Chapter 4

426 26 10
                                    

selamat membaca...











-
-
-
-
Jinyoung dibawa ke restaurant yang cukup mewah, ia pun di suguhi dengan makanan dan cemilan yang cukup banyak dengan pelayan yang sangat baik.

"Apa ini tidak berlebihan? Hanya untuk makan siang?" tanya Jinyoung heran pada pria tampan didepannya.

"Aku tidak tau apa yang kau suka, jadi aku memesan semuanya. Makanlah yang ingin kau makan" titah pria itu santai.

"Kau ternyata pria yang suka membuang uang" ujar Jinyoung.

"Dan ternyata kau perempuan yang perhitungan" jawab Kwon, mampu membuat Jinyoung hampir melempar sendok yang berada ditangannya.

"Yak! Aku pria!" omel Jinyoung sambil mempout kan bibirnya imut.

"Makanlah" titah pria tampan itu.

Jinyoung mengangguk mengerti lalu mengambil kue red velvet yang sangat ia sukai.

"Kau menyukai itu?" tanya Kwon. Jinyoung mengangguk masih sibuk memakan kue tersebut.

Kwon tersenyum gemas, "Jadi, apa kau bertengkar dengan kekasihmu?" tanya Kwon tiba-tiba membuat Jinyoung menghentikan suapannya.

"Itu bukan urusanmu" jawab tegas Jinyoung. 

"Itu sudah menjadi urusan ku" ujar Kwon santai, Jinyoung menatap tidak mengerti.

"Apa maksudmu?" tanya Jinyoung.

"Aku rasa, aku mulai tertarik padamu" jawab Kwon, membuat Jinyoung terdiam cukup lama.

"Kau bahkan belum mengenalku lebih satu jam dan kau tertarik padaku? Lucu sekali, tapi aku tidak tertarik dengan ucapan mu" jelas Jinyoung, ia meletakan garpu kecil itu kembali meja.

"Dan kau pun sudah tau bahwa aku sudah memiliki seseorang" tekan Jinyoung pada ucapannya, seakan itu benar.

Kwon sempat terdiam beberapa saat, lalu senyum misterius terukir di bibir tipisnya.

"Baiklah, kalau begitu izin kan aku enjadi temanmu. Hanya sebagai teman" Ujarnya, berharap pria cantik itu mengiyakan keinginan-nya itu.

"Baiklah, jika itu hanya sebagai teman" jawab Jinyoung polos. Kwon tersenyum senang mendengarkan itu.

"Aku pasti akan mendapatkan mu, baby" ujar Kwon dalam hatinya.

❄️
❄️❄️❄️
❄️❄️

Bambam memilih beberapa buku yang ingin ia beli, sedangkan Mark hanya mengikutinya dari belakang.

Bambam tersenyum senang ketika novel yang sangat ia inginkan ketemu, dengan tinggi yang seadanya.

Bambam berusaha menggapai buku tersebut, namun nihil ia tidak dapat menggapainya.

Mark yang melihat itu, langsung bergerak mendekat, hingga dada bidang-nya mengenai punggung sempit itu.

Mark dapat mengambil novel tersebut, namun pergerakannya terhenti.

Ketika, Bambam membalikkan tubuhnya hingga kedua hidung mereka tersentuh lembut menyapu kulit tipis mereka berdua.

Mereka berdua saling tatap untuk waktu yang cukup lama, Mark menahan jantungnya hampir meledak kala itu.

Dengan kikuk Mark melangkah mundur, menjauh dari Bambam.

"Ini, Makanya tumbuh tuh keatas bukan ke samping" ejeknya sambil memberikan buku itu pada adiknya.

Sedangkan yang diejek hanya mempout bibirnya kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang