"Percuma memiliki seribu teman jika tidak ada yang peduli akan sesama"
Setelah menempuh perjalan selama 15 menit Tiara pun sudah sampai di gerbang Candra Harapan High School, langsung saja Tiara berjalan memasuki koridor untuk menuju kelasnya. Saat akan menaiki tangga, tiba-tiba terdengar teriakan yang amat memekikan telinga.
"Araa!!!"
"Astaga Devi, coba lo enggak usah teriak-teriak. Sakit kuping gue dengar teriakan lo yang mirip banci depan pasar malam," omel Tiara saat melihat sang pelaku yang berteriak.
Devi merasa kesal ketika dirinya disamakan dengan banci hingga mendegus kasar ,"Ihh suara gue itu merdu tau. Jijik banget disamain sama banci. Kinan juga teriak tapi napa gue aja yang disamain sama banci,"
Mendengar namanya disebut-sebut, Kinan langsung membuka mulut untuk membela diri "Lah napa nama gue dibawa-bawa. Orang gue cuman manggil doang kagak ada teriak" Devi tetap bersikukuh bahwa Kinan juga salah "Tapi kan sama aja lo ikutan"
"Tapi kan yang dibilang sama Ara itu elo. Iya kan Ra?" Tanya Kinan menoleh kepada Tiara yang sudah sampai di ujung tangga.
"ARA! KOK LO NINGGALIN KITA SIH?" Teriak Devi memenuhi satu koridor. Kinan meringis mendengar teriakan Devi, "Ternyata yang dibilang Ara bener dev, malu gue punya sahabat toa kayak lo," setelah itu Kinan meninggalkan Devi karena menjadi tontonan satu koridor.
Merasa dirinya ditinggalkan oleh kedua sahabatnya, langsung saja ia menyusul keduanya "Sialan gue ditinggalin"
Devi yang baru memasuki kelas 11 IPA 2, langsung berteriak memanggil nama kedua sahabatnya.
"ARA!KINAN! TEGA BANGET KALIAN NINGGALIN GUE. KALAU GUE DICULIK OM-OM GIMANA?"
"Devi sialan! Sakit kuping gue denger teriakan lo!" Umpat Surya si ketua kelas
Devi yang tidak peduli akan umpatan Surya, langsung saja melenggang berjalan kearah bangku Tiara dan Kinan "Serah gue lah"
"Coba sehari aja enggak usah teriak-teriak bisa?" Tanya Tiara kesal.
"Enggak" jawab Devi cuek. Sambil duduk dibangkunya yang berada di depan meja Tiara dan Kinan.
Tiara yang mendengar jawaban Devi, hanya bisa mengelus dada dan mengambil novel dari kolong mejanya.
"SELAMAT PAGI SEMUANYA. TARI YANG CANTIK SUDAH DATANG!" Teriak sesorang dari arah pintu
"Cobaan apa lagi ini astaga. Nyesel gue punya sahabat yang mulutnya pada toa" Batin Tiara lelah.
"Telinga kamu yang sabar yaa" Batin Kinan.
"Woy tar! Sakit nih kuping gue" Omel Mario temen sekelas Tiara. Tari langsung berkacak pinggang, siap mengomeli Mario. "Heh! Seharusnya lo itu jawab selamat pagi juga Tari bukan malah ngomel-ngomel kayak emak kosan gini"
"Gini nihh ciri-ciri masa kecilnya kagak pernah ngaji, dimana-mana kalau baru dateng assalamualaikum lah ini boro-boro ngucapin salam,ngerusak telinga baru ada," Cibir Martin kembaran Mario
"Heh kerang! waktu kecil gue ngaji ya. Cuman gue nya aja tadi khilaf kagak ngucapin salam," balasnya membela diri.
"IYA IN!" Jawab keduanya kompak. Tari yang mendengar jawaban dari si kembar pun mendengus kesal dan segera berlalu menuju ketiga sahabatnya duduk.
"Oi, napa pada diem-dieman gini?" Tanya Tari setelah sampai dibangkunya Devi dan menaruh tasnya. Tari memang sebangku dengan Devi, sedangkan Tiara dengan Kinan.
"Malu gue sumpah," Ujar Kinan setelah sekian lama tidak membuka keheningan. Tari yang mendegar ucapan Kinan, langsung bertanya dengan polosnya,"Malu kenapa Na?"
"Ck, kebiasa banget. Lo itu napa teriak-teriak kayak gitu sih?" Tanya Devi gemas.
"Miror please" sindir Tiara kepada Devi
Tari yang merasa disalahkan, langsung saja mengubah raut mukanya menjadi sedih, "Gue cuma pengen nyapa kalian semua,"
"Enggak usah pake teriak-teriak bisa?" Tanya Tiara dengan suara yang di lembut-lembutkan.
Tari yang mendengar pertanyaan Tiara sontak berfikir sebentar sebelum menjawab. "Hmm bisa-bisa, besok Tari coba enggak teriak-teriak lagi"
Tiara hanya memiliki tiga sahabat yang sangat dekat dengannya, meskipun banyak yang ingin bersahabat dengannya. Tetapi ia hanya membutuhkan sahabat yang selalu ada untuk nya bukan hanya untuk memanfaatkan kekayaan nya saja. Ketiga sahabatnya itu bernama Kinan Camelia Eurwen,Frensita Deviola Geudino dan Elicia Tari Bramanta.
****
Kringgg!
Mendengar bel istirahat sudah berbunyi, Tiara dan ketiga sahabatnya segera merapikan peralatan tulis masing-masing.
"Kantin?" Tanya Kinan kepada ketiga sahabatnya.
"Ayo! Cacing di perut gue udah meronta-ronta minta dikasih makan" Ujar Tari sambil mengusap perutnya.
Devi yang mendengar ucapan Tari, segera menonyor kening sahabatnya itu pelan. "Alay!"
"Ih bener tau," Ujarnya sambil mengusap keningnya yang ditonyor.
"Mendingan kita ke kantin sekarang. Udah laper gue," ucap Tiara menengahi.
Ketiganya pun mengikuti langkah Tiara meninggalkan kelas, dan berjalan ke kantin untuk memberi asupan pada cacing yang berada di perut mereka.
Ketika sudah sampai di kantin, mereka terkejut melihat betapa ramainya kantin.
"Rame banget," Celetuk Kinan
"Kalau gitu gue sama Tari yang mesen makan," tawar Devi
"Gue, sama Kinan nyarik tempat duduk," balas Tiara yang diangguki oleh ketiganya.
"Kalian berdua pesen apa?" Tanya Devi
"Bakso sama es teh" Kata Tiara disambung dengan Kinan, "Mie ayam sama es teh"
"Oke"
Mereka berempat berjalan berbeda arah sesuai dengan tugas masing-masing. Tiara dan Kinan sudah menemukan tempat duduk yang berada di ujung. Tidak lama kemudian Devi dan Tari sudah datang membawa makanan.
Mereka langsung memakan makanan yang sudah mereka pesan. Saat sedang asik menikmati makannya, tiba-tiba terdengar pekikan dari kaum hawa. Sontak mereka menghentikan sejenak aktivitas mereka dan melihat hal apa yang membuat kantin menjadi ramai. Ternyata terdapat gerombolan pria yang berjumlah 6 orang menggunakan jaket bertuliskan Regla.
****
Hai guys apakabar? Penasaran enggak nihh sama geng regla?
Tunggu di chapter selanjutnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara
Teen FictionSlow update Siapa yang tidak mengenal Mutiara Chelsea Albevian, seorang gadis yang memiliki wajah rupawan dan kepintaran di otaknya, eitss jangan lupa dengan sifat judesnya yang mampu memikat para kaum pria. Tetapi jangan salah, di balik sikapnya it...