Lampu-lampu kecil yang terlihat berkelap-kelip, nampak indah dari jendela kamar seorang gadis yang baru menjadi senior di tingkat SMP Islam, alias MTSN.
Langkah kaki terdengar jelas mendekati sebuah pintu di salah satu kamar atas. Rambut sebahunya tersisir sapaan angin yang masuk dari ventilasi di susut ruangan.
Gadis itu membuka pintu kamarnya, melihat suasana kamar yang hening dengan tatapan lesu.
"Baiklah, mari menyelesaikan naskah."
Dua setengah jam habis hanya dengan duduk di depan laptop dengan pencahayaan yang sedikit remang. Dia sedikit mengkhawatirkan matanya yang mulai susah melihat dengan jelas. Tapi mau bagaimana pun juga, ia harus terus begini sampai uang masuk mengalir setelah naskah yang dibuatnya saat ini terbit. Ia tak pernah mau membebankan biaya apapun kepada orang tuanya.
Gadis itu menghela nafas lega, siap. Diregangkan nya otot tangan dan kakinya yang sudah mulai pegal. Ada senyuman yang terukir saat melihat kata 'the end' tertera di layar laptopnya.
Ia mulai beranjak dari depan meja belajar. Tubuh mungil itu, ia hempaskan begitu saja ke atas kasur saat tangannya sudah meraih hp oppo yang tadi terletak di dekat bantalnya. Alisnya bertaut saat melihat sebuah notice chat dari Instragram nya.
@mad_zal?
"Widiih, mantap tuh ta'jil. Bagi resep nya dong," komentar @mad_zal melihat storygram @tunnisa_, akun si gadis.
"Ruqaiyah, ayo makan malam!" Sahut wanita paruh baya dari arah ruang makan.
"Iya, ma. Sebentar,"
Ruqaiyah meninggalkan hpnya di kamar. Dengan segera, dipakainya sendal tidur berbentuk kepala panda. Dituruninya tangga kayu dengan cepat. Lalu ikut bergabung dengan yang lainnya.
"Eh, bang" panggil Ruqaiyah di sela-sela makan.
"Apa?" Laki-laki berkaus hitam itu menyuap seporsi besar yang bisa disuapkan ke dalam mulutnya.
"Abang ada minjam hp Iyah, nggk?"
"Oh," Ahmad meneguk air putih hangat terlebih dahulu, sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya," ada, tadi sekitaran jam dua siang. Kenapa?"
"Abang kenal @mad_zal?"
"Kenal. Kenapa emang?"
"Siapa tu?"
Ahmad terdiam. Laki-laki itu hanya melanjutkan makannya tanpa menjawab pertanyaan sang adek. Tangannya malah asik menambah kuah sayur brokoli lada hitam kedalam piringnya.
"Abang," panggil Ruqaiyah lagi.
"Adek kelas abang, ikhwan. Seangkatan sama kamu." Jawab Ahmad singkat.
"MTSN Ghofur?" Ahmad mengangguk sambil terus mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Dia milih pulang-balek-rumah atau asrama kayak Iyah?" Tanya Ruqaiyah penasaran.
"Asrama," di teguknya setengah gelas air putih.
Ruqaiyah hanya ber-o. Ia tak lagi melanjutkan pertanyaan nya. Ia sedang ingin sibuk dengan sepiring nasi beserta menu kesukaannya yang tak kunjung habis.
Setelah tugas ruang makan siap, Ruqaiyah langsung menuju kamarnya. Matanya yang sudah lima watt sudah tak bisa ia tahan. Tubuh ringannya itu ia baringkan perlahan di atas kasur.
Saat dirinya hampir melangkah memasuki pintu mimpi, ada sesuatu yang membuat langkahnya mundur. Arwahnya yang tadinya on the way pergi, kini masuk lagi ke tubuhnya. Ada sesuatu yang membuat nya bangkit dari tidurnya dan langsung mengambil layar tipis serba guna itu diatas meja kecil disamping kasurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Terindah
Teen FictionSemua yang terjadi adalah sebuah skenario yang dibuat oleh Sutradara yang Maha Agung. Kita tak bisa menolak, mengubah atau bahkan keluar dari alurnya. Begitu juga dengan rasa sakit, yang sering kali kita rasakan saat menghadapi beban hidup di dunia...