Part 3

80 3 0
                                    

Part 3

Pagi-pagi Julio sudah sibuk memandikan ‘si jono’. ‘si jono’ sebutan untuk mobil tuanya. Sebenarnya ‘si  jono’ adalah mobil milik almarhum Papahnya yang sekarang dirawat olehnya. Sambil bersiul Julio mengusap badan mobil dengan spons berbusa. Mobil tua berwarna merah cerah ini terlihat lebih cerah setelah Julio menbilasnya dengan air. Sebenarnya tidak ada jadwal kemana-mana hari ini. Ga kumpul dengan teman tongkrongannya apalagi ngapelin cewe. Secara Julio masih berstatus jomblo. Julio rajin membersihkan ‘si jono’ setelah itu keliling komplek bersama Amel.

“Heran, mobil tua masih aja disimpen. Ga ngikutin jaman lo”

Julio menghentikan aktivitasnya dan menoleh kesumber suara. Tepat didepan rumah Agnes berdiri seorang gadis dengan jelana levis diatas lutut dan kaos besar berwarna hitam ditambah sepatu convers berwarna coklat sebagai alas kakinya. Walaupun terlihat tomboy, rambut hitam yang dibiarkan tergerai dan sedikit basah itu membuat Agnes terlihat…sexy?

Julio menggeleng setelah pikiran itu melintas diotaknya. Julio menatap Agnes tajam.

“Tua gini, harganya mahal!”

“Alah paling baru sampe gerbang komplek mesinnya langsung mati!” ejek Agnes.

Sialan.. gerutu Julio dalam hati. Tiba-tiba ide terlintas dikepalanya. Julio tersenyum miring.

“Mana ada cewe setengah-setengah kayak lu! Sini gue make over. Tapi sebelumnya lu harus mandi supaya wangi” Julio mengulurkan selang yang ada ditangannya. Selang itu mengeluarkan air yang membasahi lengan kanan Agnes. Sontak Agnes berlari untuk menghindari siraman itu.

“Dasar orang sinting!!” Teriak Agnes dari kejauhan. Julio terkikik melihat ekspresi Agnes yang sedang marah itu.

Melvin masih menunggu Agnes di café biasa. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30. Kebiasaan seorang Agnes : Tidak tepat waktu. Sejak tadi pelayan terus menanyakan ingin pesan apa. Tapi Melvin tidak memesan apa-apa sebelum Agnes datang.

“Hai” sapa Agnes yang langsung duduk didepan Melvin.Melvin tidak sendiri, sebelumnya mereka menghubungi Friska untuk berkumpul bersama.  Melvin hanya tersenyum tipis.

“Hai” Sapa Friska.

“Telat…lagi?” tanya Melvin.

“Sorry. Mang Kosim nganterin Bunda kerumah temennya jadi aku naik taksi. Lagian kamu kenapa ga jemput aku aja sih?”

“Ha..Eumm. Itu.. Ini kan hari libur ya jadi..” Melvin mendadak gugup.

“Takut sama Ayah? Kalau kamu takut kayak gini yang ada Ayah makin ga suka” tegas Agnes.

“Yaudah kapan-kapan aku jemput kamu deh”

Melvin memanggil pelayan untuk memesan minuman dan makanan.

“Saya pesan Strawberry juice with float dan Chesse cake” ucap Friska kepada pelayan.

“Saya pesan—“

“Teh manis anget dua, Strawberry cake nya satu dan chesse cake nya satu” potong Agnes.

“Loh yang? Kok dua? Saya es jeruk aja”

“Jangan, kamu lupa kalau kemaren bersin-bersin terus? Kamu mau flu, jangan minum es!” larang Agnes. Melvin menghembuskan nafasnya keras.

“Tapi kan udaranya lagi panas Nes, enaknya minum yang dingin-dingin”

“Ikutin aja biar kamu cepet sembuh!”

Pelayan yang sedang menulis pesanan mereka terbingung-bingung melihat pertengkaran kecil ini.

Fairy AgnesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang