TIGA

218 22 2
                                    

Sorry for typo.
Enjoyy...
.

.

.

.

.

Jin terkejut melihat tamu yang datang. Ia mengenal orang itu, yang lebih tua maksudnya. Paman Jongin datang kerumah, berkunjung kah dia?

"Paman, Jongin? Kapan datang?" tanya Jin antusias dan langsung memeluk Jongin.

Jongin membalas pelukan Jin. "Baru saja. Apa kau baru akan berangkat pergi ke sekolahmu, Princess?" tanya Jongin.

"Hu'um. Apa paman sudah sarapan? Bila belum, mari kita sarapan bersama" ajak Seokjin.

"Kebetulan sekali, paman belum sarapan. Ayahmu tidak menawariku untuk sarapan, jahatnya dia"

"Haha, mari kita sarapan bersama, paman" Jin memyadari bahwa sedari tadi seorang pria tengah memperhatikan dirinya. "Paman, dia siapa?" tanyanya pada Jongin.

Seperti tersadar, Jongin langsung memperkenalkan Namjoon pada Seokjin. "Dia puteraku, dia yang akan menjadi bodyguardmu, Princess. Dia Kim Namjoon"

Jin terkejut mendengar penuturan sang paman. Yang benar saja, pria tampan dan tinggi ini yang akan menjadi bodyguard-nya? Dia bahkan lebih pantas menjadi seorang kekasih... Eh?

'Jin, apa yang sedang kau pikirkan?' batin Jin melonglong.

Sementara Namjoon terkejut melihat gadis semanis Jin. Jin sangat sempurna, memiliki tubuh ramping bak seorang model. Memiliki pipi yang merah merona juga bibir yang merah alami tanpa polesan lipstik, terbuka sedikit membuat adik Namjoon tega...ng?

'Astaga Namjoon! Apa yang kau pikirkan? Ingat Namjoon, kau hanya akan menjadi bodyguard gadis itu , tak kurang dan tak lebih!' Namjoon membatin dengan pikiran liarnya.

"EKHEM!" mereka berdua tersada saat mendengar dehaman Jongin yang mengagetkan mereka. "Sudah berkenalannya nanti saja, sekarang lebih baik kita sarapan dulu"

Mereka sarapan dengan sangat khidmat. Jin, yang biasanya banyak omong bila sedang makan, kini sangat terlihat anggun tanpa banyak bicara. Dan diam-diam dia memperhatikan Namjoon yang tengah memakan sarapannya.

'Astaga, kenapa dia sangat tampan? Bahkan dia tidak cocok menjadi bodyguardku, dia lebih cocok menjadi kekasihku. Hehe' Jin membatin dan tidak menyadari bahwa sedari tadi Jongin tengah memperhatikan dirinya.

"Kenapa dengamu, Princess?" tanya Jongin pada Seokjin.

"Eoh? Ehm? Tidak apa-apa" jawab Jin terkejut.

"Sedari tadi ibu lihat kau selalu memperhatikan nak Namjoon, ada apa, sayang?" tanya Seolhyun pada putrinya.

"Siapa yang memperhatikannya? Aku tidak" sanggah Jin. "Ayah, aku sudah selesai. Aku menunggu ayah di depan" ujar Jin dan langsung berjalan menuju ke teras rumah.

"Dia memang seperti itu, mungkin dia malu. Harap maklum" ujar Hoseok.

***

"Apa-apaan mereka, membuatku malu saja" Jin menggerutu.

Tak lama Namjoon dan Hoseok datang. "Jinnie, kau akan di antar oleh Namjoon mulai saat ini dan dia akan bersekolah denganmu mulai besok. Ayah tak bisa mengantarmu karena ayah akan pergi ke luar kota. Tak apa kan, sayang?"

"Apa kau tidak lelah? Langsung mengantarku dan pulang lagi, itu melelahkan. Lebih baik Jinnie berangkat pakai bus saja ayah" Jin menolak diantar oleh Namjoon. Yang benar saja, kasihan dia bila harus mengantar Jin ke sekolah. Mana baru datang lagi.

"Tak apa, setelah mengantarmu aku bisa langsung istirahat" jawab Namjoon meyakinkan.

"Tapi aku lebih baik naik bus saja, tak merepotkan siapa pun"

"Jinnie, kau dengar ucapan ayah kemarin, sayang?" Hoseok nampak tak senang bila Jin terus menolak untuk diantar oleh Namjoon.

Jin hanya mengangguk dan langsung mencium pipi sang ayah. "Baguslah. Ayah akan diantar oleh Ilhoon ke Bandara. Hati-hati dijalan, sayang. Ayah mencintaimu" Hoseok membalas dengan mengecup kening Jin.

"Namjoon!" Jongin memanggil Namjoon saat ia sudah ada di depan rumah. "Ayah akan pulang, bila kau sudah mengantar Jin jangan pulang ke rumah ayah, pulanglah kesini, karena kau akan bekerja disini" tegas Jongin. Namjoon hanya menganggukkan kepala tanda ia patuh pada sang ayah.

"Ya sudah kalau begitu ayah pergi. Jaga dirimu baik-baik, anakku" Jongin mengusap bahu Namjoon terlebih dahulu sebelum ia masuk ke dalam mobilnya dan pergi menghilang di balik pagar rumah Jin.

"Ayah pergi, sayang" Hoseok menyusul mobil Jongin.

"Baiklah, silahkan masuk... Em?"

"Seokjin, panggil aku Seokjin"

Namjoon membukakan pintu untuk Jin, "Baiklah Seokjin, silahkan masuk"

Jin duduk dikursi sebelah kemudi, padahal tadi Namjoon sudah membukakan pintu belakang untuknya.

"Berapa usiamu?" tanya Jin memecah keheningan didalam mobil.

Lama Namjoon terdiam, "dua puluh lima, kenapa?"

"Dua puluh lima?! Yang benar saja? Bukankah tadi paman Jongin bilang kau akan sekolah bersamaku besok? Tapi usiamu? Aku bingung" Jin termegap ketika mendengar bahwa Namjoon telah berusia dua puluh lima tahun. 

"Hanya untuk menjagamu. Sebenarnya aku tidak ingin bekerja menjadi seorang bodyguard, tapi ayahku memaksa"

"Kau bekerja seperti ini hanya karena paksaan?" tanya Jin heran. "Maaf"

"Kenapa kau harus meminta maaf?"

"Karena aku, kau terpaksa harus menjagaku"

"Aku tak apa. Malah aku senang harus menjagamu" ucap Namjoon tanpa sadar.

Jin terkejut, ada rona merah dikedua pipi tembam gadis itu. Apakah Seokjin sudah menyukai Namjoon? Tapi bagaimana mungkin, mereka bahkan baru saja bertemu.

Love at fist sight? Mungkin?



***

Tbc.

Voment please😀

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bodyguard (Namjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang