Warn!
-LEMON-
.
.
.
"Hati-hati di jalan dan jangan berbuat nakal, oke?" Halilintar tengah memberikan pesan pada kedua putra kembarnya yang akan pergi tanpanya. Hari ini Taufan mengajak Voltra dan Gamma untuk pergi bersama, dan di sisi lain memberikan waktu senggang untuk Solar dan Halilintar berdua.
Voltra dan Gamma mengangguk serentak setelah mendapat pesan dari Halilintar. Kemudian Solar juga memberikan pesan pada mereka, isinya tidak berbeda jauh dengan apa yang Halilintar katakan.
"Kalian sudah siap?" pria dengan mata hijau yang bercahaya itu tampak bersemangat saat menjemput Voltra dan Gamma.
"Sudah!" mereka menjawab serentak.
Taufan berada di dalam mobil sambil menunggu Voltra, Gamma dan Thorn berpamitan dengan Halilintar dan Solar. Ia sudah menyiapkan banyak kejutan untuk kedua keponakannya, kebetulan sudah lama ia tidak pergi bersama Voltra dan Gamma.
"Kami berangkat," ujar Thorn sambil menggandeng Gamma dan Voltra dengan kedua tangannya.
Solar dan Halilintar hanya melambai menyaksikan kedua putranya pergi bersama Taufan dan Thorn. Bahkan ketika mobil Taufan sudah tidak lagi terlihat, Halilintar masih memandangi jalan yang baru saja dilalui mobil milik Taufan.
"Sudahlah, mereka akan baik-baik saja." Solar menepuk pundak Halilintar yang tampak sedikit cemas karena kepergian kedua putranya.
"Ya, kau benar juga."
Keduanya kini melangkah ke dalam rumah dan mendapati keadaan rumah yang sangat sepi. Biasanya kedua bocah kembar itu sibuk bermain di rumah dan membuat kebisingan yang terkadang menggangu. Namun justru hal itu yang menjadi memori indah bagi Halilintar.
"Hey, Hali, sudah lama kita tidak melakukannya,"
Halilintar memilih untuk mencuci piring kotor di dapur agar tidak terlalu memikirkan Voltra dan Gamma. Sementara Solar hanya mengikuti Halilintar kemana pun Halilintar pergi.
"Melakukan apa?" pikiran Halilintar belum sejalan dengan apa yang Solar maksud, tetapi hal itu justru memancing Solar untuk berbuat lebih dari sekedar memperhatikan Halilintar.
Tangan Solar melingkari tubuh Halilintar dan ia menenggelamkan wajahnya di tengkuk Halilintar. Spontan Halilintar terperanjat karena perlakuan Solar padanya. Ia mengomeli Solar karena tengah mengganggunya mencuci piring, tetapi omelan Halilintar tidak diindahkan oleh Solar.
"Ini adalah hari liburku, apa kau tidak ingin memberiku sesuatu?" Solar menggelengkan kepalanya sehingga membuat wajahnya terusap di tengkuk Halilintar.
"He-hentikan itu, Solar!" siku Halilintar datang menyerang Solar yang ada di belakangnya.
Solar mengaduh kesakitan karena perbuatan Halilintar. Tampaknya saat ini Halilintar sedang tidak ingin diganggu, padahal Solar sedang ingin melakukan 'itu'.
Akhirnya Solar berdiri di pojok dapur sambil memperhatikan Halilintar yang masih sibuk dengan tumpukan piring kotor yang ada di wastafel. Rasanya kesal ketika menyadari bahwa Halilintar sama sekali tidak berniat untuk menoleh ke arahnya sedikit pun.
Selesai dengan piring kotor, Halilintar menoleh ke arah Solar yang tengah memandangnya kesal. "Kau ini kenapa, Solar? Jangan bersikap seperti anak kecil."
Jelas kalimat terakhir Halilintar membuat Solar semakin kesal. Ia melangkah mendekati Halilintar dan menggenggam erat pergelangan tangan Halilintar. "Baiklah, ayo kita lakukan sesuatu yang lebih dewasa." tanpa ampun Solar menarik tangan Halilintar dengan kasar menuju kamar dan melempar Halilintar ke ranjang dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Kecilku
Fiksi Penggemar[COMPLETE] Kini mereka menjadi satu dalam janji suci, menikmati kebersamaan setiap hari. Keluarga kecil mereka terus tertawa, di dalam perlindungan cinta. "Keluarga kecil ini lah yang menjadi alasanku untuk hidup." S "Aku akan melindungi mereka agar...