EMPAT - MUTIARA

10 2 0
                                    

"Masalah tidak akan pernah selesai jika salah satunya tidak mau mengalah"

Setelah kepergian inti geng Regla dan Barta, sontak ketiga sahabatnya langsung menghampiri Tiara.

Devi yang sudah kesal, langsung mengomeli Tiara. "Kan udah gue bilang, jangan pernah ikut campur urusan mereka, gini kan jadinya"

"Tapi mereka keterlaluan," Ungkap Tiara

"Keterlaluan sih keterlaluan tapi kalau endingnya lo yang jadi sasaran Rafael juga percuma," celetuk Tari benar

"Tumben omongan lo bener tar?" Tanya Kinan terkikik geli.

Tari yang mendengar perntanyaan Kinan, refleks menonyor kening Kinan pelan. "Sembarang lo kalau ngomong" Sang korban tonyoran Tari mendengus kesal akan ulahnya.

Tiara tidak memperdulikan ocehan sahabatnya, yang dipikirkannya sekarang adalah peringatan dari Rafael, melihat dari tatapan matanya saja ia sudah yakin bahwa sebentar lagi kehidupannya akan diusik.

Devi yang melihat Tiara melamun langsung memukul bahu sahabatnya pelan hingga membuat kesadaran Tiara kembali.

"Enggak usah dipikiran lagi Ra," Ujar Devi

"Siapa juga yang mikirin," Jawabnya acuh sambil berjalan menuju bangkunya, karena bel sudah berbunyi saat Pak Broto datang.

"Idihh, sok cuek banget lo" balas Tari, Devi langsung memutar bola matanya malas, "Emang itu sifatnya dia kampret"

"Ngapain juga gue mikirin dia, gimana kalau pulang sekolah kita have fun?" Ajak Tiara dengan senyum manisnya.

Sontak saja ketiganya mengiyakan ajakan Tiara dengan semangat, karena sudah lama sekali mereka tidak quality time.

Melihat raut muka ketiga sahabatnya yang begitu senang membuat Tiara ikut tersenyum, karena dengan begitu ketiga sahabatnya tidak akan memikirkan masalah yang tadi. Bukannya ia tidak menghargai perhatian mereka, hanya saja ia tidak ingin mereka cemas akan keadaanya. Kebahagiaan ketiganya sudah cukup untuk Tiara.

Lainya halnya dengan ketujuh pria yang sedang diintrogasi oleh kedua guru BK CHIS.

"Siapa yang ingin menjelaskan?" Tanya Bu Hartini selaku guru BK kedua.

Mereka semua yang mendengar pertanyaan dari Bu Hartini tidak ada yang ingin menjawab. Hal tersebut mengundang kekesalan tersendiri bagi Pak Broto dan Bu Hartini.

"Kalian masih punya mulut? Ada orang bertanya dijawab bukan malah diam, tuhan ngasih kalian mulut untuk berbicara" Pedas, satu kata itu lah yang menggambarkan perkataan dari Bu Hartini.

"Hanya masalah sepele" Jawab Rafael setelah sekian lama membukam mulutnya.

"Apa harus diselesaikan dengan cara baku hantam seperti tadi?" Kali ini Pak Broto yang bertanya.

"Iya lah pak, kita sebagai kaum laki-laki itu harus gentle" Celetuk Vino

Pak Broto dan Bu Hartini yang mendengar celetukan Vino pun mengelus dadanya sabar akan sikap Rafael dan teman-temannya yang susah sekali diberitau.

"Ibu sudah capek memberikan segala hukuman buat kalian, tapi kalian tidak pernah jera," Ujar Bu Hartini seraya mengehela napas lelah.

MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang