru saja membuka mata.
"Tengah malam seperti ini jim?" Aku menggosok mataku tak percaya dengan tingkah seseorang yang kini menyulusupkan tangannya disela-sela perutku sambil matanya yang masih menatapku intens. Oh iya aku juga tak melupakan eksistensi bagian atasnya yang terekspos polos tanpa busana dan memperlihatkan otot perutnya. "Ada apa? Kau kedinginan lagi?" Aku memastikan.
Dia mengangguk perlahan diiringi pergerakan kepalanya yang terbenam diceruk leherku. "Salah siapa setiap tidur tidak pernah memakai kaos, aku kan jadi harus terbangun seperti ini karenamu." Protesku.
"Ayolah sayang, hanya menghangatkanku sebentar, apa susahnya eum?" Dia berbisik tepat diceruk leherku membuat sensasi geli tatkala deru nafasnya berhembus menyapa permukaan leherku. Kurasakan bagian kenyal itu menyentuh untuk menggoda.
"Ngantuk sekali jim." Aku melanjutkan untuk menutup mataku namun jimin dengan cepat beranjak dan mengecupi mataku sesekali menjilat agar terbuka. Sial!
"Baiklah, kau mau aku apakan biar hangat?" Akhirnya aku mengalah (lagi).
"Aku ingin melihat ekspresimu ketika tersedak oleh milikku, pasti sangat sexy."
Aku masih terdiam membeku tak mau bergerak dan mengiyakan permintaan tidak masuk akalnya. "Kalau begitu bagaimana dengan milikku langsung-"
"Baiklah aku akan melakukannya." Potongku "Cepat buka celanamu, aku ingin segera tidur lagi."
Jimin memperlihatkan senyumannya sebelum menurunkan boxernya tepat dihadapanku. "Good babygirl."
••°°••
Aku sangat tidak mau memberikan diriku sepenuhnya terhadap Jimin, bahkan setelah kami menikah. Tapi bukan berarti akupun tidak mau disentuh olehnya. Ayolah siapa yang bisa menolak perlakuan dari seseorang seperti Park Jimin. Ketika dia sudah meminta dengan suaranya yang parau ditambah dengan visualisasinya yang sangat membuatku tergoda. Dimulai dari dada dan otot perutnya juga dahinya yang sangat jelas terekspos dengan beberapa keringat disana. Akupun wanita normal yang bisa tergoda olehnya.
Namun aku tak melupakan suatu fakta penting jika kami berdua bersama hanya karena sebuah perjanjian. Perjodohan??
Ini tidak seklise itu.
Apa aku harus berterimakasih kepada keluargaku yang sudah berhutang pada perusahaanya. Sehingga aku akhirnya ditikahkan oleh pemiliknya karena keluargaku yahg tidak mampu untuk melunasinya.
Apajadinya jika pemiliknya itu adalah seorang pria paruh baya yang sudah memiliki cucu. Sepertinya aku sudah bunuh diri. Dan apakah aku boleh mengucapkan kata lega ketika dia adalah Park Jimin, setidaknya dia bukan om-om beristri dan beranak seperti cerita-cerita tragis diluar sana.
Atau sepertinya aku terlalu terburu-buru untuk mengucapkan kata 'selamat' kepada diriku sendiri, ketika tau bahwa Jimin tidak sebaik apa yang aku pikirkan sebelumnya. Bahwa ternyata dia tak lebih dari seorang pria mesum yang kekurangan belaian dan kasih sayang.
"Badanmu panas. Kau demam?" Sentuhan kulitnya terasa begitu dingin didahiku. Akupun tak tau sejak kapan tubuhku seperti tak bertulang begitu menimbulkan rasa ngilu dan pening sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAROID [M]
Fanfic"Aku tak masalah jika kau menyentuhku, bagian manapun itu. Asal jangan melibatkan dirimu yang lain untuk berada didalam tubuhku." "Akupun tak peduli jika kau menyetubuhi hampir seluruh dari populasi wanita didunia ini, asalkan itu bukan termasuk aku...